Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah warga Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang terdampak gempa terjangkit penyakit malaria. Ketua Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Djazuli Ambari mengatakan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Lombok Barat, ada 105 warga menderita malaria.
Mereka yang terkena malaria terdiri dari 27 penderita Malaria Tropicana, 22 penderita Malaria Tertiana dan sebanyak 56 orang penderita Malaria Mix.
"Kasus malaria di Lombok Barat usai gempa ditemukan meningkat di 28 dusun, 10 desa dan tiga kecamatan di Lombok Barat. Data tersebut didapatkan Dinkes Lombok Barat, setelah melaksanakan blood mass survey sejak 28 Agustus sampai 7 September 2018,” ucap Djazuli, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (16/9/2018).
Advertisement
Djazuli menyebut, secara resmi Dinas Kesehatan Lombok Barat sudah mengirim surat permohonan bantuan tenaga analis kesehatan dan Rdt (rapid diagnostic test) kepada BSMI Pusat.
"Kami langsung merespons permintaan tersebut dengan menyediakan laboratorium beserta tenaga analis kesehatan yang siap turut andil membantu penanganan kasus malaria di RS Lapangan yang masih beroperasi di Lombok," kata Djazuli seperti dilansir dari Antara.
Dia memaklumi keterbatasan Dinas Kesehatan Lombok Barat yang kekurangan tenaga, dana dan logistik untuk menangani kasus malaria yang muncul setelah gempa.
KLB
Djazuli pun mengajak setiap elemen untuk terus bahu-membahu memperhatikan Lombok, termasuk mengatasi munculnya penyakit malaria. Bahkan, kata dia, kasus malaria di Kecamatan Ujung Sari, Lombok Barat telah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) malaria karena memenuhi 4 dari 5 kriteria KLB.
"Yakni adanya kenaikan jumlah kasus yang bermakna, hasil konfirmasi melalui MFS ditemukan penderita positif plasmodium falciparum (malaria tropicana) dominan, ada kasus bayi yang positif dan timbulnya keresahan masyarakat karena malaria," kata Djazuli.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement