Kemendikbud Luncurkan Podcast Sandiwara Sastra Rabu 8 Juli

Alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia.

oleh Yopi Makdori diperbarui 07 Jul 2020, 13:16 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2020, 13:16 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkenalkan konsep Kampus Merdeka.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkenalkan konsep Kampus Merdeka. (Foto: Kemendikbud)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan siniar (podcast) Sandiwara Sastra sebagai bentuk inovasi dan bagian dari program Belajar dari Rumah di masa pandemi Covid-19.

Alih wahana karya sastra Indonesia ke medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia.

"Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada konferensi pers peluncuran siniar Sandiwara Sastra di Jakarta, Senin (6/7/2020). 

Nadiem menjelaskan, karya sastra pada hakikatnya tercipta dari situasi dan pergulatan diri. Pengalaman, pengamatan, serta pemaknaan situasi dan latar belakang sejarah dalam karya sastra merupakan bentuk penguatan karakter.

Melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra, kata dia, masyarakat dapat mengenal lebih dekat sifat kemanusiaan.

"Seperti sekarang ini, pandemi memberi waktu bagi kita memetik makna dan belajar menjadi manusia kuat yang mampu menyosong masa depan," jelas Mendikbud. 

Nadiem menyampaikan, Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi.

"Lebih dari itu, ini adalah jalan untuk mengangkat literasi," lanjut Nadiem.

Alih wahana sastra ke dalam bentuk sandiwara audio siniar ini dapat disimak mulai 8 Juli 2020 pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita. Diperankan oleh aktor-aktor terkemuka Indonesia, sandiwara audio yang masing-masing berdurasi 30 menit ini nantinya juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas.

"Saya mengajak seluruh pelajar dan mahasiswa kembali menghidupkan dan mengenal karya sastra terbaik Indonesia melalui Sandiwara Sastra," tambah dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bangkitkan Minat Menulis Karya Sastra

Kemendikbud memiliki misi pemajuan kebudayaan dan pembentukan karakter, salah satunya melalui peningkatan kemampuan literasi. Program Sandiwara Sastra adalah bagian dari misi tersebut.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjelaskan arah ke depan dalam pengembangan sastra.

"Kemendikbud melakukan upaya pelestarian sastra melalui Sandiwara Sastra. Semakin banyak orang membaca dan mendengarkan karya sastra, semakin banyak juga orang yang menemukan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh sastra bagi kehidupan," ujar Hilmar.

"Kemendikbud juga ingin membangkitkan minat untuk menulis agar tercipta karya-karya sastra baru yang berkualitas. Bahkan, gerakan untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap sastra Indonesia di kalangan anak muda," imbuh Hilmar.

Dia pun berharap sandiwara sastra ini bisa turut mewarnai ruang media baru dan juga mengangkat kembali kejayaan sastra Indonesia.

Sandiwara Sastra merupakan kolaborasi produksi antara Kemendikbud, Yayasan Titimangsa, dan Kawan Kawan Media. Diproduseri oleh aktor film dan teater Happy Salma  dan produser film Yulia Evina Bhara, Sandiwara Sastra memberi ruang kepada aktor-aktor Tanah Air.

Sebut saja di antaranya Adinia Wirasti, Ario Bayu, Arswendy Bening Swara, Asmara Abigail, Atiqah Hasiholan, Chelsea Islan, Chicco Jerikho, Christine Hakim, Eva Celia, Happy Salma, Iqbaal Ramadhan, Jefri Nichol, Kevin Ardilova, Lukman Sardi, Lulu Tobing, Marsha Timothy, dan Mathias Muchus.

Sebagai tahap pertama dari seri Sandiwara Sastra, 10 karya sastra yang dapat dinikmati masyarakat adalah adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq; cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya; cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari;

Cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer; novel Lalita karya Ayu Utami; cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam; cerpen Persekot karya Eka Kurniawan; novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Orang-orang Oetimu karya Felix K Nesi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya