Peta Daerah Rawan Tsunami di Indonesia yang Wajib Diketahui

Indonesia memang rawan gempa bumi yang bisa menyebabkan tsunami.

oleh Rizky Mandasari diperbarui 24 Des 2018, 15:34 WIB
Diterbitkan 24 Des 2018, 15:34 WIB
Terjangan Tsunami Luluh Lantakkan Sumur Ujung Kulon
Warga mencari sisa harta benda usai tsunami menerjang Kampung Sumur, Ujung Kulon, Banten, Selasa (24/12). Situasi Kampung Sumur saat tsunami benar-benar panik dan mencekam. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Tsunami Anyer atau Selat Sunda yang terjadi di pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam menyisakan duka yang mendalam.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebut korban tewas akibat terjangan tsunami Selat Sunda di Anyer dan Lampung mencapai 200 orang lebih tewas. Selain korban tewas, Sutopo menyebut setidaknya 800-an orang luka dan 30 orang lainnya masih hilang.

"Dan 558 rumah rusak, sembilan hotel rusak," ujar Sutopo dalam konferensi pers di Yogyakarta, Minggu (23/12/2018).

Pantai Tanjung Lesung, kawasan wisata unggulan yang masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kebanggaan Kementerian Pariwisata terdampak paling parah dari jumlah korban, karena saat bencana terjadi sedang berlangsung kunjungan wisata dari ratusan karyawan PLN dan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta konser band Seventeen.

Band Seventeen kebetulan tampil di panggung yang disebut dibangun hanya berjarak lima meter dari bibir pantai. Video saat panggung konser band Seventeen diterjang tsunami Selat Sunda juga viral di media sosial.

Mengenai banyaknya korban yang jatuh atas bencana ini, Sutopo berkata bahwa dirinya menyayangkan bahwa mitigasi bencana di kawasan Indonesia masih sangat minim. Ia juga menyebut bahwa pengelola kawasan wisata di Indonesia perlu mempelajari peta bencana yang kemungkinan terjadi di kawasannya.

"Ke depannya semoga mitigasi bencana di Indonesia semakin diperhatikan lagi sehingga bisa meminimalisir jumlah korban, terutama di kawasan wisata yang rawan bencana seperti pantai dan gunung," kata Sutopo.

Ketua TCC Guntur Sakti menjelaskan lewat press release, langkah konkrit yang dilakukan pada Minggu (23/12/2018) sesuai instruksi Menpar adalah menyetop promosi di destinasi terdampak bencana, menerbitkan informasi situasi terkini dan membentuk posko koordinasi di wilayah Banten dan Lampung.

"Nantinya, hanya ada satu pintu untuk mengeluarkan pernyataan dampak bencana di sektor pariwisata. Dan ini adalah pelayanan utama yang dilakukan TCC Kemenpar di fase tanggap darurat. Selain tentunya ikut serta memberikan pelayanan kepada wisatawan yang terdampak," ujar Guntur.

Belajar dari pengalaman penanganan bencana erupsi Gunung Agung Bali, gempa Lombok dan Palu, layanan terhadap wisatawan diberikan dalam bentuk layanan informasi, akomodasi, konsumsi serta imigrasi dan atraksi, khususnya bagi mereka yang tertahan di bandara atau pelabuhan.

Selat Sunda Masuk Peta Daerah Rawan Tsunami di Indonesia

krakatau
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Bencana alam kembali terjadi lagi di Indonesia. Minggu (23/12/2018), BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyatakan bahwa ada gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan Banten yang berada di sekitar Selat Sunda.

Dan mereka mengatakan itu adalah tsunami. BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB.

Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.

Tentu saja kejadian ini membuat terkejud warga Indonesia. Sebab tsunami di Palu dan gempa Donggala masih menghantui sebagian besar warga. Belum lagi fakta bahwa kejadian berdekatan dengan peringatan 14 tahun gempa bumi Samudera Hindia atau yang dikenal dengan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.

Seperti yang kita tahu, Indonesia memang rawan gempa bumi yang bisa menyebabkan tsunami. Maklum, posisi Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik dunia. Yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik.

Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatra - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi. Sisi-sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.

Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.

Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Selama kurun 1600-2000, terdapat 105 kejadian tsunami. Di mana 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000).

Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami. Terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi.

Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami. Sejumlah 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Melihat peta daerah rawan tsunami yang dimaksud BMKG, terlihat bahwa daerah Selat Sunda masuk menjadi daerah rawan tsunami.

Diketahui kejadian tadi malam terjadi di Selat Sunda dan dekat Pantai Anyer. Bahkan korban jiwa paling banyak berasal dari tiga wilayah yaitu, di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang.

Tercatat juga, di daerah tersebut telah dipasangi Sirine atau remote terminal unit (RTU). Diketahui sirine itu merupakan salah satu perangkat pendukung dalam peringatan dini datangnya tsunami di daerah. BMKG sendiri mengelola 52 unit sirine di 18 provinsi yang rawan bencana tsunami di seluruh Indonesia. Di mana ada 2 unit di Lampung, 3 unit di Banten, dan 2 unit di Jawa Barat.

BMKG Sebut Punya Peta Daerah Rawan Tsunami, Ini Titik-titiknya

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memiliki peta kerawanan tsunami yang disusun bersama lembaga lain. "Tsunami sudah dilakukan [BMKG, BPPT, LIPI dan IPB. Sedangkan prediksi gempa sedang dilakukan. Peta potensi sudah ada," ucap Dwikorita, Jakarta, Kamis (5/4/2018).

Senada, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya mengungkapkan, sejak 2001, pihaknya bersama tim sudah membuat peta potensi kerawanan tsunami tersebut.

"Di mana saja, yaitu di sepanjang Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, di Utara Nusa Tenggara, pantai Utara Papua. Kemudian Pantai Timur Manado Barat dan Maluku. Pantai utara Sulawesi, Toli-Toli, kemudian bagian barat Pantai Sulawesi. Di Mamuju, kemudian di pulau-pulau kecil Ambon," jelas Jaya.

Dia menuturkan, sampai saat ini sesuai. "Terus dilakukan evaluasi untuk memprediksi terjadinya tsunami," ia menjelaskan.

"Sampai saat ini sesuai," kata Jaya.

19 Wilayah Indonesia Masuk Peta Daerah Rawan Tsunami

Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengindentifikasi wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan gerakan tanah, gempa bumi dan tsunami. Sebanyak 19 wilayah Indonesia terindikasi rawan terjadi gelombang tsunami.

Berdasarkan catatan Badan Geologi, Wilayah Maluku Selatan terbanyak terkena tsunami yakni sebanyak 19 kali, yakni tahun 1629, 1657, 1659, 1673, 1674, 1708, 1763, 1775, 1802, 1841, 1851, 1852, 1861, 1876, 1899, 1950, 1966, 1983 dan tahun 1996.

Sementara yang paling sedikit terjadi tsunami yaitu Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, yang hanya terkena sekali gelombang tsunami pada 1921.

Seperti dikutip situs Kementerian ESDM, Senin (24/12/2018), berikut 19 wilayah di Indonesia yang rawan terjadinya gelombang tsunami:

1. Aceh (Pulau Simeulue, Pantai Barat Aceh [Lhok Nga, Calang, Meulaboh], Lhokseumawe)

2. Sumatera Utara (Pulau Nias, Pantai Barat Sumatera Utara [Singkil, Sibolga])

3. Sumatera Barat (Kepulauan Mentawai, Pantai Barat Sumatera Barat [termasuk Siri Sori])

4. Bengkulu (Pulau Enggano, Pantai Barat Bengkulu [termasuk Kota Bengkulu dan Manna])

5. Lampung dan Banten (Pantai Selatan Lampung, Pantai Barat Banten)

6. Jawa Barat Tengah Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Barat - Tengah)

7. Jawa Timur Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Timur)

8. Bali (Pantai Selatan Bali)

9. Nusa Tenggara Barat (Pantai Selatan Lombok, Sumbawa, dan Pantai utara Bima)

10. Nusa Tenggara Timur (Pantai Utara Flores, Pulau Babi, Pantai Utara Pulau Timor [Atapupu], dan Pantai Selatan Sumba)

11. Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Sangihe, dan Talaud)

12. Sulawesi Tengah-Palu (Pulau Peleng, Banggai Kepulauan, Luwuk, Palu, Teluk Tomini, Tambu, Mupaga, Toli-toli, Donggala, dan Tojo)

13. Sulawesi Selatan (Bulukumba, Tinambung, dan Majene)

14. Sulawesi Tenggara (Pantai Kendari)

15. Maluku Utara (Sanana, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Pulau Obi)

16. Maluku Selatan (Bandanaira, Pulau Seram, Pulau Buru, Pantai Talaga, Pulau Banda, Pulau Kai, Pulau Tual)

17. Papua Utara (Yapen, Biak, Supiori, Oranbari, dan Ransiki)

18. Kalimantan Selatan Bagian Timur (Langadai dan Loeri)

19. Sangata (Daerah Sekuran).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya