Kecelakaan Helikopter Wisata di New York City AS Tewaskan 6 Orang

Suhu air sungai yang mencapai sekitar 7 derajat Celsius menjadi tantangan tersendiri bagi tim penyelamat yang dikerahkan ke lokasi.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 11 Apr 2025, 06:33 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 06:33 WIB
Pemandangan dari Pier 40 di New York, di mana polisi dan kru pemadam kebakaran dari New York dan New Jersey merespons laporan kecelakaan helikopter pada hari Kamis, 10 April 2025.
Pemandangan dari Pier 40 di New York, di mana polisi dan kru pemadam kebakaran dari New York dan New Jersey merespons laporan kecelakaan helikopter pada hari Kamis, 10 April 2025. (Dok. AP/Yuki Wamura)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington DC - Sebuah helikopter wisata hancur di udara dan jatuh ke Sungai Hudson di Manhattan, New York City, Amerika Serikat (AS), pada Kamis (10/4/2025), menewaskan enam orang. Insiden ini menjadi salah satu dari serangkaian kecelakaan penerbangan yang kembali menyita perhatian publik di AS.

Departemen Pemadam Kebakaran New York menerima laporan kecelakaan pada pukul 15.17 waktu setempat. Menurut seorang pejabat penegak hukum yang bicara secara anonim kepada Associated Press (AP), seluruh penumpang di dalam helikopter — enam orang — dinyatakan tewas.

Saksi mata Bruce Wall menuturkan bahwa dia melihat helikopter tersebut "hancur di udara", dengan bagian ekor dan baling-baling terlepas.

"Baling-balingnya masih berputar meski sudah tidak lagi terhubung ke badan helikopter saat jatuh," kata dia seperti dikutip dari AP.

Lesly Camacho, seorang pramusaji di sebuah restoran di tepi sungai di Hoboken, New Jersey, juga melihat kejadian tersebut dari kejauhan.

"Ada banyak asap keluar. (Helikopter) itu berputar sangat cepat dan jatuh ke air dengan keras," ujarnya dalam wawancara lewat telepon.

Cuaca saat itu memang berawan, namun jarak pandang di sekitar sungai dilaporkan masih cukup baik.

Badan Penerbangan Federal AS (FAA) mengidentifikasi helikopter tersebut sebagai Bell 206 — model yang umum digunakan dalam penerbangan komersial dan pemerintahan, termasuk oleh perusahaan wisata udara, stasiun TV, dan kepolisian. Model ini awalnya dirancang untuk keperluan militer, namun kemudian diadaptasi untuk berbagai keperluan sipil. Ribuan unit Bell 206 telah diproduksi selama bertahun-tahun.

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menyatakan akan menyelidiki penyebab kecelakaan helikopter ini.

 

Lalu Lintas Udara yang Padat

Ilustrasi New York City. (Unsplash/santaana_photography)
Ilustrasi New York City. (Unsplash/santaana_photography)... Selengkapnya

Langit Manhattan memang sering dipadati lalu lintas udara, baik oleh pesawat pribadi, helikopter komersial, hingga penerbangan wisata. Kota ini memiliki beberapa helipad yang biasa digunakan oleh eksekutif bisnis dan wisatawan untuk berpindah dengan cepat ke berbagai tempat di area metropolitan.

Selama bertahun-tahun, berbagai kecelakaan udara pernah terjadi di wilayah ini. Pada 2009, sebuah pesawat kecil bertabrakan dengan helikopter wisata di atas Sungai Hudson, menewaskan sembilan orang. Pada 2018, helikopter wisata dengan konsep tanpa pintu jatuh ke Sungai East dan menewaskan lima orang.

Pada Januari, sebuah pesawat medis juga jatuh dan menewaskan tujuh orang saat menghantam permukiman di Philadelphia. Hanya dua hari sebelumnya, terjadi tabrakan antara pesawat American Airlines dan helikopter militer di Washington, yang menewaskan 64 orang — menandai kecelakaan udara paling mematikan di AS dalam beberapa dekade terakhir.

Rangkaian insiden tragis ini, termasuk kejadian terbaru di Sungai Hudson, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat terkait keselamatan penerbangan di wilayah perkotaan padat seperti New York.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya