Vaksin Merah Putih Eijkman Segera Diuji Coba ke Hewan

Bila dilihat secara persentase, penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 masih sekitar 20 hingga 30 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2020, 07:49 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2020, 07:49 WIB
Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Vaksin virus Corona yang diteliti oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini sudah melewati fase pre-klinis. Vaksin yang diberi nama Merah Putih ini merupakan kerja sama antara Eijkman dengan Bio Farma. Targetnya, vaksin ini sudah bisa diedarkan secara massal di akhir 2021.

Pengembangan vaksin ini diawasi penuh oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Menristek Bambang Brodjonegoro merupakan ketua tim pengembangan vaksin tersebut.

Saat dihubungi, Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio mengatakan saat ini belum ada perkembangan yang signifikan pada penelitian vaksin Merah Putih bila dibandingkan dengan minggu lalu. Semua tahapan maupun prosesnya masih sama.

"Saat ini belum ada perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan minggu lalu, pada saat konferensi pers," ujar Amin kepada merdeka.com, Senin (20/7/2020).

Seperti diketahui, pada 15 Juli lalu, LBM Eijkman melakukan konferensi pers secara virtual untuk menginformasikan perkembangan Vaksin Merah Putih. Amin menyebutkan bila proses penemuan vaksin Covid-19 tidaklah mudah dan butuh waktu yang cukup lama.

Pada tahap awal, LBM Eijkman harus melakukan identifikasi virus dari Indonesia, tidak bisa dari virus luar negeri. Bila sebelumnya Indonesia beberapa kali menggandeng negara lain, kali ini dengan mandiri Indonesia mengembangkan vaksin Covid-19 berdasarkan virus SARS-CoV-2 yang beredar di Indonesia.

Tahap selanjutnya yaitu tahap fondasi. Eijkman harus menyiapkan protein rekombinan yang kelak akan digunakan untuk uji pada hewan. Protein rekombinan didapatkan dari amplifikasi bagian virus yang menyandi bagian Spike (S) dan Nucleocapsid (N).

"Kami akan mendapatkan protein rekombinan yang nanti akan diuji lebih lanjut, apakah dia bisa merangsang respons imun," ujarnya.

Proses pengujian tahap awal yaitu akan diuji ke hewan berukuran kecil dulu, barulah akan diuji ke hewan yang lebih besar.

"Jika hasilnya sudah bagus akan kita serahkan ke industri (Bio Farma)," ujarnya.

Eijkman membutuhkan waktu 1,5 bulan untuk bisa memblokir protein spike pada bagian yang mirip dengan mahkota Covid-19. Bagian tersebut mempunyai peran menularkan virus ke sel manusia.

"Kami berusaha mengisolasi gen yang menjadi spike protein itu dan prosesnya tidak mudah. Akhirnya peneliti muda kami berhasil. 1,5 bulan mengamplifikasi bagian yang penting tadi dan sekarang prosesnya sedang dikloning lagi ke dalam sel mamalia," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Segera Diuji Coba

Di tahap akhir, Eijkman akan menyerahkan hasil penelitian berupa bibit vaksin kepada Bio Farma selaku pihak industri. Bila dilihat secara persentase, penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 masih sekitar 20 hingga 30 persen.

"Persentasenya sekitar 20 sampai 30 persen. Itu tahap fondasi. Fondasi selesai, maka proses ke depannya akan lebih cepat. Kita berharap akhir bulan ini (Juli) atau Agustus sudah bisa diuji pada hewan," ungkap Amin.

Nantinya, saat vaksin sudah rampung dan sudah memiliki izin edar BPOM, maka pendistribusian Vaksin Merah Putih ini akan diatur oleh pemerintah. Alangkah baiknya menurut Amin, bila masyarakat tidak dibebankan biaya saat ingin mendapatkan vaksin Covid-19.

"Karena vaksin ini untuk pandemi, tentunya akan dibiayai pemerintah, tetapi tidak menutup kemungkinan bila ada pihak swasta yang ikut membiayai," tutupnya.

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya