Liputan6.com, Jakarta - Top 3 News Hari Ini, Pengusaha Probosutedjo, yang juga adik dari Presiden ke-2 Indonesia Soeharto wafat pada Senin pagi tadi. Probosutedjo meninggal karena hampir 20 tahun mengidap kanker tiroid.
Meski semasa hidupnya, dirinya aktif sebagai anggota dari Partai Golkar, namun hati dan jiwanya tetap Marhaenis. Ya, adik Presiden Soeharto pendiri dari Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis.
Baca Juga
Bersama partainya, Probosutedjo ingin memperjuangan nasib rakyat kecil agar kemerdekaan tak hanya dinikmati segelintir orang.
Advertisement
Di sisi lain, partai berlambang pohon beringin itu kini tengah diterpa sejumlah masalah. Isu yang paling santer muncul ke permukaan adalah kasus korupsi. Terlebih soal e-KTP yang melibatkan Setya Novanto yang tengah bergulir di persidangan.
Terkait masalah tersebut, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan minta Golkar lebih berhati-hati jika tidak ingin kehilangan pemilih pada pemilu nanti.
Caranya dengan menjaga kekompakan dan tidak menciptakan kubu-kubu di dalam tubuh Partai Golkar.
Berikut berita terpopuler dalam Top 3 News Hari Ini:Â
1. Probosutedjo, Adik Soeharto yang Berjiwa Marhaen
Pada masa Orde Baru, Probosutedjo aktif di Partai Golkar. Saat Reformasi, adik Presiden kedua Indonesia Soeharto ini mencoba peruntungan di politik dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis.
Harian Kompas pada 12 Maret 1999 menulis, meski Probosutedjo pernah menjadi anggota Golkar, jiwanya tetap Marhaenis. Ia sempat menjadi anggota Pemuda Marhaen di masa mudanya.
Kiprah PNI Front Marhaenis besutan Probosutedjo di kancah politik sangat singkat. Pada Pemilu 1999, partai ini hanya memperoleh 365.176 suara atau 0,35% dari keseluruhan suara yang masuk.
2. Luhut: Di Golkar Banyak Kungfunya, Semua Ingin Jadi Pemimpin
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyoroti sejumlah permasalahan yang tengah menerpa Partai Golkar. Luhut mengatakan, saat ini survei yang digelar sejumlah lembaga menempatkan posisi Partai Golkar di bawah PDI Perjuangan.
Dia pun mengungkapkan penyebabnya. "Kenapa, yang kita lihat banyak kungfunya di Golkar. Semua ingin jadi pemimpin, pengin betumbuk sana-sini," ungkap dia.
Selain itu, dia meminta agar Golkar menghilangkan mental korupsi. Dia yakin apabila itu dijalankan perolehan suara 20 persen pada Pemilu 2019 bisa terwujud.
3. Baku Balas Pernyataan Demokrat dan PDIP Karena Setya Novanto
Politikus Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saling serang kata di media.Â
Saling serang penyataan antara kedua partai berpangkal pada kesaksian terdakwa kasus e-KTP, Setya Novanto. Dalam sidang pemeriksaannya, Novanto mengatakan dua politikus PDIP menerima aliran uang e-KTP.
Bola liar dari persidangan lantas bergulir ke ranah politik. Awalnya, Sekjen PDIP, Hasto Kristyanto mengatakan tak mungkin kader PDIP terlibat korupsi e-KTP.
Dia menegaskan posisi politik PDI Perjuangan saat kasus e-KTP terjadi berada di luar pemerintahan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY merupakan petinggi di Partai Demokrat kala itu dan sekarang menjadi Ketua Umumnya.
Ketua DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, menyebut pernyataan Hasto tidak bijak.Â