Kecam Donald Trump, PBNU Minta Warga Tak Lakukan Kekerasan

PBNU mengapresiasi pernyataan Presiden Jokowi yang secara tegas mendukung Palestina.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 07 Des 2017, 21:04 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 21:04 WIB
Yerusalem Ibu Kota Israel
Pria Palestina menyapu jalan di Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel (7/12). Otoritas Palestina menyerukan demonstrasi di kota Ramallah di Tepi Barat menyusul keputusan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP Photo/Hazem Bader)

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Ketua PBNU Robikin Emhas menegaskan, pihaknya mendorong pemerintah Indonesia secara aktif membantu permasalahan yang terjadi di Palestina. Ia meminta kepada umat Islam, terutama warga NU untuk mendoakan kedamaian di Palestina.

"Kami menyerukan secara khusus kepada warga NU untuk membaca doa qunut nazilah, memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT agar di Palestina dan dunia dapat tercipta situasi damai," ujar Robikin di Kantor PBNU Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Kamis (7/12/2017).

Tak lupa, dia mengingatkan agar umat Islam di Indonesia tidak menggunakan kekerasan apabila ingin menyampaikan kekecewaannya terhadap kebijakan AS.

Menurut dia, kekerasan bukanlah ciri umat Islam. Malah, lanjutnya, kekerasan justru akan menimbulkan masalah baru.

"Kami menyerukan segenap langkah protes apa pun tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebab, kalau protes dilakukan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam kaidah Islam, akan mencoreng wajah Islam itu sendiri," tutur Robikin.

PBNU juga mengapresiasi pernyataan Presiden Joko Widodo yang secara tegas mendukung Palestina dan mengecam pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

"PBNU akan berkomunikasi dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, agar turut mengecam kebijakan AS atas Yerusalem," jelas Robikin.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Helmy Faishal Zaini menilai, kebijakan Trump tersebut merupakan tindakan yang merusak perdamaian dunia.

"Sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel, merupakan tindakan yang akan mengacaukan dan merusak perdamaian dunia," kata Helmy.

Yerusalem Ibu Kota Palestina

Dia menilai, sikap Trump tersebut akan membuat situasi dunia menjadi semakin panas dan mengarah pada konflik yang tak berkesudahan.

Helmy menjelaskan, Yerusalem merupakan Ibu Kota Palestina yang berdaulat. Menurutnya, dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur beberapa waktu lalu telah mengeluarkan sejumlah keputusan.

"(Keputusannya) seperti mendukung kemerdekaan Palestina, mendesak PBB mengesahkan keanggotaan negara Palestina, hingga mendesak OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) lebih intensif mengorganisasi dukungan untuk kemerdekaan Palestina," tegas Helmy.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu waktu Washington, secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Keputusannya tersebut 'bertentangan' dengan kebijakan luar negeri AS yang telah berjalan selama tujuh dekade.

Pengumuman Trump sekaligus menandai langkah awal pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Hari ini, akhirnya kita mengakui hal yang jelas bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Ini tidak lebih dari sekadar pengakuan akan realitas. Ini juga hal yang tepat untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan," ujar Trump.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya