Megawati: Bela Negara Termasuk Membela Simbol Negara

Megawati menilai bahwa penghormatan merupakan bentuk penghargaan dan sebuah komitmen menjaga bendera dengan sepenuh jiwa raga.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 29 Agu 2020, 17:35 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2020, 17:35 WIB
Megawati
Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum terpilih menyampaikan pidato penutup dalam Kongres V PDIP di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Sabtu (10/8/2019). Dalam pidatonya, Megawati mengimbau seluruh kader memiliki karsa atau kekuatan jiwa yang dinamakan Tri Karsa PDIP. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pengarah Badan Ideologi Pancasila Megawati Soekarnoputri mengungkap sejarah yang jarang diulas saat pemerintahan Indonesia ingin direbut kembali oleh Belanda bersama sekutu. Tepatnya, pada Januari 1946 dimana kala itu Ibu Kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta setelah Proklamasi.

Hal ini disampaikan Megawati saat memberikan orasi kebangsaan dalam Pembukaan Pendidikan Mahasiswa S1, S2, dan S3 Unhan tahun ajaran 2020-2021 di Lapangan Universitas Pertahanan (Unhan) Sentul Bogor Jawa Barat, Sabtu (29/8/2020).

"Ketika pemerintah akan pindah setelah proklamasi, pemerintahan akibat pada waktu itu Belanda berupaya untuk masuk kembali bersama dengan sekutu maka oleh Bung Karno dan Bung Hatta pemerintahan dipindah ke Yogyakarta," ujaf Megawati yang menyampaikan orasinya secara virtual.

"Ini memang bukan sebuah hal yang dibuka atau terbuka," sambungnya.

Saat itu, Megawati mengatakan ayahandanya yakni, Presiden Soekarno memboyong keluarganya pindah ke Yogyakarta. Namun, Presiden Soekarno tak berani membawa bendera pusaka yang dijahit Ibu Fatmawati untuk alasan keamanan.

Sang merah putih akhirnya dititipkan kepada seorang bernama Husein Mutahar. Dia juga lah yang akhirnya menyelamatkan dan membawa bendera pusaka itu sampai ke Yogyakarta.

"Ini yang menceritakan adalah Ibu saya sendiri, beliau mengatakan bahwa, 'tidak tahu bagaimana caranya Mutahar, tetapi bendera ini harus selamat sampai ke Yogya'. Ternyata itu bendera dipisah dan dibawa, alhamdulillah selamat ke Yogyakarta dan disatukan kembali," jelas Megawati.

Dengan jejak sejarah itu, Megawati megatakan sudah sewajarnya generasi bangsa memberikan penghormatan kepada sang merah putih dalam setiap upacara. Pasalnya, kerap kali generasi muda tak serius saat hormat kepada bendera merah putih.

Padahal, Presiden ke-5 RI itu menilai bahwa penghormatan merupakan bentuk penghargaan dan sebuah komitmen menjaga bendera dengan sepenuh jiwa raga.

"Itulah sebenarnya kalau di dalam topik yang harus saya katakan. Sebenarnya mengisi jiwa nasionalisme patriotisme kepada anak bangsa kita, bahwa bela negara adalah antara lain membela simbol-simbol kenegaraan yang ada," tuturnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kurikulum di Unhan

Lebih lanjut, Megawati juga menyarankan agar kurikulum di Unhan memuat studi yang mengajak mahasiswa berkunjung ke daerah-daerah. Hal ini agar mahasiswa dapat melihat langsung realitas kehidupan masyarakat, khususnya yang tidak berpendapatan cukup.

"Banyak loh anak negeri ini yang belum punya kesempatan untuk saling berkunjung. Tetapi Lemhanas, saya singgung sedikit, itu dibuat Bung Karno. Itukan sebetulnya pertemuan untuk calon calon pemimpin bangsa," ujar Ketum PDIP itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya