Jokowi Minta Para Duta Besar Fokus pada Diplomasi Ekonomi

Jokowi meminta para duta besar untuk mengetahui terkait investasi dan prioritas apa yang dibutuhkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2020, 11:58 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 11:58 WIB
Jokowi Buka Raker Kepala Perwakilan RI di Istana Negara
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat membuka Rapat Kerja (Raker) Kepala Perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di Istana Negara‎, Kamis (9/1/2020). Pembukaan Raker ditandai dengan pemukulan gong oleh Jokowi didampingi Menlu Retno Marsudi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka rapat kerja Kepala Perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri. Dalam rapat pembukaan tersebut, Jokowi meminta 70-80 persen tugas para duta besar berfokus pada diplomasi ekonomi.

"Saya kira bapak ibu tahu semuanya mengenai ini, tetapi saya ingin kita semuanya fokus kepada diplomasi ekonomi. Saya ingin 70-80% apa yang kita miliki itu fokusnya di situ, diplomasi ekonomi karena itulah yang sekarang yang sedang diperlukan oleh negara kita," kata Jokowi saat membuka rapat kerja di Istana Negara, Kamis (9/1/2019).

Jokowi meminta para duta besar untuk mengetahui terkait investasi dan prioritas apa yang dibutuhkan. Mulai dari barang dan produk substitusi impor. Dia mencontohkan, 85 persen Indonesia kini masih melakukan impor petrochemical.

Jokowi berharap para duta besar mendatangkan invetasi terkait barang-barang subsitusi impor. Tidak hanya itu, berkaitan dengan energi, Jokowi berharap minyak dan gas nantinya tidak perlu impor.

"Penting sekali para duta besar ini sebagai Duta investasi. Yang pertama, sebagai Duta investasi, tetapi juga harus tahu investasi di bidang apa yang kita perlukan atau menjadi prioritas," ungkap Jokowi.

Kemudian Jokowi juga mencontohkan terkait batubara. Para duta besar, kata dia, bisa mendatangkan investor yang berkaitan dengan hal tersebut. Sebab batubara bisa diubah jadi elpiji.

"Elpiji kita ini impor, impor semuanya. Sehingga yang berkaitan dengan investasi yang berkaitan dengan elpiji penting sekali supaya kita tidak impor gas elpiji lagi," ungkap Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Minta Duta Besar Membantu Ekspor

Jokowi Buka Raker Kepala Perwakilan RI di Istana Negara
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat membuka Rapat Kerja (Raker) Kepala Perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di Istana Negara‎, Kamis (9/1/2020). Pembukaan Raker ditandai dengan pemukulan gong oleh Jokowi didampingi Menlu Retno Marsudi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lalu, duta besar juha harus paham terkait perubahan minyak kelapa kopra menjadi avtur. Dia pun meminta para mereka bisa mencari investor.

"Juga yang berkaitan B20, B30, B50 sampai nanti B100 dari CPO, dari kelapa sawit, meskipun para ahli kita ini yang menemukan mereka, tapi siapa yang berproduksi? cari investasi di bidang ini jadi ekspor kita tidak bahan atau raw material lagi," papar Jokowi.

Jokowi pun berharap para duta investasi bisa membantu melakukan ekspor secara bear-besaran. Dalam bentuk barang minimal setengah jadi.

"Oleh sebab itu para dubes harus terus cari peluang, buka jejaring seluas mungkin, networkingnya buka, kenali karakter pasar, petakan peluang itu, informasikan ke kementerian," ungkap Jokowi.

Atas perintah tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan siap mengemban tugas untuk fokus meningkatkan diplomasi ekonomi di tahun yang baru ini.

Diplomasi Indonesia akan dijalankan berdasarkan prioritas 4+1 yaitu: penguatan diplomasi ekonomi; diplomasi perlindungan; diplomasi kedaulatan dan kebangsaan; dan peran Indonesia di kawasan dan global. Sementara plus satu-nya adalah penguatan infrastruktur diplomasi.

Dalam 5 tahun ke depan, diplomasi ekonomi akan betul-betul diperkuat. Wakil Menteri Luar Negeri telah mendapatkan tugas khusus Presiden RI untuk memperkuat diplomasi ekonomi.

Penugasan-penugasan konkret akan diberikan kepada para Kepala Perwakilan dalam memperkuat diplomasi ekonomi.

Menlu Retno menegaskan beberapa hal yang harusnya diubah dalam upaya mencapai diplomasi ekonomi ini. Tren negatif harusnya beralih jadi energi positif, pesimisme yang harus diubah jadi optimisme, rivalitas yang harusnya beralih jadi kerja sama serta trust deficit yang harus diganti jadi strategic trust.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya