Kenangan Menko Puan Jadi Juru Masak Saat Reformasi 1998

Puan Maharani menuturkan pengalamannya di Sarasehan Nasional Keluarga Bangsa ICMI dengan tema Refleksi 20 Tahun Reformasi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 21 Mei 2018, 17:57 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 17:57 WIB
Menko Puan Maharani menceritakan pengalamannya menjelang reformasi
Menko Puan Maharani menceritakan pengalamannya menjelang reformasi

Liputan6.com, Jakarta - Menko PMK Puan Maharani menceritakan soal pengalamannya menjelang reformasi 1998. Salah satu yang diingatnya, ia menjadi juru masak di kediaman ibunya, Megawati Soekarnoputri.

Kala itu, rumah Mega di Kebagusan menjadi tempat berkumpulnya aktivis. Hal itu ia tuturkan di Sarasehan Nasional Keluarga Bangsa ICMI dengan tema "Refleksi 20 Tahun Reformasi".

"Waktu-waktu jelang reformasi, saya harus menjadi orang yang mengurusi dapur umum, karena banyak datang di rumah ibu saya di Kebagusan," ucap Puan di Jakarta, Senin (21/5/2018).

Dia dibantu ibu-ibu di sekitar rumah Mega. Puan punya sebutan unik untuk menu yang dihidangkannya di Kebagusan kala itu.

"Menu perjuangan reformasi. Satu ikan, tempe tahu, dengan sup, air, atau sayurnya banyak. Karena saya rasa sediakan beberapa pun tak cukup," cerita Puan.

Pengalaman Puan menjelang reformasi tak hanya itu. Satu bulan sebelum reformasi, dia merayakan pernikahan di rumah Kebagusan. Tak ada satu pun pejabat yang hadir dalam acara pernikahan tersebut.

Tak hanya itu, mereka juga kesulitan memesan gedung. Beberapa pengelola gedung yang sudah disewa belakangan membatalkan.

"Apa betul Ibu Mega mau menikahkan putrinya dengan situasi seperti ini, berapa orang yang akan datang? Jadi mohon maaf tidak melakukan pernikahan di sini. Saya nangis dong, orang mau nikah enggak boleh," ungkap Puan.

 

Uang Angpau Seratus Perak

Alhasil, dia menikah di rumah orangtuanya di Kebagusan, Jakarta Selatan. Tak ada satu pun pejabat yang hadir dalam acara pernikahan itu.

"Yang datang itu rakyat. Bahkan uang angpau saya itu, saya buka, uang seratusan (Rp 100) digulungi. Seratus perak, seribu perak. Tapi itulah perjuangan bersama-sama, bergotong royong. Jadi ada nuansa kebersamaan," dia memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya