Mensesneg: Perlu Metode Tanamkan Pancasila ke Generasi Milenial

Mensesneg Pratikno mengatakan, penanaman nilai-nilai Pancasila tidak hanya cukup melalui pendidikan, kursus, dan media massa.

oleh Yanuar H diperbarui 19 Agu 2017, 20:03 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 20:03 WIB
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno
Menteri Sekretaris Negara Pratikno (Liputan6.com/ Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengajak tokoh agama, budayawan, dan akademisi menemukan metode efektif dalam penyebaran nilai-nilai Pancasila. Selain itu, menggali ulang pondasi teologis, filosofis, historis, politis, dan pondasi yuridis tentang Pancasila di tengah era generasi milenial.

"Mayoritas penduduk kita adalah anak muda, kita harus menemukan metode yang efektif di era milenial, berbeda dengan cara-cara sebelumnya," kata Pratikno saat mejadi pembicara dalam dialog bertajuk Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa: Tinjauan Lintas Agama di ruang Balai Senat UGM, Yogyakarta, Sabtu (19/8/2017).

Menurut dia, penanaman nilai-nilai Pancasila tidak hanya cukup melalui pendidikan, kursus, dan media massa. Sebab kecanggihan teknologi saat ini membuat informasi yang masuk ke generasi muda cukup massif. Sehingga informasi yang biasa diterima anak muda juga harus berorientasi pada selera anak muda.

Karena itu, perlu memproduksi konten yang positif dengan metode yang lebih baik. Sebab, generasi sekarang tidak menyukai informasi yang berupa teks panjang namun sebaliknya menyukai informasi dengan kalimat yang pendek, gambar, dan video.

"Mereka generasi tweet, generasi yang menyukai gambar dan video, bukan generasi teks," papar dia.

Pengguna Internet

Pratikno berharap, informasi yang masuk haruslah positif. Informasi negatif dan mengancam keragaman harus dapat ditangkis.

Dari data yang ada saat ini, banyak pengguna internet berusia 10 sampai 34 tahun. Pengguna internet yang berusia di atas 55 tahun hanya 2 persen. Di kalangan mahasiswa, pengguna internet mencapai 89,7 persen, di kalangan kelompok pelajar mencapai 69,8 persen, dan di kalangan kelompok pekerja mencapai 58,4 persen.

"Kita harus berorientasi pada selera mahasiwa dan selera anak muda," kata Pratikno.

Sementara itu Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede, Yogyakarta Abdul Muhaimin mengatakan, upaya menumbuhkan semangat kebangsaan dan kokohnya jiwa keagamaan memiliki tiga persoalan yakni nasionalisme, religiusitas, dan etnisitas. Namun, tiga elemen ini selalu saja dibenturkan satu sama lain, sehingga diperlukan revitalisasi Pancasila di era global sekarang ini.

Dia mengatakan, hubungan agama dan Pancasila sudah tuntas karena dasar negara Pancasila dan agama Islam adalah dua hal yang dapat sejalan dan saling menunjang. Keduanya tidak bertentantang dan tidak boleh dipertentangkan.

"Keduanya tidak harus dipilih, salah satu. Karena tidak ada satu pun sila dalam Pancasila yang bertentangan dengan Islam," kata Abdul.

 

Saksikan video di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya