Air Mata Adik Ahok di Sidang Episode 17

Sang ayah marah besar mengetahui niat Ahok pergi dari Indonesia.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 05 Apr 2017, 13:08 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2017, 13:08 WIB
Fifi Lety Indra
Fifi Lety Indra, Adik kandung Gubernur nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, di PN Jakarta Utara, Selasa (13/12/2016). (Delvira Chaerani Hutabarat/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Selasa, 4 April 2017 berlangsung panjang hingga tengah malam. Di tengah suasana panas pemeriksaan Ahok, sang adik Fifi Lety Indra tak kuasa menahan tangis saat mendengar keterangan kakaknya.

Fifi yang juga pengacara Ahok itu menangis saat seorang jaksa penuntut umum (JPU) menanyakan mengenai selebaran provokatif yang tersebar saat Ahok maju Pemilihan Bupati Belitung Timur dan Pilgub Bangka Belitung 2007.

Ahok menjawab jaksa dengan bercerita awal mulanya masuk ke dunia politik.

"Waktu Bapak saya meninggal, saya yang latar belakang pengusaha tidak mampu lagi menolong orang sakit begitu banyak. Perusahaan bisa untung Rp 1 miliar, tapi tidak mampu bantu orang miskin begitu banyak. Saya frustasi sebetulnya," kata Ahok di persidangan, Selasa, 4 April 2017.

Ahok mengatakan, ketika ayahnya hidup, dia sempat ingin pindah ke luar negeri saat pabrik ditutup pejabat setempat. Namun, sang ayah marah besar mengetahui niat Ahok pergi dari Indonesia.

"'Karena rakyat butuh kamu Hok.' Butuh apa, Pak? Muka minyak babi kayak kita, Pak?" ucap Ahok menirukan percakapan dengan ayahnya.

"Marah Bapak saya dengar ucapan saya seperti itu. 'Saya ingatin kamu ya, kamu ngomong kayak gitu sekali lagi, ini Tanah Air kita, apa pun yang terjadi kita lawan. Kamu punya pabrik untung 1 juta dolar saja masih dikerjain, bagaimana rakyat miskin?" cerita Ahok.

Sementara, Fifi yang mendengarkan cerita kakaknya menunduk sambil menyeka air matanya. Fifi juga merupakan salah seorang tim pembela Ahok.

Saat dikonfirmasi, Fifi mengatakan alasannya menangis lantaran teringat ayahnya yang selalu membantu warga Bangka Belitung tanpa membedakan SARA.

"Saya teringat bapak saya. Bapak saya itu, kalau ada orang sakit, enggak punya duit pinjam uang, bapak suka kasih. Jadi sedih saja ingat bapak saya. Dia itu sampai rela ngutang buat ngobatin orang yang dia obatin. Itu yang dibantu kebanyakan orang muslim lo," ujar Fifi saat dihubungi, Rabu (5/4/2017).

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya