Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Maruarar Sirait menilai kesenjangan di Indonesia masih tinggi. Kesenjangan ini terlihat adanya gap antara yang kaya dan miskin, sehingga membuat masyarakat tidak makmur.
"Saya berbicara soal kesenjangan tinggi antara yang miskin dan kaya, itu harus diakui di Indonesia. Antara orang-orang yang sudah makmur dan antara yang miskin itu jelas ada," ujar Maruarar saat ditemui di Alun-Alun Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (10/9/2017).
Karena itu, politikus PDIP itu mengatakan, kesenjangan tersebut harus segera diselesaikan. Namun, menyelesaikan kesenjangan jangan dengan memberikan paham-paham radikalisme.
Advertisement
"Yang menjadi perbedaan adalah bagaimana menyelesaikannya. Jangan selesaikannya dengan memberikan radikalisme, jalan singkat dengan memprovokasi atas nama kesenjangan," kata pria yang akrab disapa Ara.
Maruarar mengatakan program nyata Presiden Jokowi telah membantu pemerataan di Indonesia, untuk mengurangi masalah kesenjangan. Di antaranya adalah dalam bidang pendidikan, dengan memberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Kartu Indonesia Pintar yang sudah diakses jutaan orang itu jelas bagaimana menyelesaikan soal kesenjangan, bagaimana gap di tingkat pendidikan, pasti mempengaruhi tingkat ekonomi," ujar dia.
Dalam bidang kesehatan, Maruarar melanjutkan, adalah penyebaran Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dianggap mampu mempengaruhi gap ekonomi di masyarakat.
Namun, menurut Maruarar, tantangan terbesar dalam masalah kesenjangan ini adalah, bagaimana anggaran desa yang diberikan Presiden Jokowi senilai Rp 60 triliun per tahun, tidak dikorupsi pejabat pemerintahan.
"Tantangannya ada bagaimana anggaran itu tidak dikorupsi, bagaimana anggaran itu bisa menuntaskan pengangguran dan kemiskinan di desa berkurang," pungkas Maruarar.
Saksikan video menarik berikut ini:
Â
Â
Jangan Remehkan Presiden Jokowi
Politikus PDIP Maruarar Sirait mengatakan, jangan sekali-kali meremehkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam kepemimpinannya.
"Jangan anggap remeh Jokowi, banyak orang anggap remeh," ujar pria yang karib disapa Ara ini di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu 30 Agustus 2017.
Maruarar menjelaskan, Jokowi merupakan pemimpin yang punya sikap dan berani mengambil keputusan penting.
Ara mencontohkan keberanian Jokowi membubarkan PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral pada 2015.
"Dia satu-satunya Presiden yang bisa bubarkan Petral. Petral bisa bubar itu efisiensinya satu tahun Rp 5 triliun," ucap dia di sela soft launching buku karya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar Idrus Marham itu.
Dengan karakter kepemimpinan Jokowi, Ara menilai, Golkar sudah tepat dengan mendukung pemerintahan Jokowi. Partai berlambang pohon beringin ini sebelumnya mendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2014, yang merupakan pesaing Jokowi di ajang yang sama.
Â
Advertisement