Heli Super Puma Jatuh di Dieng 16 Tahun Lalu, 14 Orang Tewas

Faktor cuaca buruk disebut menjadi penyebab kecelakaan Helikopter yang menewaskan seluruh penumpang berjumlah 14 orang itu.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 23 Des 2020, 07:31 WIB
Diterbitkan 23 Des 2020, 07:31 WIB
Helikopter jatuh
Ilustrasi helikopter jatuh. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan nahas menimpa armada pesawat Angkatan Udara pada 23 Desember 2004 lalu. Sebuah helikopter jenis Super Puma NAS-332 dengan nomor lambung 3201 milik TNI AU terjatuh di desa Suren Gede, Wonosobo, Jawa Tengah.

Faktor cuaca buruk disebut menjadi penyebab kecelakaan Helikopter yang menewaskan seluruh penumpang berjumlah 14 orang itu. Memang kala itu, di wilayah sekitar atau di wilayah Gunung Prau tengah hujan deras dan berkabut tebal.

Menurut Kepala Pusat Penerangan TNI AU kala itu, Marsekal Pertama Sagom Tamboen, heli tersebut adalah pengangkut penumpang. Heli itu milik Skuadron 17 Halim Perdanakusuma memiliki rute check dari Lanud Rembiga (Lombok), Lanud Abdulrahman Saleh (Malang), Lanud Adi Sucipto (Yogyakarta), Lanud Suryadarma (Subang) dan berkahir di Lanud Halim Perdanakusuma (Jakarta).

Kecelakaan maut itu terjadi saat Heli dari Yogyakarta menuju Subang. Sebelum jatuh, beberapa saksi mata melihat helikopter milik TNI AU itu berputar-putar sekitar pukul 12.20 WIB. Sepuluh menit kemudian, baru terdengar ledakan keras dari arah bukit

Sementara itu, saksi mata yang lain menyebutkan kecelakaan helikopter milik TNI AU ini terjadi saat kondisi cuaca berkabut tebal dengan jarak pandang sekitar 20 meter. Pesawat sempat menabrak pohon sebelum akhirnya terempas ke tanah. Peristiwa itu juga disertai ledakan yang sangat keras

Kondisi helikopter Puma yang terjatuh itu disebut hancur berantakan dan terbakar. Yang tersisa hanya ekor heli saja. Bahkan, beberapa penumpang tidak dapat dikenali lantaran luka bakar.

Sulit Evakuasi Korban

Evakuasi korban kecelakaan helikopter Super Puma H3201 di Desa Surengede, sempat mengalami kendala. Pasalnya, para petugas dan warga kesulitan menurunkan jenazah dari atas tebing yang sangat terjal. Selain itu, lokasi kecelakaan tidak dapat dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Evakuasi berjalan lambat juga disebabkan posisi helikopter berada di lereng perbukitan terjal. Petugas lalu menggunakan beberapa alat bantu seperti crane untuk mengangkut mesin dan bangkai helikopter. Nantinya bangkai helikopter nahas yang jatuh di Wonosobo, Kamis silam, akan dipotong-potong untuk diteliti lebih lanjut.

Berikut nama-nama anggota TNI AU yang tewas dalam kecelakaan tersebut:

1. Kapten Pilot Damar

2. Kapten Rizki

3. Mayor Agung

5. Sersan Abdul Wahid

6. Mayor Norman

7. Mayor Indra Jaya

8. Kapten Adriadi

9. Letnan Satu Penerbang Aditya

10. Mayor Fery

11. Mayor Sumato

12. Mayor Yuswan

13. Mayor R. Panji

14. Mayor Utoyo

15. Letnan Satu Johan Sihotang

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Korban Dilepas KSAU

Usai melewati evakuasi yang panjang, seluruh korban kecelakaan helikopter Super Puma H3201 dilepas dalam sebuah upacara militer yang dipimpin Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Chappy Hakim.

Upacara dilaksanakan di Hanggar II Skuadron Pendidikan Lapangan Udara TNI AU Adi Sutjipto, Yogyakarta, Jumat (24/12/2020) sekitar pukul 10.50 WIB.

Seluruh jenazah tiba di Lanud Adi Sutjipto sekitar pukul 08.00 WIB. Suasana haru menyambut kedatangan jasad para korban. Usai upacara, ke-14 jenazah kemudian diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan di daerah asal masing-masing.

Delapan korban akan dimakamkan di Jakarta, tiga di Malang. Sementara tiga lainnya disemayamkan di Padang (Sumatra Barat), Semarang (Jateng), dan Madiun (Jawa Timur).

Suasana duka juga menyelimuti kediaman keluarga penerbang, almarhum Mayor Ferry Susantyo. Istri almarhum, Wenny kal itu sangat terpukul dengan musibah ini. Karena setelah enam tahun berkeluarga, ia baru dianugerahi anak pada tahun 2003.

Selain itu, suasana duka juga menaungi rumah pilot helikopter Super Puma almarhum Kapten (P) Rizky Akbar Biran. Almarhum meninggalkan seorang istri, Dessy Iriani dan putra bernama Guntur yang baru berusia empat tahun kala itu.

Diketahui, seluruh awak dan penumpang helikopter Super Puma yang jatuh adalah putra-putra terbaik TNI AU. Salah seorang korban almarhum Mayor (P) Sumanto pernah mendaratkan pesawat latih Bravo secara darurat di daerah Nganjuk, Jatim.

Korban lain adalah pilot Rizky yang pernah mendapat pendidikan di Australian Flying Safety, tahun 2001. Pada 2004 ia baru saja mendapat pendidikan terbang dengan heli Super Puma.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya