Metro Sepekan: Demo Tolak RUU Cipta Kerja yang Berujung Ricuh

Demo penolakan RUU Cipta Kerja menjadi UU membuat ribuan buruh memblokade akses Kota Tangerang menuju Jakarta Barat hingga ada pula yang merusak fasilitas umum.

oleh Devira PrastiwiPramita TristiawatiLiputan6.com diperbarui 12 Okt 2020, 08:27 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2020, 08:00 WIB
Demo Tolak Omnibus Law di Gerbang Pemuda
Massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) membawa poster saat berunjuk rasa di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Dalam aksinya mereka menolak rencana pengesahan RUU Cipta Kerja atau omnibus law. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi UU oleh DPR menimbulkan pro dan kontra. Bahkan, demo pun terjadi di berbagai daerah, tak terkecuali Jakarta.

Usai disahkan pada Senin 6 Oktober 2020, demo menolak RUU Cipta Kerja menjadi UU terjadi, bahkan hingga berhari-hari.

Pada hari ketiga aksi protes dan mogok kerja terhadap disahkannya UU Omnibus Law Cipta Kerja, ribuan buruh memblokade akses Kota Tangerang menuju Jakarta Barat, Rabu, 7 Oktober 2020.

Aksi mogok kerja dan protes tersebut terjadi di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang. Polisi mencegat aksi buruh yang konvoi dan hendak menuju Jakarta.

"Harapannya besok sesuai pemberitahuan yang kami layangkan ke Mabes Polri tujuan aksi kami ke DPR," ujar orator.

Sedangkan demo yang terjadi di Jakarta, bahkan merusak sejumlah fasilitas umum. Menurut catatan Liputan6.com, ada sejumlah titik di wilayah ibu kota yang tak luput dari amuk massa yang beringas.

"Ada beberapa fasilitas, termasuk korban polisi juga sudah enam yang korban luka. Kemudian juga ada beberapa fasilitas kepolisian seperti pos lantas dibakar, dirusak, ada juga halte bus," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus.

Sementara itu, ada kisah menarik dari mata elang atau debt collector sepeda motor di jalan raya. Mereka berjuang hidup di tengah pandemi Corona Covid-19 di Ibu Kota.

Stefen (bukan nama sebenarnya), sudah dua tahun belakangan ini menjalani profesi matel atau mata elang.

Bukan tanpa alasan Stefen berada di Ibu Kota. Pemuda 21 tahun itu merupakan seorang mahasiswa fakultas hukum. Mimpinya menjadi advokat hebat demi mengubah hidupnya.

Berikut ulasan berita metro yang paling banyak dicari pembaca Liputan6.com selama sepekan lalu:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tolak Pengesahan Omnibus Law, Ribuan Buruh Blokade Akses Tangerang-Jakarta

Ribuan massa buruh di Kota Tangerang kembali turun ke jalan menggelar demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja
Ribuan massa buruh di Kota Tangerang kembali turun ke jalan menggelar demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Hari ketiga aksi protes dan mogok kerja terhadap disahkannya Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja ribuan buruh memblokade akses Kota Tangerang menuju Jakarta Barat, Rabu, 7 Oktober 2020.

Aksi mogok kerja dan protes tersebut terjadi di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang. Polisi mencegat aksi buruh yang konvoi dan hendak menuju Jakarta.

Berdasarkan pantauan, konvoi massa buruh itu menggunakan sepeda motor dan mobil komando. Mereka yang mengenakan atribut berbagai serikat buruh itu memadati ruas Jalan Daan Mogot, konvoi mendapat pengawasan ketat dari aparat.

Aparat bahkan membentuk blokade di perbatasan Tangerang dengan Jakarta. Blokade dibuat agar para buruh tidak merangsek masuk menuju Jakarta. Para buruh menyebut puncak aksi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja ini dilakukan pada Kamis, 8 Oktober 2020.

"Harapannya besok sesuai pemberitahuan yang kami layangkan ke Mabes Polri tujuan aksi kami ke DPR," ujar orator.

 

Berikut berita selengkapnya.....

Cerita Mata Elang, Debt Collector Penarik Sepeda Motor di Tengah Pandemi

Mata Elang atau Penagih Utang di Jalanan
Mata Elang mengawasi lalu lalang kendaraan (Liputan6.com/Balgoraszky Marbun)

Di pojok warung pinggir jalan raya, sekelompok pemuda duduk sambil memegang ponsel. Melihat angka kemudian mengarahkan mata pada sepeda motor yang lewat.

Berulang-ulang kali hal tersebut dilakukan. Sampai dirasa cocok, mereka mengejar sepeda motor itu lalu menghentikan sang pengendara.

Mata elang alias matel adalah julukan bagi profesi mereka. Keahliannya melihat angka pelat nomor kendaraan dikenal cukup tajam.

Banyak orang mengibaratkan kemampuan penglihatan mereka bak burung elang karena mampu memantau dari kejauhan lalu menyergap mangsa incaran.

Stefen (bukan nama sebenarnya), sudah dua tahun belakangan ini menjalani profesi matel atau mata elang.

Stefen dari kampung di sebuah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), kemudian bergabung dengan sebuah perusahaan yang mengelola kelompoknya. Niat awal pemuda ini hanya untuk bertahan hidup.

Bukan tanpa alasan Stefen berada di Ibu Kota. Pemuda 21 tahun itu merupakan seorang mahasiswa fakultas hukum. Mimpinya menjadi advokat hebat demi mengubah hidupnya.

Langkah ini dia tiru dari banyak seniornya yang sempat menjalani profesi serupa sebagai mata elang mencari mangsa sepeda motor sebelum akhirnya menjadi seorang pengacara.

 

Berikut berita selengkapnya.....

Demo Anarkistis, Ini Deretan Fasilitas Umum di Jakarta yang Dirusak Massa Perusuh

Demo Berujung Anarkis, Sebagian Jakarta Porak Poranda
Kondisi halte bus transjakarta Sarinah di Jalan MH Thamrin terlihat rusak parah, Jakarta, Kamis (8/10/2020). Unjuk rasa menentang disahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja berujung aksi anarkis merusak berbagai fasilitas umum. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ada sejumlah fasilitas umum yang dirusak massa perusuh saat aksi demo penolakan pengesahan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja) di Jakarta pada, Kamis, 8 Oktober 2020 berujung ricuh dan anarkistis.

Menurut catatan Liputan6.com, ada sejumlah titik di wilayah ibu kota yang tak luput dari amuk massa yang beringas. Tak hanya perusakan, aksi pembakaran pun terjadi di sejumlah titik.

Aksi demonstrasi tolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang ricuh juga membuat sejumlah aparat terluka. Sementara dari demonstran, tak sedikit yang pingsan akibat terpapar tembakan gas air mata petugas. 

"Ada beberapa fasilitas, termasuk korban polisi juga sudah enam yang korban luka. Kemudian juga ada beberapa fasilitas kepolisian seperti pos lantas dibakar, dirusak, ada juga halte bus," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus kepada awak media.

 

Berikut berita selengkapnya.....

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya