Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyebut sebanyak 23,5 persen orang tua tak setuju anaknya divaksinasi Covid-19. Data itu di dapat dari temuan survei P2G bertajuk “Sikap Orang Tua Terhadap Vaksinasi Anak dan Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021" yang dilaksanakan pada 5-8 Juli 2021.
Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim menyatakan, dari 23,5 persen orang tua yang tak sepakat anaknya divaksinasi Covid-19, mayoritas disebabkan karena mereka takut bahwa vaksin akan berdampak buruk bagi anak-anaknya.
"Alasan orang tua ragu-ragu dan tidak setuju vaksinasi anak berjumlah 36,7 persen, lima alasan tertinggi adalah sebanyak 72,5 persen orang tua khawatir vaksinasi akan berdampak buruk pada anak setelah divaksinasi," jelas Satriwan dalam keterangan tulis, Selasa (13/7/2021).
Advertisement
Sementara 5,4 persen orang tua khawatir tujuan vaksinasi bukan untuk kesehatan, 5,2 persen anak memiliki penyakit, kemudian 4,2 persen orang tua khawatir vaksin tidak halal, dan 4 persen menurut orang tua vaksin belum teruji. Serta 8,7 persen jawaban lainnya.
Satriwa mengaku pihaknya menyayangkan masih ada orang tua yang ragu serta enggan untuk memvaksinasi anaknya. Padahal itu semua bertujuan guna menjaga kesehatan.
"Kami menyayangkan masih ada orang tua yang khawatir vaksinasi anak bukan bertujuan untuk kesehatan. P2G menemukan fakta, seperti ada orang tua yang percaya vaksin berisi chip dari negara tertentu. Setelah anak divaksinasi maka chip tersebut akan lekat di tubuhnya," katanya.
"Ada juga yang percaya vaksin haram hukumnya, padahal MUI sudah mengeluarkan fatwa halal," lanjut Satriwan.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Survei P2G
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) baru saja melakukan Survei Nasional bertajuk “Sikap Orang Tua Terhadap Vaksinasi Anak dan Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021" pada 5-8 Juli 2021.
Survei itu melibatkan 9.287 responden orang tua siswa di jenjang pendidikan: SD/MI; SMP/MTs; SMA/SMK/MA, dari 168 kota/kabupaten dan 34 provinsi seluruh Indonesia.
Survei itu menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner semi tertutup (mixed) berbasis Web yang menggunakan aplikasi Google Form, disebarkan via aplikasi Whatsapp ke seluruh jaringan guru P2G.
Survei itu menggunakan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel, dengan margin of error 0,5 persen.
Advertisement