Politik Tempe Sandiaga Uno Menantang Petahana

Sandiaga mengaku ungkapan tempe setipis kartu ATM merupakan fakta yang dia temukan di lapangan.

oleh Delvira HutabaratMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 12 Sep 2018, 00:10 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2018, 00:10 WIB
Sandiaga Uno Serahkan LHKPN ke KPK
Bakal calon wakil presiden, Sandiaga Uno memberikan keterangan setibanya di gedung KPK, Jakarta, Selasa (14/8). Kedatangan Sandi untuk melaporkan LHKPN yang merupakan bagian dari syarat pencalonan dirinya sebagai bakal cawapres. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan politik bakal calon wakil presiden, Sandiaga Uno, terkait keluhan masyarakat soal kondisi nilai rupiah yang sempat anjlok dan nyaris menembus Rp 15 ribu per dolar Amerika Selatan menjadi sorotan publik.

Yang menjadi sorotan, yaitu soal ucapan Sandiaga yang menyebut irisan tempe yang ukurannya serupa dengan kartu ATM. Menurut Sandiaga, kondisi itu berpengaruh bagi pengusaha, seperti produsen tahu dan tempe.

"Tempe sekarang sudah dikecilkan dan tipisnya sama kayak kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit, jualan tahu dikecilin, karena tidak bisa menaikkan harga karena enggak akan laku karena daya belinya," kata Sandiaga Uno saat konferensi pers di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat, 11 September 2018.

Sandiaga mengaku tak peduli pernyataannya itu menjadi polemik atau bahan ejek-ejekan netizen di dunia maya. Dia menegaskan, hal itu adalah fakta lapangan ditemukan saat kunjungannya ke Duren Sawit, Jakarta Timur.

"Kita sampaikan apa yang jadi kebenaran dan rakyat merasakan. Jangan sampai elite membohongi rakyat, itu," ucap Sandi di Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2018).Wapres Jusuf Kalla menerima kedatangan pasangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. (Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin)

Sandi bercerita, persoalan tempe setipis ATM pernah dikatakan orang yang ditemuinya di lapangan, yakni Ibu Yuli dan rekannya. Kepada Sandiaga, mereka mengeluhkan bentuk tempe dan tahu yang semakin mereka kecilkan, lantaran ekonomi mencekik. "Mereka tahu dan tempe jualannya, jadi saya bukan mengada-ngada, itu yang ada," jelas dia.

Saat ini persoalan tempe setipis ATM sedang ramai menjadi pembicaraan miring di media sosial. Sandi mengaku tidak mau ambil pusing soal hal tersebut dan tak ingin membawanya ke arah negatif.

"Jadi, kalau di medsos mem-bully itu its okay, itu bagian daripada proses kampanya jadi jangan bawa ini ke negatif, bawa ke yang positif," Sandi menyudahi.

Sandiaga pun membeberkan fakta yang menyebut ukuran tipis tempe itu karena harga kedelai yang terus melonjak.

"Dengan kedelai yang diimpor, dolar naik pasti akan naik harga tempe. As simple as that. Jadi do not be over dramatic atau melodramatic terhadap isu harga pasti akan naik, semua juga mengakui," kata Sandiaga di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (11/9/2018).

Dia memastikan tempe setipis kartu ATM adalah benar-benar jeritan rakyat. Dia hanya menyampaikan sesuai dengan curahan hati temannya dan seharusnya tidak menjadi bahan risakan.

"Itu adalah suara rakyat, itu dari Bu Yuli dan rekannya di Duren Sawit. Itu exactly word by word yang disampaikan mereka. Nah, kalau misalnya teman mengartikan sebagai suatu jeritan masyarakat? Iya. Hiperbolisme? Mungkin iya," ujar Sandiaga Uno.

"Tapi, menurut saya, itu yang disampaikan masyarakat dan kita tidak boleh mendiskreditkan dan mem-bully," ucap dia.

Menurut Sandiaga, keluhan masyarakat terhadap kenaikan harga bahan pokok bukan untuk menjatuhkan calon lawannya dalam Pilpres 2019. Dia hanya ingin ada solusi atas persoalan ini.

"Jangan juga denial dan jangan saling menjatuhkan. Cari solusinya, solusinya kita perkuat ekonomi rakyat, berpihak UMKM, pakai produk negeri, kurangi impor dan pemborosan," kata Sandiaga Uno.

Selain soal tempe setipis kartu ATM, pernyataan Sandiaga Uno tentang uang Rp 100 ribu yang hanya mendapat bawang dan cabai, kini ramai menjadi perbincangan publik.

Tantangan #100ribudapatapa

Warganet bahkan mengadakan tantangan #100ribudapatapa untuk membuktikan dengan uang Rp 100 ribu mereka bisa membeli banyak barang, tidak hanya bawang dan cabai.

Menurut Sandiaga Uno, adanya tantangan itu justru pertanda baik.

"Bagus, itu jadi satu challenge yang menurut saya kena banget," kata Sandiaga Uno di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (11/9/2018).

Dia meminta warga membandingkan uang Rp 100 ribu yang dibelanjakan saat ini dan jumlah yang sama dibelanjakan empat tahun lalu. Dia memastikan, saat ini uang itu mendapat lebih sedikit barang.

"Bandingkan dengan empat tahun lalu, Rp 100 ribu dapat apa, sekarang dapat apa. Ya pasti bedalah. Pasti lebih sedikit (sekarang) dapatnya," ujar Sandiaga Uno.

"Bawang tahun 2014 sama cabai dan kebutuhan hidup pasti lebih mahal sekarang," kata dia.

Mantan Wagub DKI itu memastikan, dia dan Prabowo Subianto bisa membuat harga stabil seperti 2014. "Daya beli masyarakat kita perkuat, harga kita buat stabil kita buktikan di DKI kemarin," ucap Sandiaga Uno.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Gerindra Membela

Pernyataan Sikap Koalisi Prabowo-Sandiaga
Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengkritisi kondisi ekonomi dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Jalan Kertanegara, Jakarta, Jumat (7/9). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kolega Sandiaga Uno di Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan menilai apa yang disampaikan Sandi merupakan fakta yang ditemui di lapangan. Pernyataan-pernyataan Sandi dinilai sebagai masukan kepada pemerintah.

"Seharusnya pemerintah jangan resistensi dengan masukan dari kubu kita. Kubu kita kan memberikan masukan, bukan nyinyir, mengkritisi. Karena masalah dolar ini bukan masalah Pak Jokowi dan tim suksesnya saja," jelas Wakil Sekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade, kepada merdeka.com, Selasa (11/9/2018). 

Andre mengatakan, permasalahan merosotnya nilai tukar rupiah merupakan permasalahan bangsa. Karena itulah, pihaknya wajib mengingatkan pemerintah.

"Masalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, kan, permasalahan bangsa. Bukan hanya Pak Jokowi doang yang merasakan. Pak Prabowo dan pendukung Pak Prabowo merasakan juga susahnya," jelas dia.

Dampak kenaikan harga dolar menurut dia berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok. Ini juga telah dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

"Karena jika harga rupiah melemah berkelanjutan, cepat atau lambat harga kebutuhan pokok pasti akan naik dan itu sudah dirasakan. Dan dengan harga kedelai naik otomatis harga tempe naik. Lalu nanti kita impor beras, impor gula, harga naik," katanya.

Pernyataan Sandi yang menyatakan tempe di pasar saat ini setipis kartu ATM sebagai dampak anjloknya nilai rupiah, Andre mengatakan faktanya memang demikian. Ia mengatakan biasanya dengan uang Rp 10 ribu bisa mendapat 17 potong tempe (gorengan), kini cuma dapat 15 potong.

"Jadi memang ada penipisan tempe. Itu karena memang harga kedelai tinggi. Itu terjadi memang. Merosotnya harga nilai tukar rupiah terhadap dolar itu membuat harga-harga bahan pokok naik. Itu fakta yang tak bisa ditutupi," jelasnya.

Cek Ukuran Tempe ke Warteg

Sementara dari kubu Jokowi, sejumlah tokoh menganggap Sandiaga terlalu berlebihan menggambarkan situasi ekonomi saat ini.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanul Haq turut berkomentar mengenai pernyataan irisan tempe setipis kartu ATM yang diucapkan Sandiaga Uno. Maman bahkan mengaku sampai mengecek ke warung tegal (Warteg) untuk melihat apakah benar ukuran tempe menjadi sangat tipis karena harga dolar naik.

"Katanya hari ini dolar Rp 15 ribu membuat tempe setipis kartu ATM. Saya cek di warteg Tempe masih gede-gede betul?" ujar Maman saat menghadiri deklarasi Aliansi kebangsaan Gotong Royong Indonesia (AKGI) di Gedung Joeang DHN 45, Menteng, Jakarta, Sabtu (8/9/2018).

(Foto: brilio.net)

Kata Maman, kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lain.

"Katanya dengan Rp 10 ribu tidak bisa beli apa-apa. Kita jawab fundamental economy kita masih kuat. Jauh lebih kuat daripada Turki, Venezuela, Brasil dan lain-lain. Kita akan keluar dari kesulitan ini dan akan jadi negara maju," kata dia.

"Kenapa milih Jokowi. Karena Jokowi membangun optimisme, bukan pesimisme. Jokowi tidak pernah menakuti-nakuti orang," tandasnya.

Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli menganggap pernyataan Sandiaga Uno soal ukuran tempe saat ini yang hanya sebesar kartu ATM terlalu berlebihan. Dia menyamakan pernyataan Sandiga Uno dengan kasus yang sempat menjerat Perdana Menteri (PM) Malaysia, Najib Razak.

Calon legislatif itu menyebut reputasi Najib sebagai PM Malayasia rusak karena asal bicara soal harga kangkung.

"Reputasi Najib sebagai PM Malaysia mulai rusak saat ngomong sembarangan soal harga kangkung," cuit Guntur Romli dalam akun twitternya, @GunRomli

Menurut Guntur Romli, Sandiaga Uno menggunakan cara yang sama dengan Najib, yaitu dengan menggunakan istilah irisan tempe setipis kartu ATM.

"Kini cara yg sama dipake @sandiuno," tulis Guntur.

Mantan aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) ini menganggap reputasi Sandiga Uno bisa saja rusak seperti Najib karena istilah-istilah nyeleneh yang ia gunakan.

"Sembarangan bicara ukuran tempe & harga belanjaan 100 ribu. Lanjutkan ngaco hai @sandiuno," tulis Guntur Romli.

Sastrawan Goenawan Mohammad menilai, ungkapan Sandiaga yang menyamakan ukuran tempe dengan kartu ATM, menandakan kalau mantan wakil gubernur DKI Jakarta memang sebagai seorang yang akrab dengan dunia bisnis.

"Tempe kini (di bawah @jokowi) setipis kartu kredit. Bila benar dia bilang begitu, jelas dia lebih kenal kartu kredit ketimbang tempe," cuit Goenawan dalam akun twitternya, @gm_gm.

Dia menilai tidak ada yang salah dari ucapan Sandiaga Uno. Menurut dia, ukuran tempe sejak dulu bisa saja menjadi besar atau bahkan benar-benar tipis, tergantung dari selera masyarakat.

"Sbg penggemar tempe, saya bersaksi bhw dari dulu tempe bisa setipis kartu. Jangan kaget," ungkap dia.

Dalan cuitan lainnya, GM juga mengunggah gambar keripik tempe yang memang berukuran tipis. cuitan itu disertai dengan tulisan, "Tempe tipis, dari masa ke masa. Baik di bawah Bung Karno, Suharto, Gus Dur, Mega, SBY, maupun Jokowi,"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya