DPR Menilai Kebijakan Energi Berkeadilan Sebagai Wujud Nasionalisme

Energi Berkeadilan yang digaungkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menurut Anggota Komisi VII Maman Abdurrahman merupakan bagian dari nasionalisme.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 30 Agu 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2018, 19:00 WIB
DPR Menilai Kebijakan Energi Berkeadilan Sebagai Wujud Nasionalisme
Energi Berkeadilan yang digaungkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menurut Anggota Komisi VII Maman Abdurrahman merupakan bagian dari nasionalisme.

 

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Maman Abdurrahman mengungkapkan bahwa Energi Berkeadilan yang digaungkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merupakan bagian dari nasionalisme.

"Saya ingin sampaikan nasionalisme itu adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat dan kontribusi sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa dan negara," ujar Maman saat menjadi pembicara pada diskusi "Menelaah Kebijakan Energi Pemerintahan Jokowi" yang dilangsungkan di Jakarta, Rabu (29/8) sore.

Menurut Maman, apa yang telah dilakukan Pemerintah untuk memberikan akses energi yang seluas-luasnya bagi masyarakat khususnya di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) sesungguhnya adalah nasionalisme itu sendiri.

"Kalau kita bersepakat dengan nasionalisme yang saya sampaikan, baru kita bisa menyelesaikan dan melihat konteks yang jauh lebih besar terkait dengan kemajuan bangsa kita di sektor energi," lanjutnya.

Ia menjelaskan, saat ini banyak kelompok yang terjebak pada fanatisme nasionalisme sempit, yang ia analogikan sebagai anak kandung (investor dalam negeri) dan anak tiri (investor asing).

"Kalau kita tidak berpihak kepada anak kandung berarti kita tidak nasionalis, tapi kalo kita berpihak pada anak tiri berarti kita pro pada kepentingan asing dan kapitalis. saya harus sampaikan ini adalah problematika paling fundamental di sektor energi kita," ujar Maman.

Jadi, kata dia, saat kita berpihak atau berkontribusi pada kepentingan anak kandung dan anak tiri, dan itu bisa memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara, itulah yang disebut nasionalisme.

Selain Maman, diskusi tersebut juga menghadirkan pembicara Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Harya Adityawarman, Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, dan Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, yang melibatkan peserta dari wartawan, NGO, juga dari kalangan mahasiswa.

Pada kesempatan yang sama, Mamit juga memberikan apresiasinya terhadap program-program pro rakyat yang digulirkan Pemerintah.

"Program-program pro rakyat harus terus digulirkan. BBM Satu harga, penyaluran Premium menyasar masyarakat kecil, pembagian LTSHE bagi masyarakat terpencil, dan program-program sejenis harus tetap dijalankan dan diawasi sehingga tepat sasaran dan memberikan akses energi bagi saudara-saudara kita di seluruh Indonesia," tandas Maman.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya