Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bersilaturahmi dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini membuat lima pernyataan bersama.
Pernyataan ini dibacakan secara bergantian oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Pertama, NU dan Muhammadiyah akan senantiasa mengawal konsensus para pendiri bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Advertisement
"Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnis suku, golongan, agama yang tetap harus dijaga dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa," kata Said Aqil di lokasi, Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Kedua, NU dan Muhammadiyah akan terus proaktif melakukan ikhtiar bagi peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup warga. Terutama mengedepankan pendidikan dan karakter akhlakul karimah di semua tingkatan atau jenjang pendidikan serta penguatan basis basis ekonomi keumatan dan juga peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
"Ketiga, NU dan Muhammadiyah menyeru kepada pemerintah agar bersungguh-sungguh dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran. Serta melakukan upaya-upaya yang terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial segera teratasi dengan baik," sambung Said.
Keempat, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir juga mengimbau kepada seluruh warga NU dan Muhammadiyah agar bersama sama membangun iklim dan suasana yang kondusif dalam kehidupan kemasyarakatan dan keberagaman di tengah era sosial media yang membutuhkan kehati-hatian lebih.
"Mengingat bertebarannya berbagai macam informasi hoaks, ujaran kebencian dan fitnah yang berpotensi menganggu keutuhan bangsa. NU dan Muhammadiyah berkomitmen untuk menghadirkan narasi yang mencerahkan melalui ikhtiar-ikhtiar dalam bentuk penguatan dan peningkatan literasi digital sehingga terwujud masyarakat informatif yang berakhlakul karimah," ujar Haedar di kesempatan yang sama.
Bergandengan Tangan
Terakhir, memasuki tahun politik 2018, masyarakat akan menghadapi tahun politik. Untuk itu, NU dan Muhammadiyah mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjadikan ajang demokrasi sebagai bagian dari cara kita sebagai bangsa untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti bagi bangsa dan negara.
Dia juga mengatakan, hendaknya dalam demokrasi perbedaan jangan sampai menjadi sumber perpecahan. Perbedaan harus dijadikan rahmat yang menopang harmoni kehidupan yang beranekaragam.
Haedar menambahkan, demokrasi tidak sekadar membutuhkan kerelaan hati, menerima adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran. Namun, demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelelitian, dan cinta kasih antarsesama.
"Di tahun politik ini kita harus bergandengan tangan, saya dan Pak Haedar sepakat menciptakan ketenangan kedamaian. Pilkada berjalan tapi kita komitmen membuat kenyamanan ketenangan. Sebab kita bukan bangsa jahiliyah yang biadab, bukan bangsa yang enggak ngerti aturan," timpal Said Aqil.
Turut hadir dalam silaturahmi ini Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti dan Sekjen PBNU HA Helmy Faishal Zaini beserta jajaran.
Â
Reporter:Â Muhammad Genantan Saputra
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement