Target Masuk Peringkat Dunia, Menristekdikti Beber Program Strategis Perguruan Tinggi

Adapun beberapa program strategis yang harus dijalankan yaitu penguatan riset dan inovasi, pengembangan sumber daya, implementasi revolusi industri 4.0 dan penguatan belajar dan mengajar.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 02 Apr 2019, 10:39 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2019, 10:39 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir
Menristekdikti Mohamad Nasir (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, 11 Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) harus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), riset dan inovasi agar dapat bersaing di tingkat dunia. Saat ini, dari 11 PTN BH, baru 3 yang masuk ke peringkat 500 besar dunia.

Yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknowlogi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Harapan publik pada PTN BH yaitu menjadi leading university di Indonesia dan menjadi pemacu peningkatan daya saing dan kesejahteraan," ujar Nasir di Semarang, Senin, 1 April 2019.

Adapun beberapa program strategis yang harus dijalankan yaitu penguatan riset dan inovasi, pengembangan sumber daya, implementasi revolusi industri 4.0 dan penguatan belajar dan mengajar.

Nasir berharap, dengan menjalankan program strategis yang telah dicanangkan Kemenristekdikti, seluruh PTN BH dapat masuk ke peringkat 500 besar dunia.

"PTNBH kami anggap sudah memiliki visi dan sarana yang maju. Kami dorong terus agar bisa masuk 500 besar semua," imbuhnya.

Nasir menambahkan, untuk mencapai harapan publik, program-program strategis yang dijalankan PTNBH memerlukan kepemimpinan yang baik, termasuk pembagian kerja organ MWA, rektor dan senat.

Perlu dicermati juga apakah kepemimpinan yang ada telah memberikan penggunaan sumberdaya yang ada, termasuk para dosen sehingga menghasilkan layanan tri dharma pendidikan tinggi dan pengembangan iptek yang optimal.

Nasir mengatakan, negara yang maju bukanlah negara yang memiliki jumlah penduduk besar maupun luas wilayahnya, melainkan mereka yang berinovasi.

"Di dunia negara yang maju bukan karena jumlah penduduk yang besar, bukan luas negaranya yang besar, negara yang maju (adalah) negara yang berinovasi dalam teknologi, oleh karena itu negara yang tidak berinovasi akan tertinggal," ujar Menristekdikti.

Sementara itu, Rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama mengusulkan kepada Menristekdikti agar pengurusan terkait Guru Besar bisa dilakukan otonom di masing-masing perguruan tinggi.

"Berikan kami mandat kemandirian dalam mengatur Guru Besar, atau paling tidak Lektor Kepala. Ini akan mengurangi beban di pusat," tukas Yos.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Menjaga Nilai Pancasila

Selain itu, Nasir mengajak insan perguruan tinggi untuk senantiasa merawat dan menjaga sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI.

Nasir menyatakan, perguruan tinggi sebagai institusi pengembangan akademik harus mampu mengambil peran strategis dalam menjaga nilai kebangsaan dan Pancasila dari ancaman bahaya radikalisme.

"Radikalisme sangat mengancam harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, radikalisme harus dibersihkan dari negeri Indonesia ini," ujar Nasir.

Lebih lanjut, Nasir menjelaskan bahwa dalam upaya mewujudkan Indonesia yang maju dan berkeadilan, Pemerintah RI mendorong pembangunan tidak hanya terpusat di Jawa, namun harus merata di seluruh wilayah Indonesia.

"Pembangunan yang dahulu lebih banyak dinikmati oleh penduduk Pulau Jawa, saat ini di dorong untuk bersifat Indonesia sentris, merata di wilayah NKRI," jelasnya.

Nasir menyatakan, Indonesia yang maju dan berkeadilan tidak bisa dilepaskan dari semangat dan upaya anak-anak bangsa dalam merawat, menjaga, dan mengaplikasikan nilai-nilai kebangsaan baik.

Hak ini berupa Pancasila sebagai ideologi bangsa, UUD 1945 sebagai dasar negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya