LIPI Sebut Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia karena Paparan Varian Delta

Dari penelitian yang dilakukan LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama delapan hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021, ditemukan hampir 100 persen adalah varian Delta.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2021, 15:57 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2021, 15:21 WIB
Ilustrasi Covid-19
Ilustrasi Covid-19 (Foto: Shutterstock By danielmarin)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Tim Pengurutan Genom Menyeluruh (Whole Genom Sequencing/WGS) SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengatakan kemungkinan besar lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan oleh varian Delta.

"Jika dilihat dari data GISAID, yaitu data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan diidentifikasi selama tiga pekan terakhir, lebih dari 95 persen merupakan varian Delta dan sisanya adalah varian alfa dan varian lokal Indonesia," kata Sugiyono dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (17/7/2021) dilansir Antara.

Sugiyono menuturkan, dari penelitian yang dilakukan di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama delapan hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021, ditemukan hampir 100 persen adalah varian Delta.

"Berdasarkan data yang ada, terbukti bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh paparan virus SARS-CoV-2 varian delta," ujar Sugiyono.

Diketahui dalam beberapa pekan belakangan, kasus COVID-19 di Indonesia mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Pada rentang waktu 2-15 Juli 2021 tercatat penambahan total kasus positif COVID-19 mencapai 523.695 kasus.

Bahkan pada 11 Juli 2021, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia, yaitu mencapai 1.007 orang dalam satu hari. Merebaknya kasus COVID-19 di Indonesia ditengarai oleh varian baru dari virus SARS-CoV-2 varian Delta yang diketahui pertama kali ditemukan di India.

Ada pun faktor utama yang menyebabkan varian Delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristik yang dimiliki memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian lain.

"Material genetik yang ditemukan di varian Delta punya karakter yang bisa menurunkan efektivitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan," ujarnya.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Varian B.1.466

Sugiyono menuturkan berdasarkan data yang diperoleh dari Inggris, varian Delta sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah hunian rumah sakit. Artinya mempunyai efek terhadap keparahan kondisi pasien COVID-19.

Namun, menurut dia, kasus COVID-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian Delta. Berdasarkan riset yang dilakukan, juga ditemukan varian baru asal Indonesia, yaitu varian B.1.466.

Sugiyono menuturkan sebelum varian Delta masuk ke Indonesia, varian baru asal Indonesia mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Indonesia agar varian lokal terus dimonitor. Karena secara genetik varian itu mampu meningkatkan transmisi atau penularan di masyarakat.

Selain itu, varian tersebut juga dapat menyebabkan penurunan efektivitas vaksin dan terapi obat.

"Akan tetapi, sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukkan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian Delta lebih berbahaya," ujar Sugiyono.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya