Jelang HUT ke-95 NU, Bamusi Ungkap Kecintaan Bung Karno Terhadap NU

Kecintaan Bung Karno terhadap NU disampaikan secara eksplisit saat Muktamar NU ke 23 pada 28 Desember 1962.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 31 Jan 2021, 12:47 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 13:16 WIB
Pertemuan PBNU dan Muhammadiyah-Said Aqil Siradj-Haedar Nashir
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj (ketiga kanan) dan Ketua Umum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir (kedua kiri) memberi keterangan saat silaturahim keluarga besar NU dan Muhammadiyah di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) yang ke-95 pada 31 Januari 2021, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) mencoba kembali menyegakan ingatan masyarakat Indonesia tentang kedekatan Presiden pertama RI Sukarno dengan NU.

Organisasi sayap PDI Perjuangan tersebut menyatakan, kedekatan Bung Karno dengan para ulama NU seperti Hadratusysyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah telah lama terjalin.

Menurut Sekretaris Umum Bamusi, Nasyirul Falah Amru (Gus Falah), Bung Karno kerap meminta nasihat para ulama NU sebelum mengeluarkan keputusan penting terkait bangsa dan negara ini.

"Seperti ketika Bung Karno merumuskan Pancasila, beliau selalu meminta dawuh dari Hadratusysyaikh, dan putranya yang juga ayah dari Gus Dur, yakni KH Abdul Wahid Hasjim," ujar Gus Falah dalam keterangannya, Sabtu (30/1/2021).

Gus Falah yang juga Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini melanjutkan, kedekatan Bung Karno dengan NU juga tampak tatkala Sang Proklamator ingin mengundang para tokoh agama untuk menggelar suatu pertemuan.

Bung Karno pun meminta saran dari KH Wahab Hasbullah tentang nama yang cocok untuk pertemuan tersebut.

"Dan KH Wahab Hasbullah pun menyarankan kepada Bung Karno untuk menamakan pertemuan tersebut 'Halal bi Halal'," ujar Gus Falah.

Contoh kedekatan Bung Karno dengan NU lainnya juga tampak dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI. Kala itu, Bung Karno sowan kepada Hadratusysyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari sebelum memproklamasikan kemerdekaan RI.

"Hadratusysyaikh pun mengusulkan kepada Bung Karno agar memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di hari Jumat yang merupakan penghulunya hari, serta di bulan Ramadan yang merupakan penghulunya bulan," ungkapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bung Karno Sangat Mencintai NU

Bung Karno, lanjut Gus Falah, memang sangat mencintai NU. Kecintaan Bung Karno terhadap NU disampaikan secara eksplisit saat Muktamar NU ke 23 pada 28 Desember 1962.

"Saya sangat cinta sekali kepada NU. Saya sangat gelisah jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak cinta kepada NU. Meski harus merayap, saya akan tetap datang ke mukamar ini, agar orang tidak meragukan kecintaan saya kepada NU," demikian kutipan pernyataan Bung Karno.

"Dan sejarah pun mencatat, Bung Karno pada tahun 1954 diangkat sebagai Waliyy Al-Amr Al-Daruri Bi Al-Syaukah oleh NU, yang bermakna pemimpin nasional dalam keadaan darurat dengan kewenangan mutlak," ujar Gus Falah.

Kedekatan itu terus berlanjut hingga kini. Gus Falah menyatakan, PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis sangat dekat dengan NU.

"Maka seluruh kader PDI Perjuangan, termasuk saya yang juga sekaligus kader NU, turut mengucapkan Selamat Hari Lahir NU yang ke 95, yang jatuh pada 31 Januari," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya