Liputan6.com, Jakarta - RB (34) menjadi korban mutilasi yang dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pembunuhan terjadi pada 31 Desember 2018.
Atas keterangan saksi kunci, polisi berhasil mengindentifikasi para pelaku. Dari empat pelaku, tiga nama telah dikantongi.
Baca Juga
"Pelakunya sudah teridentifikasi atas nama I, N, AD, kemudian satu lagi saksi tak kenal nama, tapi ciri fisik dikenal, adalah DPO dengan ciri-ciri pendek dan gemuk," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (3/1/2019).
Advertisement
Berikut tiga fakta lain yang berhasil diungkap polisi terkait kelompok teroris pimpinan Ali Kalora:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Ali Kalora Cs Berjumlah 10 Orang
Ali Kalora digadang-gadang sebagai penerus gembong teroris Santoso alias Abu Wardah yang tewas dalam baku tembak dengan Satgas Tinombala di pegunungan Ambarana, Poso, Juli 2016 lalu.
Usai kematian Santoso, saat itu polisi memprediksi jumlah anggota MIT sekitar 18-20 orang.
Kini jumlah kekuatan Ali Kalora Cs dilaporkan tinggal 10 orang dengan tiga senjata api terdiri dari dua pucuk laras panjang dan satu laras pendek rakitan.
Sepuluh orang itu adalah Ali Kalora alias Ali Ahmad, Askar alias Pak Guru, Qatar alias Farel, Namnung alias Khobar, Basir alias Romzi, Galuh alias Naeh, Abu Alim, Rajif Gandi Saban alias Rajef, Aditya alias Idad, dan Alhaji Kaliki. Dari 10 orang ini, tujuh di antaranya DPO lama yang belum tertangkap.
Advertisement
2. Tunjukkan Eksistensi
Ali Kalora cs mulai berulah sejak Sabtu, 29 Desember 2018. Mereka mengincar warga yang tengah bekerja di ladang, termasuk RB alias A, warga Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong.
Kemudian, komplotan teroris tersebut sempat menghilang. Namun, esok harinya mereka kembali dan mengeksekusi A dengan cara memutilasi. Saat ditemukan kepala A terpisah dari tubunya.
Oleh Ali Kalora CS, kepala tersebut diletakkan di atas jembatan Desa Salubanga, Sausu, Parimo, Sulteng. Sementara badan korban dibuang jauh dari lokasi kepalanya.
Diduga Ali Kalora ingin menunjukkan eksistensinya. Mereka berulah dengan memutilasi warga sipil untuk memancing kehadiran aparat kepolisian dan menembakinya.
"Motifnya yang pertama memang menunjukkan eksistensinya. Ini perbuatan murni pembunuhan. Mungkin kelompok tersebut merasa ada masyarakat mengetahui pergerakannya sehingga membunuh masyarakat tersebut," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Jakarta, Kamis (3/1/2019).
3. Terbagi dalam Kelompok Kecil
Setelah pembunuhan tersebut, berdasarkan keterangan saksi kunci, Ali Kalora Cs kini terbagi dalam kelompok kecil. Dari 10 orang, mereka membagi jadi dua kelompok yang masing-masing berisi lima anggota.
Di saat lima lainnya mulai beraksi, kelompok kedua bertugas mengawasi. Jadi, tidak semuanya yang turun ke lapangan. Itulah yang terjadi di lapangan saat A menjadi korban kekejian kelompok teroris Poso.
Lima maju eksekusi, lima jadi perimeter mengawasi. Eksekusi tanggal 30 (Desember 2018) sekitar jam 08.00 Wita," kata Dedi membeberkan.
Advertisement