Tradisi Perang Topat di Lombok

Ribuan umat Muslim dan Hindu di Lombok Barat, NTB, menggelar tradisi perang topat sebagai simbol sukacita atas berkah sang pencipta.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 05 Des 2017, 18:13 WIB
Diterbitkan 05 Des 2017, 18:13 WIB

Liputan6.com, NTB - Banyak cara digelar warga di daerah untuk menjaga kerukunan dan toleransi. Di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, ribuan umat Muslim dan Hindu menggelar tradisi perang topat sebagai simbol sukacita atas berkah sang pencipta.

Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Selasa (5/12/2017), gamelan khas suku sasak mengiringi arak-arakan ratusan warga yang membawa benda pusaka, sesajian kembang rampe hasil panen buah, dan ketupat. Ketupat dan sesajian dikumpulkan di bangunan bernama Kemalik, simbol persatuan umat Hindu dan Muslim untuk didoakan bersama.

Ketupat atau dalam bahasa sasak disebut topat lalu dilemparkan kepada warga. Ini pertanda perang siap dimulai. Peperangan diikuti dua kelompok, umat Muslim dan umat Hindu. Tradisi turun temurun ini menjadi simbol persaudaraan. Tak ada dendam dalam tradisi yang dilakukan sebagai wujud pelestarian kerukunan dan toleransi antar-umat meski beda keyakinan ini.

Ketupat sisa peperangan juga dibawa pulang warga karena diyakini bisa membawa rejeki berlimpah. Warga pulang dengan harapan akan senantiasa hidup damai berdampingan hingga anak cucu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya