Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi nampak kesal, wajahnya terlihat masam, sesekali dahinya mengernyit usai melihat laporan kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam.
Mata Jokowi bahkan tak mau melihat para menteri yang ada di sekelilingnya. Ia terus memandangi data yang ada pada gawainya saat bicara. Sesekali ia hanya melirik ke kanan dan ke kiri lewat ujung mata tanpa menoleh.
Pagi itu, Senin 30 November 2020, Jokowi memimpin rapat terbatas. Di sebelah kirinya dengan jarak dua meter, hadir Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Advertisement
Mendampingi sebelah kanannya hadir Mensesneg Pratikno. Di depannya, ada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy dan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan serta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.
"Ini semuanya memburuk semuanya!," ucap Jokowi kesal, Senin, 30 November 2020.
Jokowi menyampaikan data Covid-19 yang naik dan memburuk. Dia menyinggung persentase rata-rata kasus aktif yang meningkat menjadi 13,41 persen. Minggu yang lalu masih 12,78 persen.
Persentase rata-rata kesembuhan dari Covid-19 yang menurun dari 84,03 pada 23 November 2020 menjadi 83,44 persen, juga disinggung Jokowi.
Perhatian Jokowi juga tertuju pada kenaikan drastis kasus aktif pada dua dari 9 provinsi yang menjadi fokus pengendalian penyebaran virus Corona. Dua provinsi itu Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tanggung Jawab Siapa?
Adalah Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang diberi tanggung jawab oleh Jokowi untuk menangani Covid-19 sejak 14 September 2020 lalu.
Luhut membawahi 9 provinsi yakni, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, dan Bali.
Luhut bahkan telah mengundang seluruh kepala daerah di Jawa untuk rapat koordinasi. Dalam rapat itu, Luhut mengungkap, diberi waktu dua minggu untuk mengendalikan Covid-19.
"Presiden perintahkan dalam waktu dua minggu kita harus bisa mencapai tiga sasaran yaitu penurunan penambahan kasus harian, peningkatan recovery rate dan penurunan mortality rate," kata Luhut, 15 September lalu.
Namun, penunjukan Luhut untuk menangani Covid-19 menuai kritik. Bahkan, kinerja Luhut kini menjadi sorotan karena kasus Corona justru terus meningkat.
Â
Advertisement
Bukan Bagian Luhut
Epidemiolog asal Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, kerja Luhut belum terlihat. Dia menilai, Luhut belum berhasil tangani pandemi Corona Covid-19 di 9 provinsi besar.
"Fakta hingga saat ini belum berhasil," kata Dicky saat dihubungi merdeka.com, Rabu, 2 Desember 2020.
Menurut Dicku, seharusnya pengendalian pandemi di Indonesia dipegang oleh Kementerian Kesehatan. Terbukti, Kemenkes berhasil meredakan penyakit dan wabah, mulai dari TBC, malaria, dan flu burung.
"Harusnya menteri kesehatan, yang melead. Bahwa ada pro dan kontra terkait menkes ya itu di luar dari kondisi, siapapun karena yang bergerak, kompetensi dan skill ya itu Kemenkes dan itu sudah terbukti," ucap dia.
Dicky menilai tak jadi masalah jika menteri lain yang ditugaskan untuk menangani pandemi Covid-19. Tetapi, dia menegaskan kembali leading sektornya adalah Kemenkes.
"Kita tidak boleh berdasarkan orang perorang, karena ini harus by system. Saya termasuk tidak melihat efektifitas dari penunjukan baik itu ad hoc pada sosok-sosok figur tertentu. Harus by system terlepas setuju atau tidak menkes karena bekerja bukan menteri kesehatan jajaran birokrasinya ini yang akan bergerak dan tidak musti menkes yang handal memahami benar pandemi," kata Dicky.
Hingga berita ini diturunkan, merdeka.com tidak berhasil mengontak Menko Luhut. Begitu pula dengan juru bicaranya, telepon dan WhatsApp merdeka.com tak berbalas.
Namun Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menekankan, peringatan Jokowi tak cuma ditujukan untuk para menteri di jajaran kabinet. Tapi juga jajaran kepala daerah dan juga masyarakat itu sendiri.
"Sekali lagi, bukan hanya kepada pemerintah, pemerintah daerah, tetapi seluruh masyarakat harus aware bahwa terjadi kenaikan dari minggu kemarin. Untuk itu, ini menjadi semangat bersama untuk meningkatkan kesadaran kembali. Intinya ada di situ," terang Moeldoko.
Â
Kritik Untuk Luhut
Kritik terhadap Luhut juga datang dari Anggota Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan Netty Prasetiyani.
Politikus PKS ini mengaku sudah berkali-kali menyampaikan kritik terkait penunjukan Luhut yang tidak pernah menyentuh bidang kesehatan. Dia menilai, seharusnya Menkes sebagai leading sector dalam penangan pandemi.
"Oleh sebab itu, bukan hal aneh kalau sekarang angka kasus Covid di Jateng dan DKI meningkat, karena sejak awal yang jadi ujung tombaknya bukan Kementerian yang bersentuhan langsung dengan bidang kesehatan," kata Netty.
Netty juga tidak yakin dengan kinerja Luhut yang pernah mengemban berbagai jabatan di masa pandemi, mulai dari menjadi Plt Menteri Perhubungan saat Budi Karya terpapar Covid-19, penanggungjawab penanganan Covid-19, hingga plt Menteri KKP meski kini digantikan sementara.
"Hal ini dapat mengundang pertanyaan publik, kenapa begitu, seolah pembantu Presiden tidak ada yang lain," ungkap Netty.
Netty pun merasa kinerja penanganan Covid-19 di 9 provinsi harus segera dievaluasi. Apalagi beberapa minggu kemarin Jawa Tengah dan DKI Jakarta menjadi penyumbang penambahan kasus di Indonesia.
"Kinerja penanganan Covid-19 di 9 Provinsi ini harus dievaluasi. Mana janji akan segera menyelesaikan persoalan Covid-19 di 9 provinsi tersebut? Presiden seharusnya mengevaluasi penunjukkan tersebut, jangan malah menyalahkan kepala daerah," papar Netty.
Â
Advertisement
Permintaan Jokowi
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid 19 Doni Monardo mengatakan, Presiden Joko Widodo memintanya bekerja keras dalam menangani virus Corona ini. Tak hanya dirinya, permintaan serupa disampaikan kepada menteri terkait dan kepala daerah.
Permintaan ini disampaikan Jokowi setelah kasus aktif Covid-19 meningkat. Pekan lalu, persentase kasus aktif Covid-19 nasional masih 12,78 persen, kini naik menjadi 13,41 persen.
"Bapak presiden meminta kami untuk bekerja keras," ujar Doni, Selasa, 1 Desember 2020.
Di saat kasus aktif Covid-19 meningkat, persentase kesembuhan Covid-19 merosot. Doni menyebut, pekan lalu kesembuhan Covid-19 berada di angka 84,03 persen. Sedangkan pekan ini turun menjadi 83,44 persen.
Meski persentase kesembuhan menurun, Doni mengklaim penanganan Covid-19 di Indonesia lebih baik dibandingkan dunia. Hal itu ditandai dengan persentase kesembuhan Covid-19 Indonesia lebih tinggi dari rata-rata dunia.
"Angka kesembuhan global sekarang ini berada pada posisi 69,04 persen, sedangkan kita adalah 83,44 persen," ucap Doni.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menambahkan, Jokowi juga meminta kepada menteri, kepala lembaga hingga masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Menurut dia, pandemi Covid-19 masih berlangsung sehingga potensi penularan tinggi.
"Dengan peringatan bapak presiden ini membuat kita senantiasa tetap waspada," tandas Doni.
Â
Reporter : Intan Umbari Prihatin
Sumber : Merdeka
Komunikasi Publik Buruk dan Teguran Jokowi
Advertisement