Pemkab Banyuwangi Dapat Respon Positif Pemudik yang 'Tinggal' di Rumah Isolasi

Ada sekitar 262 rumah isolasi yang terdiri dari 622 kamar dan Pemkab Banyuwangi juga menyediakan kebutuhan pokok bagi pemudik yang datang ke daerahnya.

oleh stella maris pada 08 Apr 2020, 15:23 WIB
Diperbarui 08 Apr 2020, 15:35 WIB
Pemudik yang datang ke Banyuwangi
Gilda, salah satu pemudik yang datang ke Banyuwangi yang tinggal sementara di rumah isolasi.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menerapkan aturan bagi para pemudik yang datang ke wilayahnya. Ya, warga yang datang dari luar daerah, wajib ikut karantina di rumah isolasi yang disiapkan Pemkab Banyuwangi. 

Total ada sekitar 262 rumah singgah yang memiliki 622 kamar dan didalamnya ada sekitar 1.000 bed. Mereka juga dapat mengarantina mandiri di rumah masing-masing, demi memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19).

Di Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, misalnya, telah ditempati warga yang datang dari luar daerah. Hal itu dilakukan oleh salah satu mahasiswi sebuah kampus di Bogor, ketika menginjakkan kakinya di Banyuwangi.

"Saya ke Banyuwangi 30 Maret lalu. Begitu mendarat di Bandara Banyuwangi, saya langsung rumah singgah untuk isolasi. Saya enggak mampir ke rumah biar tidak ada kontak dengan keluarga. Saya menyadari bahwa saya ini termasuk ODR (orang dengan risiko) karena baru pulang dari luar kota," ujar Gilda.

ODR sendiri adalah orang dengan riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit Covid-19 tetapi tidak merasakan gejala klinis apapun. Bahkan, Gilda pun tak mau dijemput keluarga. Menyadari risiko tersebut, Gilda memilih naik taksi dari Bandara Banyuwangi.

"Ini bukan soal merasa sakit atau tidak sakit, tapi kedisplinan dan kesadaran diri. Kita harus ambil tanggung jawab mencegah Covid-19. Tanggung jawab orang yang baru datang dari luar daerah salah satunya melakukan isolasi 14 hari. Bisa isolasi di rumah singgah atau di rumah masing-masing, yang penting disiplin. Ini kita lakukan untuk diri sendiri dan keluarga tercinta," jelas Gilda.

 

Kebutuhan Pokok Ditanggung

Ternyata, sebelum pulang, Gilda mencari informasi tentang rumah isolasi di desa. Dia juga membaca informasi di media sosial Pemkab Banyuwangi. "Alhamdulillah, ternyata di Banyuwangi setiap desa punya rumah isolasi. Jadi saya pulang dan langsung isolasi," kata dia.

Di rumah isolasi itu, ada warga lain yang juga baru pulang dari luar daerah. "Saya mengisi waktu dengan membaca buku, review tugas-tugas kuliah. Di sini nyaman," ujarnya.

Kepala Desa Kaliploso, Rudi Hartono, mengatakan, selama berada di rumah isolasi, kebutuhan pokok warga ditanggung pemerintah desa. Mereka diperiksa rutin oleh tim Puskesmas.

"Alhamdulillah, hingga hari ke-9 isolasi, tidak ada yang menunjukkan gejala sakit. Semoga terus seperti ini," kata Rudi.

Rudi menambahkan, pihaknya juga menyulap ruangan kantor desa untuk rumah isolasi. Total ada delapan kamar disiapkan. Sementara itu, sejumlah warga juga menempati rumah isolasi di Dusun Parastembok, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.

"Di antaranya ada yang baru pulang dari Malang dan Sidoarjo. Warga telah diperiksa Puskesmas. Kebutuhan dasarnya juga ditanggung," ujar Kades Jambewangi Ali Masykur.

Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi menambahkan, pihaknya berkoordinasi intens dengan tim di rumah singgah. Dokter, perawat, bidan, dan tim surveilans rutin memeriksa kondisi kesehatan warga di rumah isolasi.

"Ada yang mengalami gejala ringan. Kami masukkan kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP). Kami beri obat dan vitamin, kami instruksikan berolahraga, menjaga jarak, dan berjemur," kata Hadi.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya