Bus AKAP Mulai Beroperasi, Pemerintah Diminta Beri Jaminan Kesehatan

Kebijakan menjalankan kembali transportasi umum di tengah penerapan PSBB untuk memutus rantai penyebaran corona Covid-19 menjadi dilema.

oleh Ika Defianti diperbarui 11 Mei 2020, 03:33 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2020, 03:33 WIB
H-6 Hari Raya Lebaran, Calon Pemudik Mulai Ramai di Terminal Pulogebang
Sejumlah bus antar kota antar provinsi berjejer menunggu untuk mengangkut penumpang untuk pulang kampung di Terminal Pulogebang, Jakarta, Sabtu (9/6). Diperkirakan akan terjadi lonjakan arus mudik pada H-3 atau H-2 lebaran. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat transportasi Darmaningtyas menilai adanya dilematis pada kebijakan menjalankan kembali moda transportasi umum untuk calon penumpang dengan kriteria khusus saat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Menurut dia, kebijakan tersebut juga diambil untuk mengantisipasi adanya kendaraan travel ilegal yang digunakan masyarakat untuk nekat mudik di tengah pandemi virus corona Covid-19.

"Kalau benar-benar dinonaktifkan akan banyak kendaraan ilegal yang lebih berbahaya. Tapi ketika dibuka seperti sekarang, masyarakat seakan-akan diperbolehkan mudik. Padahal kan sudah ada kriterianya dari Gugus Tugas Covid-19," kata Darmaningtyas dalam keterangan tertulis, Minggu (10/5/2020).

Dia menyebut, dengan adanya kriteria khusus juga dapat mempermudah dalam pengawasan kepada masyarakat. Darmaningtyas juga mengatakan, saat pelaksanaan PSBB memang terdapat sekelompok orang yang harus melakukan pergerakan.

Seperti halnya untuk mereka yang sudah tidak memiliki mata pencaharian di Jakarta hingga ada keluarga yang sedang sakit atau meninggal dunia.

"Tinggal bagaimana kriteria tersebut dikontrol, protokol kesehatan harus dijalankan oleh para penyedia angkutan. Dengan demikian, pergerakan orang jadi bisa lebih terpantau dan screening juga bisa dilakukan," ucapnya.

Selain itu dia meminta agar pemerintah dapat memastikan protokol kesehatan kepada para operator terkait selama pandemi corona berlangsung. Seperti halnya dilakukannya rapid test untuk para pengemudi bus antarkota antarprovinsi (AKAP).

"Atau subsidi tarif karena operator hanya diperbolehkan mengisi 50 persen kapasitas saja. Ini perlu dilakukan agar protokol kesehatannya tidak melenceng di tengah jalan," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kriteria Penumpang

FOTO: Dishub DKI Jakarta Hentikan Sementara Layanan Bus AKAP
Bus AKAP terparkir di Terminal Kampung Rambutan Jakarta, Senin (30/3/2020). Untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19, Dishub Pemprov DKI Jakarta menghentikan sementara layanan Bus Antar Kota Antar Provinsi pertanggal 30 Maret 2020 pukul 18.00 WIB. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menyatakan belum ada penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur.

Terminal tersebut sudah mulai beroperasi untuk penumpang dengan kriteria khusus pada Sabtu (9/5/2020) pada pukul 13.00 WIB.

"Belum ada (penumpang). Karena persyaratan penumpangnya kan cukup ketat," kata Syafrin saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (10/5/2020).

Dia menjelaskan kriteria khusus yang dapat melakukan perjalanan menggunakan bus AKAP yakni mereka yang bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta yang menyelenggarakan pelayanan Covid-19.

Lalu ada pula yang ditugaskan dalam pelayanan ketahanan dan pertahanan ketertiban umum dan ketiga pelayanan kesehatan.

Kemudian keempat pelayanan kebutuhan dasar, kelima pelayanan pendukung layanan dasar dan pelayanan fungsi ekonomi penting serta perjalanan pasien yang membutuhkan kesehatan darurat atau perjalanan orang yang keluarganya sakit keras atau meninggal dunia

"Juga repatriasi pekerja migran Indonesia dan warga Indonesia atau pelajar yang berada di luar negeri serta pemulangan orang dengan alasan khusus ke daerah asal," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya