Liputan6.com, Jakarta - Seiring aliran bantuan masuk ke wilayah Palu, Sigi, Donggala, dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah, di saat itu pula warga korban gempa dan tsunami mulai kembali memupuk harapan.
Perlahan tapi pasti, dukacita mendalam akibat kehilangan keluarga, sanak saudara, dan tempat tinggal yang terkubur bersama ribuan ton tanah serta sapuan air bah tsunami, kini mulai surut. Tampak warga Palu dan Donggala mulai bangkit dan mencoba untuk menata kembali hidup mereka.
Namun, tidak bisa dimungkiri, rasa trauma akibat gempa dan tsunami masih dirasakan hampir sebagian besar masyarakat Palu dan Donggala. Mereka bahkan ada yang memilih pergi mengungsi sementara karena gempa susulan kerap terjadi.
Advertisement
Manado dan Makasaar menjadi salah satu kota tujuan para korban terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Tercatatat sudah 700-an pengungsi korban bencana Palu, Sigi, dan Donggala yang mengungsi ke Manado.
Sedangkan di Asrama Haji Embarkasi Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, tercatat lebih dari 3.000 pengungsi yang didominasi oleh orangtua dan anak-anak.
Sementara itu, hingga Senin siang, 8 Oktober 2018 berdasarkan info BNPB, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami Palu berjumlah 1.948 orang. Dari jumlah tersebut, 855 orang sudah dimakamkan secara massal, sementara sisanya telah diambil pihak keluarga masing-masing.
Berikut empat usaha warga Palu dan Donggala untuk bangkit dari keterpurukan usai gempa dan tsunami:
1. Aktivitas Ekonomi Menggeliat
Menggeliatnya perekonomian di Palu dan Donggala usai gempa, tak lepas dari imbauan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang ingin melihat warganya berkegiatan kembali.
"Saya mengimbau warga pelaku usaha, apabila memungkinkan untuk buka dan berkegiatan kembali," kata Jokowi saat berkunjung ke Petobo, Palu Selatan.
Aktivitas perekonomian salah satunya terlihat di Pasar Masomba di Jalan Tanjung Manimbaya, Tatura Utara, Palu Selatan, Kota Palu.
Tiga belas hari usai gempa dan tsunami menerjang Palu dan Donggala, transaksi jual beli mulai tampak di pasar ini. Kios-kios para pedagang yang masih berdiri kembali dibuka untuk menjual beras, sayur-mayur, ikan, ayam, tempe, dan lain-lain. Warga pun mulai berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari.
Meski berangsur normal, harga kebutuhan pokok belum cukup stabil dibanding sebelum bencana lantaran stok dan pasokan masih terbatas.
Advertisement
2. Jualan Nasi Kuning
Kegiatan perekonomian yang kembali berjalan di Kota Palu membuat seorang pedagang nasi kuning kembali mencari rezeki.
Dengan sepedanya, dia keliling jalanan Kota Palu yang telah porak-poranda sambil membawa dagangan dan lauk-pauk berupa irisan ikan tongkol dan telur.
"Saya jualannya dengan perasaan masih trauma karena gempa. Tapi alhamdulillah, baru keluar dan tak jauh dari rumah di Jalan Elang, jualan nasi kuning saya sudah habis," kata Subagio kepada Liputan6.com.
Untuk sebungkus nasi kuning, Subagio menjualnya dengan harga Rp 10 ribu.
3. Jualan Telur
Usai gempa dan tsunami di Palu berakhir, seperti halnya Subagio, Andi tak ingin larut dalam duka. Hal itu ditunjukkannya dengan berjualan telur ayam .
Telur-telur itu dibelinya di Kabupaten Sigi, lalu dijajakan di emperan toko di Jalan Garuda. Selain eceran, dia juga menjualnya per rak seharga Rp 50 ribu.
"Kalau diecer hanya seharga seribu lebih," kata Andi kepada Liputan6.com.
Andi berharap, kedatangan Presiden Joko Widodo yang kedua kalinya pada Rabu, 3 Oktober 2018, menjadi awal kebangkitan pelaku usaha kecil, khususnya yang bergelut di jualan bahan pokok.
Advertisement
4. Palu Grand Mall Dibuka
Selain para pedagang kecil, para pelaku bisnis retail berskala besar di Palu juga kembali menggeliat. Salah satunya Karman Karim, pemilik Palu Grand Mall.
Dia menargetkan dalam kurun waktu dua minggu ke depan, usahanya akan kembali dibuka. Meski sempat dihantam tsunami, Karim bersyukur bangunan miliknya tak ikut luluhlantak. Hanya bagian lantai dasar yang rusak parah.
Rencananya, begitu mal miliknya dibuka, dia mengaku akan menggelar bazar bahan pokok dengan harga murah, sehingga terjangkau oleh warga.
"Target saya dua minggu ke depan sudah bisa dibuka," kata dia di Palu, Jumat, 5 Oktober 2018.
5. Jagung Rebus
Satu lagi cara warga korban gempa dan tsunami Palu untuk segera bangkit dan kembali beraktivitas. Jualan jagung rebus dilakukan Masita dan keluarganya untuk bertahan hidup.
"Saya, suami, dan anak-anak masih selamat. Rumah kami yang hancur. Untuk bertahan hidup kami jual jagung rebus," kata Masita kepada Liputan6.com di Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu 7 Oktober 2018.
Masita merupakan warga Kabupaten Sigi yang rumahnya hancur porak-poranda akibat diguncang gempa. Namun, dia, suami bersama anak-anaknya selamat dari bencana tersebut.
Setiap harinya Masita berjualan di SPBU Dewi Sartika, Kalukubula, Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
"Dan alhamdulillah, jualan kita laris di tengah antrean warga yang mau beli BBM di SPBU ini," jelasnya.
Masita masih berharap ada bantuan pemerintah agar rumahnya yang rusak di Kabupaten Sigi dapat diperbaiki kembali.
Advertisement
6. Belajar Mengajar Kembali Normal
Sementara itu, rasa trauma dan ketakutan hingga kini masih terus menghantui sebagian anak-anak di Kota Palu dan Donggala pascagempa, Jumat, 28 September 2018.
Meski aktivitas belajar mengajar telah kembali normal, mereka masih ada yang belum mau bersekolah. Bahkan ada yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di kampung halaman orangtuanya karena takut gempa terjadi lagi.
Proses trauma healing atau mengatasi trauma anak melalui kegiatan bermain sambil belajar pun, kini terus dilakukan. Dengan tujuan agar anak-anak ini tidak tenggelam dalam ketakutan. Diharapkan mereka pun mau segera kembali sekolah.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Saksikan video pilihan di bawah ini: