Sigi: Petaka Bisnis Kapal Rongsokan

Bisnis besi kapal tua dengan keuntungan yang menjanjikan, namun merusak lingkungan.

oleh Muhammad Ali diperbarui 28 Jan 2018, 06:17 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2018, 06:17 WIB

Liputan6.com, Bangkalan - Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, kota dengan peradaban panjang masyarakat Madura. Dengan luas mencapai 1.300 kilometer persegi ini, tak hanya sebagai kabupaten terluas dan tergolong maju diantara 3 kabupaten lain di Pulau Madura, seperti Kabupaten Sampang, Pamekasan dan Sumenep, kabupaten ini merupakan pintu gerbang utama untuk masuk ke Pulau Madura.

Pelabuhan penyeberangan Kamal Bangkalan ini merupakan penyambung utama antara Pulau Jawa dan Pulau Madura. Sejak mega proyek Jembatan Suramadu dibuka, Kamal Bangkalan lebih dikenal sebagai pusat bisnis pemotongan besi kapal tua. Seperti ditayangkan dalam program Sigi SCTV, aktivitas pemotongan kapal tua berlangsung masif di sepanjang pesisir Selat Madura.

Bicara besi tua dan Madura, ibarat satu kesatuan. Walau tak semua orang Madura berkecimpung di besi tua, namun banyak orang Madura mengecap kesuksesan dari usaha besi tua. Seperti Pak Ncung, sapaan akrab mandor jagal kapal yang sudah puluhan tahun bermain besi tua. Puluhan kapal tua tercatat lenyap di jagalnya, apalagi tahun belakangan ini harga besi tua sedang di atas angin. Saat ini saja setidaknya ada dua unit kapal berbobot di atas 6.000 dwt bersandar di dermaga kerjanya.

Sekitar 70-an orang lebih dipekerjakan untuk menyapu bersih bagian demi bagian dari kapal tua ini. Namun, proses pemotongan besi tua bukanlah pekerjaan sepele. Selain wajib berbekal keahlian menggunakan alat potong las, tahapan dalam melumatkan kapal tua ini pun tak bisa sembarangan. Penuh risiko, aktivitas pemotongan kapal tua ini tak dilengkapi dengan alat keselamatan khusus bagi pekerjanya.

Segala jenis logam bagi sebagian orang Madura adalah harta, baik dalam jumlah kecil atau besar. Faktanya puluhan truk siap menyuplai ratusan ton besi tua ke pabrik peleburan besi di berbagai daerah setiap harinya. Pengepul besi tua juga tak ragu melego kapal tua dengan harga miliaran rupiah, sebab mereka yakin betul akan meraup untung berlipat lipat. Tak heran, ada puluhan pebisnis yang antre menyandarkan kapal tuanya untuk dijagal.

Bisnis besi kapal tua terus menggurita di wilayah ini sejak puluhan tahun lalu. Aktivitas pemotongan besi tua yang tanpa diimbangi dengan prosedur pemotongan kapal tua yang tepat, menjadikan lingkungan pesisir pantai teraniaya. Hal ini pun disadari para pebisnis besi tua. Persoalan pencemaran lingkungan yang terjadi, sedikit banyak memengaruhi kehidupan biota laut disekitar kawasan ini.

Nurdin, puluhan tahun menggantungkan nasibnya sebagai nelayan tradisional. Namun 10 tahun belakangan, nasibnya semakin tak menentu. Kail pancing yang ditebar, kini makin jarang disambar ikan-ikan khas perairan Selat Madura. Tak ada yang bisa diharapkan dari hasil tangkapannya kali ini. Hanya tiga ekor saja yang menyangkut di kail miliknya. Fakta ini memaksa Nurdin memungut kayu-kayu bekas untuk menambal penghasilannya sebagai nelayan.

Dampak negatif dari bisnis jagal rongsokan kapal tua ini secara kasat mata memang terlihat jelas. Hal menarik lainnya mengemuka saat kami menggali informasi seputar bisnis besi tua tersebut. Namun hal ini dibantah keras oleh para pelaku bisnis besi tua itu sendiri.

Kesimpangsiuran soal legalitas dari bisnis pemotongan besi besi tua yang sudah beroperasi puluhan tahun ini, dijawab secara terbuka oleh wakil kepala daerah setempat. Ya, legalitas untuk bisnis ini nyatanya masih diabaikan. Persoalan lain yang tak kalah pentingnya adalah dampak negatif  yang ditimbulkan dari aktivitas ini. Laut semakin tercemar dan ekosistem biota laut yang ada masih terancam.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya