Liputan6.com, Jakarta - Terdakwa Oman Rochman alias Aman Abdurrahman kembali menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/3/2018), atas kasus bom Thamrin. Pada persidangan kali ini, jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan Joko Sugito.
Joko Sugito merupakan narapidana kasus terorisme. Pengadilan Negeri Jakarta Jakarta Timur memvonisnya 7 tahun penjara karena turut membantu teror bom di Gereja Oikumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Pada kesaksiannya, Joko mengaku kerap belajar merakit bom. Hal itu sebagai bentuk persiapan menghadapi akhir zaman. Joko menjelaskan, pada akhir zaman nanti, ada peperangan besar.
Advertisement
"Kalau kita beragama Islam kemudian membaca tentang akhir zaman, di situ kita akan masuki suatu fase peperangan besar yang namanya kiamat kubro. Itu akan melibatkan semua negara yang ada di dunia," ujar Joko, Selasa (27/3/2018).
Informasi itu diperolehnya saat membaca hadis dan buku-buku. Oleh karena itu, dia mempersiapkan dengan menggunakan bom. Menurut dia, pembelajaran merakit bom juga bagian dari iman.
Tak hanya belajar merakit bom, Joko juga sering berlatih memanah dan berenang. Tepatnya sebelum mengenal terdakwa bom Thamrin, Aman Abdurrahman.
"Sebelum mengenal Aman kami sudah memanah, berenang karena itu sunah," ujar dia.
Kenal Sejak 2010
Pada kesaksiannya, Joko mengaku kenal Oman Rochman sejak 2010. Saat itu, ada pengajian di Balikpapan dan Oman merupakan salah satu pengisi ceramah.
"Pengajiannya tentang masalah tauhid," ujar Joko.
Dia mengungkap, Aman juga membicarakan tentang syirik demokrasi. Setelah mengikuti itu, pada 2015, dia mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan dai di Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, dalam pelatihannya, dia menyampaikan materi yang sama dengan yang diajarkan Aman Abdurrahman.
Joko menjelaskan, di akhir pelatihan, ada pembentukan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ketuanya adalah Zainal Anshori. Oleh Zainal, Joko ditunjuk menjadi pimpinan JAD Kalimantan Timur.
Dari situlah, Joko mengaku mulai sepaham dengan Aman Abdurrahman. Antara lain tentang kafir demokrasi yang harus diingkari. "Untuk diingkari dengan cara tidak ridho," ucap Joko.
Advertisement