Terapkan Frugal Living Sesuai Ekonomi Syariah: Hemat atau Pelit?

Dosen IPB menyatakan, prinsip frugal living dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.

oleh Agustina Melani Diperbarui 11 Apr 2025, 18:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 18:00 WIB
Terapkan Frugal Living Sesuai Ekonomi Syariah: Hemat atau Pelit?
Dosen Ilmu Ekonomi Syariah IPB University, Dr Laily Dwi Arsyianti. (Foto: IPB)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Gaya hidup hemat atau frugal living semakin banyak diterapkan oleh masyarakat sebagai strategi mengelola keuangan dengan bijak. Namun, bagaimana konsep ini ditinjau dari perspektif ekonomi syariah?

Dosen Ilmu Ekonomi Syariah IPB University Laily Dwi Arsyianti menuturkan, dalam perspektif ekonomi syariah, konsep frugal living dikenal dengan istilah qanaah. Yakni sikap merasa cukup, tidak berlebihan, serta menghindari sifat mubazir dan boros.

Dia menilai, prinsip frugal living dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. Frugal living atau qanaah bukan berarti pelit, melainkan sikap hidup sederhana tanpa mengorbankan kebutuhan utama.

"Batas antara hemat dan pelit memang tipis, tetapi frugal living dalam Islam berarti tidak berlebihan dan tetap berbagi. Contohnya, ketika kita mentraktir orang lain atau berinfak, itu justru menjadi salah satu jalan pembuka rezeki,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (11/4/2025).

Dalam menerapkan gaya hidup hemat, Laily menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan berbagi. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:

Memberi hadiah secukupnya.

Saat memberikan hadiah atau oleh-oleh, sesuaikan dengan anggaran tanpa mengurangi makna dan manfaatnya.

Menghindari konsumsi berlebihan.

Belanja sesuai kebutuhan dan hindari perilaku konsumtif yang hanya mengikuti tren.Tetap berbagi.

Sedekah dan infaq harus tetap menjadi bagian dari pengelolaan keuangan yang sehat.

Untuk menghindari pemborosan tanpa menurunkan kualitas hidup, Dr Laily memberikan beberapa tips:

Sejumlah Tips

- Hindari godaan flexing di media sosial dan tidak terjebak dalam gengsi atau gaya hidup konsumtif.

- Manfaatkan barang yang masih layak digunakan, daripada terus membeli yang baru.

- Gunakan strategi belanja yang bijak, seperti menunda pembelian jika tidak benar-benar mendesak.

- Buat perencanaan keuangan yang jelas, termasuk memisahkan akun/tabungan ke dalam tiga kategori:

1. Akun harian: untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Akun tujuan tertentu: seperti dana mudik, pendidikan, atau hiburan.

3. Akun darurat: hanya digunakan dalam kondisi mendesak.

"Agar tetap dapat memenuhi kebutuhan masa depan, investasi yang sesuai dengan prinsip syariah menjadi pilihan yang bijak. Beberapa bentuk investasi yang bisa diterapkan yakni deposito bulanan (automatic roll over) dan tabungan berjangka syariah," ujar dia.

Laily meyakini, setiap individu memiliki kondisi keuangan yang berbeda. Karena itu, penting untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. "Intinya, kita harus merasa cukup dan bersyukur atas apa yang kita miliki," kata dia.

Tips Pulihkan Kondisi Keuangan Pasca Lebaran

tips menghemat uang
tips menghemat uang ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Setelah merayakan Hari Raya Idulfitri, banyak masyarakat mengalami kondisi keuangan yang kurang stabil akibat lonjakan pengeluaran selama Ramadan dan Lebaran. Mulai dari biaya mudik, belanja baju baru, hingga kebutuhan konsumsi meningkat signifikan. 

Namun, jangan panik. Ada beberapa langkah strategis untuk memulihkan keuangan pasca Lebaran seperti ditulis dari artikel Liputan6.com sebelumnya:

1. Evaluasi Pengeluaran Selama Lebaran

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi total pengeluaran selama periode Ramadan dan Lebaran. Catat semua pengeluaran, termasuk yang kecil sekalipun. Hal ini penting untuk mengetahui seberapa besar 'kerusakan' keuangan yang terjadi dan bagaimana cara menyesuaikannya dengan pendapatan yang tersisa. 

2. Prioritaskan Kebutuhan Pokok

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan pada periode Lebaran 2024 mencapai 3,36% secara year-on-year, didorong oleh kenaikan harga bahan makanan dan transportasi. Oleh karena itu, pasca Lebaran, penting untuk fokus pada kebutuhan pokok dan menghindari pembelian impulsif. 

3. Tunda Pengeluaran Konsumtif 

Hindari pengeluaran besar yang tidak mendesak. Tunda pembelian gadget, liburan, atau barang-barang lifestyle lainnya sampai kondisi keuangan kembali stabil. Financial planner Prita Ghozie menyarankan agar masyarakat menetapkan “puasa belanja” minimal dua minggu setelah Lebaran sebagai bentuk detoks finansial. 

Tips Lainnya

4. Susun Ulang Anggaran Bulanan 

Setelah mengevaluasi pengeluaran, segera susun ulang anggaran. Gunakan prinsip 50:30:20—yakni 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk menabung atau membayar utang. 

5. Manfaatkan Promo dan Diskon dengan Bijak 

Jika memang perlu berbelanja, manfaatkan diskon pasca Lebaran yang banyak ditawarkan oleh e-commerce dan ritel. Tapi tetap utamakan barang yang benar-benar dibutuhkan. 

6. Cari Penghasilan Tambahan

Jika dana darurat sudah terkuras, pertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan. Misalnya, menjadi reseller produk online, freelance, atau membuka jasa kecil-kecilan yang bisa dikerjakan dari rumah.  

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya