Ini yang Disesali Gamawan Fauzi dari Kasus E-KTP

Gamawan mengaku, dirinya meminta secara langsung kepada auditor BPKP untuk mengecek apakah ada penggelembungan harga.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 09 Okt 2017, 19:23 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2017, 19:23 WIB
Sidang Kasus E-KTP, Gamawan Fauzi Jadi Saksi
Gamawan Fauzi menjadi saksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek e-KTP di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (16/3). Pada sidang yang menghadirkan enam saksi itu, Gamawan mengaku tidak menerima uang dari proyek E-KTP. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengaku tak pernah mendapat laporan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait adanya dugaan mark up dalam proyek e-KTP.

Gamawan mengaku, dirinya meminta secara langsung kepada auditor BPKP untuk mengecek apakah ada penggelembungan harga atau tidak dalam proyek yang kini diduga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun.

"Itulah yang saya sesalkan sekarang, kenapa dulu tidak ada laporan mark up? Padahal, dua kali diaudit BPKP," ujar Gamawan kepada Majelis Hakim Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (9/10/2017).

Gamawan hadir sebagai saksi untuk terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong. Dalam sidang, Gamawan mengaku, audit dari BPKP terkait harga perkiraan sendiri (HPS) dan mengenai proses tender atau pelelangan.

Selain BPKP, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga pernah melakukan audit pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT).

"Diperiksa BPK tiga kali enggak ada yang menyatakan ada KKN. Lalu ada laporan persaingan usaha persekongkolan, sampai menang inkrah tidak ada bukti persekongkolan," kata Gamawan.

Menurut Gamawan, jika sejak awal dirinya mendengar adanya laporan mark up dalam proyek senilai Rp 5,9 triliun, dia mengaku akan menghentikan proyek tersebut.

"Kalau saya tahu adanya mark up, pasti sudah saya hentikan," kata dia.

Dalam dakwaan dan tuntutan terhadap dua mantan Pejabat Ditjen Dukcapil Kemendagri Irman dan Sugiharto, Gamawan disebut menerima aliran dana USD 4,5 juta dan Rp 50 juta terkait proyek tersebut.

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya