4 Perintah Jokowi di Tengah Darurat Corona Covid-19

Salah satunya adalah Jokowi memerintahkan para menteri, gubernur, dan wali kota untuk memangkas rencana belanja yang tidak prioritas di APBN atau pun APBD.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 25 Mar 2020, 07:35 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2020, 07:35 WIB
Jokowi Minta Kementerian Arahkan Program Dukung Penanganan Corona
Presiden Joko Widodo melakukan video teleconference dengan Kabinet Indonesia Maju di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (16/3/2020). Presiden Jokowi menginstruksikan percepatan agenda kerja semua kementerian. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali memberikan arahan kepada para pembantunya di jajaran Kabinet Indonesia Maju. Arahan diberikan mengingat wabah virus corona Covid-19 menyebar di Indonesia.

Salah satunya adalah Jokowi memerintahkan para menteri, gubernur, dan wali kota untuk memangkas rencana belanja yang tidak prioritas di APBN atau pun APBD.

"Perjalanan, pertemuan, belanja lain yang tidak dibutuhkan masyarakat segera dipangkas karena kondisi fiskal kita bukan kondisi yang enteng," ujar Jokowi melalui video conference, Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Hal tersebut diperintahkan Jokowi agar semuanya bisa fokus menyelesaikan penanganan kasus Covid-19.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim segera memutuskan apakah UN 2020 tetap dilaksanakan atau ditunda.

Berikut 4 perintah Jokowi untuk jajarannya di tengan pandemi virus corona Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pangkas APBN dan APBD Tak Prioritas

Jokowi Buka Raker Kementerian Perdagangan 2020
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Jokowi memerintahkan para menteri, gubernur dan wali kota untuk memangkas rencana belanja yang tidak prioritas di APBN atau pun APBD.

"Perjalanan, pertemuan, belanja lain yang tidak dibutuhkan masyarakat segera dipangkas karena kondisi fiskal kita bukan kondisi yang enteng," ujar Jokowi melalui video conference, Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Jokowi meminta jajarannya refoccusing kegiatan dan realokasi anggaran, untuk mempercepat penanganan Covid 19, baik terkait isu-isu kesehatan maupun bantuan sosial untuk mengatasi ekonomi.

"Landasan hukumnya sudah jelas Minggu lalu 20 Maret 2020 Inpres 4/2020 untuk refocussing dan realokasi anggaran," jelasnya.

Menurutnya pengamanan sosial ekonomi untuk masyarakat melalui bansos sangat penting. Jokowi juga meminta Pemda mengecek ketersediaan bahan pokok dan mempertahankan daya beli masyarakat.

"Tolong dilihat betul keadaan para buruh terutama para pekerja harian, para petani para nelayan dan juga ini yang terkena dampak lebih dulu usaha UMKM agar kita usahakan daya beli tetap terjaga dan tetap beraktivitas dalam berproduksi," sambungnya.

Oleh sebab itu kegiatan yang ada di provinsi, kabupaten, kotamadya agar diarahkan program-program bisa diarahkan ke program padat karya tunai untuk mempertahakan daya beli masyarakat.

"Harus diperbanyak tapi tetap dengan menjaga protokoler kesehatan ketat untuk cegah penyebaran Covid-19," ujar Jokowi.

 

Fokus 3 Hal

Jokowi Pastikan RS Darurat Siap Beroperasi
Presiden Joko Widodo merapihkan masker yang digunakannya saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Dalam kunjungannya Jokowi memastikan Rumah Sakit Darurat siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Presiden Jokowi menegaskan, penanganan virus corona Covid-19 akan dilakukan dengan mengutamakan pada 3 hal yakni keselamatan kesehatan, social safety net, dan dampak ekonominya.

"Semuanya dihitung betul sehingga kesiapan kita dalam menyediakan stok pangan betul-betul ada," ujar Jokowi.

Jokowi menyatakan, penanganan Covid-19 harus dilakukan dalam satu visi dan memiliki kebijakan yang sama.

"Saya minta kebijakan-kebijakan di provinsi semuanya dihitung baik dampak dari kesehatan dan keselamatan rakyat aupun dampak sosial ekonomi yang mengikutinya," jelasnya.

Jokowi mengingatkan jika misalnya provinsi atau kabupaten/kota ingin membuat sebuah kebijakan sekolah diliburkan kantor ditutup, tempat transaksi ekonomi ditutup, hendaknya benar-benar dihitung dampak sosial ekonomi dan kesehatan yang ada.

"Kalau ingin melakukan itu, harus disiapkan, hitung berapa orang yang jadi tidak bekerja, hitung berapa pedagang asongan, becak, supir yang tidak bekerja," ujarnya.

Dukungan kepada sektor-sektor itu yang harus diberikan, bantuan sosial kepada mereka harus diberikan.

"Jangan hanya menutup tapi tidak dibarengi social sefety net untuk mendukung kebijakan yang dibuat," pungkas Jokowi.

 

Putuskan Nasib UN 2020

DIPA Tahun 2020
Presiden Jokowi didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Menkeu Sri Mulyani menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Daftar Alokasi Transfer Daerah serta Dana Desa Tahun 2020 kepada Mendikbud, Nadiem Makarim di Istana Negara, Kamis (14/11/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jokowi mengatakan, virus Corona Covid-19 sangat menganggu proses pendidikan di Indonesia, khususnya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2020. Menurut dia, ada 8,3 juta siswa yang seharusnya mengikuti UN 2020.

Untuk itu, Jokowi meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim segera memutuskan apakah UN 2020 tetap dilaksanakan atau ditunda. Dia menyatakan ada tiga opsi yang dapat dipilih saat ini.

"Harus segera diputuskan dan ada tiga opsi yang dapat kita pilih, apakah UN ini tetap dilaksanakan, yang pertama. Yang kedua apakah UN ditunda waktunya atau yang ketiga ditiadakan sama sekali," jelas Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta meminta agar pilihan-pilihan tersebut segera diputuskan. Namun, dia mengingatkan agar kebijakan yang diambil tidak merugikan 8,3 juta siswa yang seharusnya mengikuti UN 2020.

"Prinsip yang utama yang harus kita pegang adalah kebijakan ini bisa kita ambil, tetapi jangan sampai merugikan hak dari 8,3 juta siswa yang harusnya mengikuti UN yang diadakan," kata Jokowi.

 

Siapkan Bantuan Sosial

Capres petahana Jokowi menunjukkan contoh kartu prakerja, yang merupakan program baru bila terpilih kembali di Pilpres mendatang. (Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin)
Capres petahana Jokowi menunjukkan contoh kartu prakerja, yang merupakan program baru bila terpilih kembali di Pilpres mendatang. (Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin)

Jokowi menyatakan pandemi virus corona Covid-19 juga berdampak terhadap perekonomian masyarakat.

Bahkan, menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, pendapatan sopir angkot dan ojek di Sumatera Utara sampai menurun hingga 44 persen.

"Untuk sopir angkot dan ojek yang paling berat di Sumut, turunnya sampai 44 persen. Angka-angka seperti ini mohon dikalkulasi secara detail," kata Jokowi.

Tak hanya itu, Jokowi mengungkap pendapatan para petani di Kalimantan Utara ikut mengalami penurunan sebanyak 36 persen. Diperkirkan mereka hanya mampu bertahan hingga Agustus-Oktober 2020.

Untuk itu, Jokowi meminta agar kepala daerah menyiapkan bantuan sosial.

"Di daerah juga persiapkan bansos provinsi (dan) kabupaten lewat yang saya sampaikan realokasi dan refocusing," ucap dia.

Jokowi juga mengingatkan agar kepala daerah betul-betul memperhatikan keadaan para buruh, khususnya pekerja harian yang terkena dampak virus Corona. Dan juga para pelaku usaha agar tetap bisa berdagang di tengah situasi pandemi Corona.

"Tolong dilihat betul keadaan para buruh terutama para pekerja harian, para petani, para nelayan. Dan juga ini yang terkena dampak lebih dulu usaha UMKM. Kita usahakan daya beli tetap terjaga dan tetap beraktivitas dalam berproduksi," jelas Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya