Liputan6.com, Jakarta - Jusuf Hamka, pengusaha muslim Tionghoa meraih Anugerah Bela Negara 2018 karena membuka warung nasi murah meriah.
Penghargaan diberikan langsung oleh Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan), dalam rangka peringatan bela negara ke-70, Minggu (16/12/2018). Jusuf Hamka dinilai konsisten melakukan aksi bela negara.
Dalam sambutannya, Jusuf mengaku bersyukur menerima penghargaan tersebut. "Alhamdulilah hari ini karena dagang nasi kuning dapat penghargaan. Ini sesuatu yang sangat luar biasa," kata dia.
Advertisement
Dia pun berpesan kepada seluruh elemen bangsa agar jangan sampai TNI, Polri dan pemerintah berjalan sendiri untuk mengurus negara ini. "NKRI harga mati, tanggung jawab kita semua warga negara Indonesia," ucap dia.
Pria itu berharap tidak ada lagi istilah pribumi atau non-pribumi. "Kita enggak usah pusingin pribumi, non-pribumi tidak ada lagi. Apapun suku, agama kalau cinta kepada tanah air, sayang kepada rakyat Indonesia, dia sayang kepada karyawan, pembantu, tetangga . Dialah pribumi yang sebenarnya. NKRI harga mati," tandas dia.
Di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta, di sebelah kiri, tepatnya di samping gerbang utama gedung bertingkat PT Citra Marga Nusaphala, berdiri sebuah rumah makan murah meriah dengan lauk mewah. Hanya dengan membayar Rp 3 ribu, pembeli bisa menikmati menu nasi dengan aneka lauk pauk yang sangat menggugah selera.
Tak hanya menjamu pengunjung dengan aneka ragam menu, pemilik warung juga memanjakan siapa pun yang datang dengan suasana yang nyaman dan asri, mirip seperti di pedesaan.
Warung istimewa ini bernama Podjok Halal, berdiri di bawah tenda biru berdampingan dengan pohon kelapa yang menjulur tinggi ke atas. Suasana semakin asri dengan adanya tanaman-tanaman yang melingkari bangku pengunjung.
Jusuf Hamka membuka tempat makan murah ini dengan satu tujuan, mengurangi beban kaum dhuafa dan orang-orang berpenghasilan rendah. Jusuf berharap, mereka yang datang bisa makan enak tapi bisa berhemat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menyebar Bagai Virus
"Kalau Allah SWT sudah berkehendak, sedekah Rp 3 ribu saja sudah bikin orang besar," begitu yang diucapkan Jusuf Hamka.
"Ini konsep sederhana, saya tidak masak. Saya beli dari warung setempat. Saya subsidi jadi semua harga lauk-pauk menjadi Rp 3 ribu," ucap Jusuf saat berbicang dengan Liputan6.com di Gedung KLY.
Ibarat virus yang menyebar, banyak orang yang akhirnya mau membantu mendanai dari latar belakang pengusaha, polisi, hingga selebritis. Ini menjadi ajang sedekah di antara orang-orang sekitar. Termasuk karyawannya.
"Karyawan kami ada yang nyumbang kerupuk, pisang, air mineral, tenaga. Jadi kami membuat satu sinergi sedekah bersama," tutur dia.
Selain itu, banyak juga yang tertarik membuka cabang di berbagai daerah. Salah satunya yang dilakukan Dewan Ketahanan Nasional.
"Waktu saya keteteran Sekjen Dewan Ketahanan Nasional panggil saya. Mereka bilang mau buka di Bengkulu, Semarang, Bandung, Cirebon. Alhamdulilah sekarang sudah lumayan banyak sekarang," ujar dia.
Seperti kata pepatah, "Siapa yang menamam dia yang akan menuai". Kebiasaan memberi, berbagi dan peduli kepada sesama manusia tersebut mendapatkan ganjaran dari Allah SWT yang sama sekali tak bisa dinalar secara logika.
Misalnya, dalam pengerjaan proyek tol. Biasanya untuk proses pengerjaan membutuhkan waktu tiga tahun mulai dari proses tender dan segala macam hal lainnya. Tapi, semenjak bersedekah dengan konsep sederhana tersebut, prosesnya menjadi lebih cepat.
"Saya gak tahu apakah ini multiplayer efek karena kita sedekah dengan tulus, ikhlas dan banyak bantu orang. Saya berfikir bahwa ada hal gaib yang bimbing semua ini," ucap Jusuf.
"Believe It or Not. Tapi Ini terjadi dan bukan omong kosong. Boleh dicek," sambung dia.
Advertisement
Keajaiban
Tak cuma itu, Jusuf pun kini diangkat staf ahli Kementerian Sosial, dan dipercaya memegang jabatan strategis salah satu tim sukses pasangan calon presiden.
"Saya sampai bilang sudah deh jangan bercanda sama kekuasaan Tuhan. Saya juga tidak mengerti apa-apa, kenapa jadi begini. Padahal ini (sedekah) saya sederhana," ujar dia.
Meski demikian, segala pencapaian yang diraih pria berusia 61 tahun itu tak lantas membuat dirinya lupa diri. Semua nikmat yang diberikan dianggap sebagai ujian.
"Saya pikir itu ujian. Makanya tidak merubah saya," ujar dia.
Jusuf justru menjadi semakin takut. "Jujur saya jadi takut. Saya dimudahkan-dimudahkan, saya takut apa umur gue mau sampe kali ya. Kok kayaknya kabul, kabul melulu," ujar dia.
Ke depan, Jusuf ingin prinsip sedekah dapat berjalan terus-menerus hingga akhir hidup. Sebab, dia sadar hidupnya selalu dipenuhi keajaiban.
"Kayaknya Tuhan banyak memberilah kepada saya, makanya saya harus banyak memberi kepada orang lain," ucap dia.