Perang Dagang China-AS Imbas Tarif Resiprokal Trump, Bahlil Lahadalia: Biasa Aja!

Tarif resiprokal ala Donald Trump ini berdampak pada neraca dagang Indonesia. Namun, porsi ekspor barang RI ke AS terbilang kecil, sementara ada porsi lainnya yang menopang ekonomi nasional.

oleh Arief Rahman H Diperbarui 11 Apr 2025, 17:30 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 17:30 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia kunjungan ke Kota Cilegon, Banten, Kamis (13/3/2025). (Foto: Liputan6.com/Gagas YP)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia kunjungan ke Kota Cilegon, Banten, Kamis (13/3/2025). (Foto: Liputan6.com/Gagas YP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menstimulasi perang dagang dengan China. Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai hal ini dinggap sebagai politik perdagangan biasa.

Dia memandang, saling serang besaran tarif impor antara China dan Amerika Serikat sebagai proses politik dagang yang biasa terjadi.

"Jangan juga dibuat sesuatu yang seperti wah-wah banget, biasa ini. Ini politik dagang, biasa," ungkap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/4/2025).

Dia mengamini negara seperti China yang membalas dengan mengenakan tarif impor tinggi bagi produk asal negeri 'Paman Sam'. Menurutnya, tindakan itu sebagai strategi pemerintahan China.

"Jadi dengan kondisi ekonomi kayak begini masing-masing negara itu pasti akan mengedepankan kepentingan domestiknya, dan karena itu masing-masing negara pasti mempunyai strategi," kata dia.

"Strategi negara A, negara B, negara C itu pasti berbeda. Karena baseline kondisi negara mereka juga pasti berbeda-beda. Ya kita hargai saja, tapi kita tidak usah terlalu merasa seperti ya ada sesuatu yang besar, santai saja," imbuh Bahlil.

Ketua Umum Golkar ini menyampaikan, tarif resiprokal ala Donald Trump ini berdampak pada neraca dagang Indonesia. Namun, porsi ekspor barang RI ke AS terbilang kecil, sementara ada porsi lainnya yang menopang ekonomi nasional.

"Kontribusi pertumbuhan ekonomi kita itu 53 persen itu dari konsumsi, 30 persen itu dari investasi, spending (belanja) pemerintah sekitar 5-6 (persen), ekspor-impor kita ini 3-5 persen. Total ekspor kita ke Amerika itu 10 persen," terangnya.

Dengan porsi tersebut, Bahlil bilang bukan sesuatu yang perlu ditanggapi berlebihan. Tapi, dia juga memastikan perlu ada upaya dengan hati-hati untuk menjaga kepercayaan publik.

"Jadi jangan dianggap bahwa seolah-olah ini barang yang besar, enggak. Tapi kita harus hati-hati. Kita harus menanggapi dengan baik, supaya apa? kepercayaan publik, dunia, dan domestik itu semakin baik," pungkasnya.

 

China Kena Tarif 125 Persen

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (9/4) kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125%.

Mengutip CNBC International, Kamis (10/4/2025) Trump mengatakan dalam sebuah postingan media sosial bahwa ia menaikkan tarif pada impor dari China menjadi 125% dan akan "berlaku segera"

BACA JUGA:Lawan Tarif Trump, China dan Uni Eropa Perkuat Kerja Sama

China, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiga AS sebelumnya mengatakan akan menaikkan tarifnya untuk impor dari AS menjadi 84%.Selain itu, Trump juga menurunkan tarif baru untuk impor dari sebagian besar mitra dagang AS menjadi 10% selama 90 hari untuk memungkinkan negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut.

 

75 Negara Negosiasi

Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)
Ilsutrasi bendera China dan Amerika Serikat (AP/Andy Wong)... Selengkapnya

Presiden AS mengatakan, lebih dari 75 Negara telah menghubungi pejabatnya untuk bernegosiasi setelah ia mengumumkan tarif impor baru minggu lalu.

"Yah, saya pikir orang-orang sedikit bertindak tidak semestinya," ujar Trump ketika ditanya kemudian tentang alasan menunda kenaikan tarif impor hingga 90 hari.

"Mereka mulai gelisah, Anda tahu, mereka mulai sedikit gelisah, sedikit takut," ucap Trump di Gedung Putih.

Dalam keterangan terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessett mengklaim bahwa Trump bermaksud untuk menghentikan tarif luas yang diumumkan pekan lalu.

"Ini adalah strateginya selama ini," ucap Bessent di Gedung Putih.

Diwartakan sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong buka suara terkait pengenaan tarif impor AS sebesar 10% terhadap negaranya oleh Amerika Serikat.

Dia menyebut, keputusan pengenaan tarif impor 10% oleh Presiden AS Donald Trump "bukan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap seorang teman".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya