Mengenang 15 Tahun Tsunami Pangandaran, BNPB Sosialisasikan Mitigasi Bencana

17 Juli tepat 15 tahun silam, bencana tsunami senyap melanda Pangandaran, Jawa Barat. Sebelumnya gempa berkekuatan 7,7 skala richter mengguncang pantai selatan Jawa itu.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 17 Jul 2021, 12:32 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2021, 12:32 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (unsplash/ Holger Link)

Liputan6.com, Jakarta - 17 Juli tepat 15 tahun silam, bencana tsunami senyap melanda Pangandaran, Jawa Barat. Sebelumnya gempa berkekuatan 7,7 skala richter mengguncang pantai selatan Jawa itu.

Berdasarkan catatan data WHO, terdapat 668 korban jiwa dan 65 orang dinyatakan hilang. Untuk memperingatinya, BNPB menggelar Dialog 15 Tahun Tsunami Senyap Pangandaran: Lessons Learnt, Challenges and Mitigations.

Plt. Kepala Pusat Data Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari menyatakan tsunami di Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Ia menyebut, apabila suatu daerah pernah terjadi tsunami, maka hal itu kemungkinan dapat terulang kembali. Oleh karena itu mitigasi adalah kunci.

“Kalau dia pernah terjadi di masa lalu, pasti terjadi di masa depan. Maka perlu mengingatkan masyarakat apa yang bisa kita pelajari untuk mitigasi ke depan,” kata Abdul dalam diakusi daring, Sabtu (17/7/2021).

Abdul menyatakan pada saat bencana 2006 lalu, sistem peringatan dini dan mitigasi bencana di Indonesia termasuk Pangandaran belum ada.

“Pada saat itu sistem peringatan dini belum ada, karena pada saat itu kita baru inisiasi kerjasama dengan Jerman. Aktivitas tektonik kita, setidaknya tiap dua menit kita akan gempa, tapi ada yang dirasakan ada yang tidak, ada yang gempa saja tidak jadi tsunami. Per dua sampai tiga tahun pasti kita ada tsunami di Indonesia,” terangnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bangun Sistem Mitigasi

Saat ini, kata Abdul, BNPB telah membangun sistem mitigasi bencana tsunami lewat aplikasi InaRist salah satunya.

Dia juga mencontohkan tempat evakuasi di selatan Jawa yang kebanyakan adalah tempat wisata, harus dekat dari area wisata. Selain itu juga diperlukan penamanan tanaman untuk mengurai arus deras tsunami.

“Tempat evakuasi harus dekat dengan objek terpapar misal harus dekat tempat atraksi wisata. Posisi harus benar. Kebutuhuan krusial kawasan wisata, garus banyak jalur evakuasi, di selatan jawa harus banyak bangun vegetasi,” terangnya.

“BNPB rencana mitigasi di selatan jawa dengan berbasis ekosistem, menanam pandanus contoh,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya