Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan penyebab jumlah testing Covid-19 menurun dalam seminggu terakhir.
Menurut dia, penurunan jumlah testing Covid-19 ini karena adanya hari libur. Hal ini, kata dia, sudah biasa terjadi.
"Setiap hari libur dan sehari sesudahnya testing pasti turun. Kalau kita lihat 40 minggu terakhir, 50 minggu terkahir polanya gitu," ujar Budi dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (26/7/2021).
Advertisement
Kendati begitu, dia mengatakan angka testing akan kembali naik setelah hari libur. Untuk itu, menurut Budi, masyarakat tak perlu panik jika angka testing yang meningkat setelah mengalami penurunan di hari libur.
"Jadi kalau kemudian hari Jumat tinggi, Sabtu turun, tidak usah panik. Karena pasti turun, hari Minggu pasti turun, Seninnya juga, karena Minggunya libur pasti turun. Nanti naik lagi," papar dia.
Budi meminta masyarakat untuk melihat jumlah testing Covid-19 berdasarkan pola mingguan. Bahkan, kata dia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyampaikan jumlah testing berfluktuasi.
"WHO juga tahu bahwa testing itu berfluktuatif, mereka selalu menampilkan rata-rata 7 hari, karena itu yang paling bener. Karena itu tadi ada saat di mana kita libur," ucap dia.
"Kebetulan kan minggu lalu ada libur Idul Adha, jadi kelihatan turun. Habis itu naik lagi, jadi begitu ramai, kenapa dibilang turun abis itu naik lagi, ya itu tadi karena libur," jelas Budi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
TNI Siapkan Tracer Digital
Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengakui upaya penelusuran atau tracing Covid-19 di Indonesia belum memenuhi standar WHO.
Pasalnya hingga saat ini, menurut Hadi, tracing kontak erat kasus Covid-19 baru bisa dilakukan satu kasus banding satu kontak erat.
Artinya, kata dia, setiap ditemukan satu kasus konfirmasi positif, hanya bisa dilakukan penelusuran pada satu kontak erat saja. Padahal idealnya adalah satu kasus banding 30 kontak erat.
"Di Indonesia saat ini baru bisa dilaksanakan satu banding satu. Satu terkonfirmasi dan satu kota laksanakan tracing kontak erat," ujar Hadi dalam konferensi pers daring, Senin (26/7/2021).
Menurut dia, pihaknya terus berupaya agar standar yang ditetapkan oleh WHO tersebut dapat tercapai.
"Yaitu dengan cara memperbanyak tracer-tracer dari TNI-Polri dan Dinas Kesehatan, termasuk dari BNPB," ucap Hadi.
Hadi pun mengaku bahwa saat ini setidaknya ada 63 ribu tenaga tracer dari TNI yang sudah tersebar di sejumlah wilayah di Tanah Air.
"Keberadaan mereka guna membantu petugas puskesmas serta bidan desa melaksanakan tracing kontak erat kepada masyarakat," terang dia.
Dijelaskan Hadi, ada pula kendala di lapangan yang ditemukan oleh pihaknya. Ia pun berharap ada pelatihan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Kendala juga kita temukan di lapangan. Oleh sebab itu dari Kementerian Kesehatan memberikan pelatihan bagi tracer digital," papar dia.
Pelatihan tracer digital itu, lanjut Hadi, dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan tracing kontak erat.
Mekanismenya adalah setelah mendapatkan notifikasi dari Kepala Dinas Kesehatan setempat, maka tracer digital akan mewawancarai masyarakat yang harus di-tracing karena termasuk kontak erat dengan kasus konfirmasi positif.
"Dengan menggunakan alat komunikasi WhatsApp ataupun telepon. Namun apabila menemui kendala, maka tracer lapangan akan secara manual mendatangi masyarakat yang disinyalir terpapar Covid-19," pungkas Hadi.
Advertisement