Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia belum lama ini dibuat heboh sekaligus terkesan dengan aksi sosial keluarga pengusaha mendiang Akidi Tio asal Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Pasalnya, keluarga mendiang Akidi Tio yang merupakan salah satu pengusaha sukses asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur NAD itu menyumbangkan uang secara simbolis dalam jumlah yang fantastis.
Baca Juga
Bantuan tersebut berupa dana segar sebesar Rp 2 triliun, disalurkan melalui dokter keluarga mendiang Akidi Tio, Prof Hardi Darmawan, pada hari Senin pagi 26 Juli 2021.
Advertisement
"Ini luar biasa, ada yang memberikan bantuan untuk penanganan Covid-19, berupa uang sebesar Rp 2 triliun," ujar Gubernur Sumsel Herman Deru usai penyerahan bantuan Covid-19, Senin 26 Juli 2021.
Namun terungkap, rupanya uang Rp 2 triliun yang seharusnya cair hari ini, Senin (2/8/2021) tak juga nampak.
Anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti dijemput langsung oleh Direktur Intelkam Polda Sumsel Kombes Ratno Kuncoro.
"Status sudah tersangka, inisial H. Sekarang sudah diamankan di Mapolda," kata Ratno Dir Intelkam Polda Sumsel, Kombes Pol Ratno Kuncoro, Senin (2/8/2021).
Kejadian yang sempat menggemparkan Indonesia ini pun bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pada 2017 silam, nama Dwi Hartanto sempat membuat bangga bangsa Indonesia.
Sebagai seorang mahasiswa yang mengenyam pendidikan tinggi di Belanda, pemuda itu mengaku telah mendulang segudang prestasi di bidang aeronautika. Kabar prestasinya itupun banyak dimuat di berbagai media di Tanah Air.
Berikut sederet aksi prank atau bohong yang sempat menjadi buah bibir masyarakat Indonesia yang dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Skandal Dwi Hartanto
Harum benar nama Dwi Hartanto bagi bangsa Indonesia. Sebagai seorang mahasiswa yang mengenyam pendidikan tinggi di Belanda, pemuda itu mengaku telah mendulang segudang prestasi di bidang aeronautika. Kabar prestasinya itupun banyak dimuat di berbagai media di Tanah Air.
Bahkan kepada Liputan6.com medio Februari lalu, Dwi mengaku telah menamatkan studi doktoralnya di TU-Delft bidang kedirgantaraan, dengan beasiswa dari pemerintah Belanda.
Saat itu, tim Liputan6.com berusaha mewawancarai Dwi lewat Skype. Dia mengaku tengah sibuk berada di Boston, AS dan berjanji akan segera memberi kabar perihal waktu wawancara.
Pemuda itu juga mengaku mengikuti kompetisi riset teknologi kedirgantaraan bergengsi di Jerman pada Juni 2017, yang diikuti oleh ESA (Eropa), NASA (AS), DLR (Jerman), ESTEC (Belanda), JAXA (Jepang), UKSA (Inggris), CSA (Kanada), KARI (Korea), AEB (Brazil), INTA (Spanyol), dan negara-negara maju lain. Dan ia mengaku berhasil memenangi kompetisi itu.
Dwi mengklaim berhasil 'menyikut' seluruh lawan dan sukses duduk di puncak podium tertinggi dalam bidang bidang kategori riset Spacecraft Technology.
Ia memenangi kompetisi itu dengan mengusung riset yang berjudul "Lethal weapon in the sky" atau senjata yang mematikan di angkasa. Dwi juga mengaku, dari hasil riset tersebut, beberapa teknologi utama sudah berhasil ia patenkan bersama timnya.
"Sesuai dengan judul dalam risetnya, saya dan tim mengembangkan pesawat tempur modern yang disebut sebagai pesawat tempur generasi ke-6," ujar Dwi pada Juni lalu.
"Berawal dari keberhasilan saya dan tim saat diminta untuk membantu mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG (Next Generation/yang sekarang dalam tahap testing tahap akhir) yang mempunyai kemampuan tempur jauh lebih canggih dari generasi sebelumnya dari segi engine performance, kecepatan, aerodinamik serta teknologi (avionik) tempurnya," lanjutnya menjelaskan segala kegemilangannya.
Alih-alih bisa mewawancarai Dwi karena tarik-ulur dan segala dalih sibuk, sebuah kabar tak enak datang dari Belanda terkait segala pengakuan pemuda itu.
Segala kabar harum semerbak yang Dwi klaim hanyalah sebuah informasi palsu semata. Ia mengaku, sejumlah prestasi ini dan itu yang telah ia klaim hanyalah kebohongan.
"Sebagaimana kita ketahui, di beberapa waktu terakhir ini telah beredar informasi berkaitan dengan diri saya yang tidak benar, baik melalui media massa maupun media sosial. Khususnya perihal kompetensi dan latar belakang saya yang terkait dengan bidang teknologi kedirgantaraan (Aerospace Engineering) seperti teknologi roket, satelit, dan pesawat tempur," jelas pernyataan tertulis bermaterai yang ditandatangani oleh Dwi, seperti yang diperoleh Liputan6.com, Minggu 8 Oktober 2017.
"Melalui dokumen ini, saya bermaksud memberikan klarifikasi dan memohon maaf atas informasi-informasi yang tidak benar tersebut," lanjut Dwi menguak kebohongannya.
Permohonan maaf sebanyak lima lembar yang diparaf oleh Dwi di atas materai itu juga mengklarifikasi seluruh pengakuan palsu dan sesumbar Dwi atas klaim prestasi yang telah ia sebutkan.
Salah satu yang ia klarifikasi dalam surat itu adalah informasi yang diterima Liputan6.com pada Juni 2017 lalu.
Berita itu memuat segudang prestasi yang dicapai Dwi, seperti telah memenangi kompetisi antar space agency di Jerman, memenangi hadiah 15.000 euro, membuat riset dan teknologi 'Lethal weapon in the sky', tengah mengembangkan pesawat tempur generasi ke-6, dan sedang membantu memutakhirkan pesawat tempur varian EuroTyphoon.
Pada akhirnya, dalam surat tersebut, pria yang sempat digadang-gadang sebagai 'the next Habibie' itu mengatakan, "Saya mengakui itu adalah kebohongan semata."
"Teknologi 'Lethal weapon in the sky' dan klaim paten beberapa teknologi adalah tidak benar dan tidak pernah ada," lanjutnya.
"Saya memanipulasi template cek hadiah yang kemudian saya isi dengan nama saya disertai nilai nominal 15.000 euro, kemudian berfoto dengan cek tersebut. Foto tersebut saya publikasikan melalui akun media sosial saya dengan cerita klaim kemenangan saya."
Kemudian ia menambahkan, "Saya tidak pernah memenangkan lomba riset teknologi antar-space agency dunia di Jerman pada tahun 2017."
Dalam surat itu, Dwi juga menjelaskan, proyeknya dalam mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG juga tidak benar.
Ia bahkan memohon maaf karena telah mengaku sebagai lulusan S3 TU-Delft bidang kedirgantaraan.
Karena sebenarnya Dwi adalah, "(saya) seorang mahasiswa doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi saya sebagai Post-doctoral apalagi Assistant Professor di TU Delft adalah tidak benar."
Dwi mengklarifikasi, saat ini dirinya masih berstatus mahasiswa doktoral yang tengah menyelesaikan studi S3 di grup riset Interactive Intelligence, Dept. of Intelligent Systems, pada Fakultas yang sama di TU Delft.
Advertisement
Youtuber Ferdian Paleka
Pada 2020, youtuber Ferdian Paleka menjadi sorotan karena video prank membagikan sembako berisi sampah di Kota Bandung, Jawa Barat.
Tak lama, Ferdian Paleka bersama dua rekannya yang lain yakni Tubagus Fahddinar dan M Aidil ditetapkan sebagai tersangka kasus konten video bermuatan penghinaan.
Setelah ditangkap tim gabungan dini hari tadi, Ferdian Paleka ditetapkan sebagai tersangka dengan Pasal 45 Ayat 3 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Selain Pasal 45 UU ITE, para tersangka juga dijerat dengan dua pasal tambahan yaitu Pasal 36 dan Pasal 51 ayat 2 UU Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.
"Konten dimuat dalam channel Youtube para tersangka. Setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan, telah memenuhi syarat di dalam Pasal UU ITE," ujar Kabid Humas Polda Jabar Komisaris Besar Saptono Erlangga di Mapolrestabes Bandung, Jumat 8 Mei 2020.
Erlangga menjelaskan, pengungkapan kasus ini berawal dari laporan polisi atas nama Ferdi Hermawan dengan waktu kejadian pada 1 Mei 2020 pukul 02.00 WIB.
Ketika itu, tiga pelaku melakukan tindakan dengan membagikan sembako berisi sampah dan batu kepada sejumlah transpuan yang kemudian melaporkan tindakan tersebut karena dianggap telah melakukan penghinaan. Kejadian tersebut berada di Ibrahim Adjie, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung.
"Setelah video pembagian sembako berisi sampah dan batu dibuat, konten dimuat di dalam channel Youtube," ujar Erlangga di Mapolrestabes Bandung.
Dalam kasus ini, Ferdian Paleka sempat menjadi buron. Polisi menangkapnya pada Jumat dini hari bersamaan dengan Aidil. Sedangkan Tubagus, sudah terlebih dulu menyerahkan diri kepada pihak kepolisian.
Kisruh Lelang Motor Listrik Presiden Jokowi
Masih di Mei 2020, nama Muhammad Nuh atau M Nuh santer menjadi perbincangan publik di Jambi. Pria yang memenangkan lelang motor listrik Presiden Jokowi dalam konser amal itu seketika viral dan menghiasi jagat media sosial.
Yang pertama, ia viral karena berhasil memenangkan lelang motor listrik Gesits bertanda tangan Jokowi.
M Nuh menawar motor listrik itu dengan nilai fantastis mencapai Rp2,5 miliar, mengalahkan pengusaha dan politikus ternama.
Dalam acara lelang dan konser amal bertajuk "Berbagi kasih Bersama Bimbo" itu dipandu Bambang Soesatyo dengan pembawa cara Choky Sitohang, dan Andi F Noya. Acara tersebut disiarkan secara langsung di TVRI dan kanal YouTube BNPB.
"Hingga akhirnya jatuh ke tangan Bapak M. Nuh dengan harga Rp2,55 miliar. Terima kasih bapak yang dari Jambi semoga diberikan rezeki yang lebih banyak lagi," kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo sebagai inisiator konser amal, pada 18 Mei 2020 seperti yang ditayangkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia.
Bahkan, dalam acara lelang tersebut pembawa acara menyampaikan data-data dari M Nuh telah terverifikasi. Sosok M Nuh disebut-sebut sebagai seorang pengusaha asal Kampung Manggis, Kota Jambi.
Beberapa hari setelah acara lelang penggalangan dana yang diadakan pemerintah pusat itu selesai, sosok M Nuh masih heboh. Lalu siapakah sebenarnya sosok M Nuh?
M Nuh kembali viral untuk kedua kalinya. Pada Kamis dini hari 21 Mei 2021 dikabarkan diperiksa polisi di Jambi.
Ia hanya dimintai keterangan karena tak kunjung mentransfer uang senilai Rp 2,5 miliar dari hasil lelang itu.
Usut punya usut ternyata sosok M Nuh bukanlah seorang pengusaha, melainkan dirinya seorang buruh harian lepas.
Ia sendiri memang warga yang tinggal di Kampung Manggis, Kecamatan Pasar, Kota Jambi seperti informasi saat lelang sebelumnya.
Sosok M Nuh masih menjadi perbincangan di kanal-kanal media sosial. Foto dan data Kartu Tanda Penduduk juga beredar di aplikasi grup percakapan.
Dalam sebuah foto KTP yang beredar itu, pria tersebut diketahui kelahiran 29 Maret 1974. Ia tinggal di Kelurahan Sungai Asam. Daerah ini memang lebih dikenal warga Jambi dengan nama kampung Manggis.
Usai namanya viral pertama kali, warga di daerah tersebut banyak yang tak mengetahui sosok M Nuh, pengusaha "fiktif" itu. M Nuh oleh warga sekitar dikenal tidak sebagai pengusaha, melainkan pekerja harian lepas.
M Nuh pun sempat dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Kapolda Jambi Irjen Firman Shantyabudi mengatakan, tidak ada penahanan terhadap Muhammad Nuh seperti informasi yang beredar.
"Tidak ada penangkapan dan penahanan kepada yang bersangkutan," kata Firman, Kamis 21 Mei 2021.
Berdasarkan keterangan Nuh, dia mengaku tidak mengetahui jika acara tersebut adalah acara lelang yang ditayangkan secara langsung di TVRI dalam konser 'Berbagi Kasih Bersama Bimbo' pada Minggu 17 Mei 2020.
"Yang bersangkutan setelah diwawancara, tidak paham acara yang diikuti tersebut adalah lelang. Yang bersangkutan mengira bakal dapat hadiah," ujar Firman.
Menurutnya, yang bersangkutan justru malah minta perlindungan pihak berwajib. Karena takut akan ditagih setelah memenangkan lelang motor tersebut.
"Karena ketakutan ditagih, dia justru minta perlindungan," tutup dia.
Advertisement
Youtuber Palembang
Kisah Ferdian Paleka kembali berulang. Kali ini video prank berjudul ‘Prank Bagi Bagi Daging ke Emak-Emak Isinya Sampah #THEREALPRANK’ diposting di channel Youtube Edo Putra Official menyeret Edo Putra dan rekannya ke Mapolrestabes Palembang.
Video berdurasi 11,56 menit tersebut sudah ditonton lebih dari 600 ribu. Channel Youtube Edo Putra Official tersebut, juga sudah diikuti sekitar 10,3 ribu subscriber.
Ternyata, video prank berisi sampah ini pernah dilakukan Edo Putra sebelumnya. Pada 25 Mei 2020 lalu, Youtuber Palembang ini mengunggah video berjudul ‘Prank Bagi-bagi THR ke Bocil Isinya Sampah’.
Edo dan seorang rekannya membagikan amplop kepada empat orang remaja di dua lokasi berbeda. Setelah membagikan amplop tersebut, keduanya meninggalkan sasaran prank.
Aksi prank sampah Youtuber asal Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) Edo Putra di channel Youtube Edo Putra Official itu pun berujung pada penangkapan oleh anggota kepolisian.
Video prank kantong daging kurban yang ternyata berisi sampah, diposting Edo Putra pada hari Jumat 31 Juli 2020, tepat di hari pertama Idul Adha 1441 Hijriah.
Usai memposting video prank tersebut, Edo bersama rekannya langsung diamankan petugas Mapolrestabes Palembang.
"Sudah diamankan. Keterangan lengkapnya besok saja ya, Senin 3 Agustus 2020 ya," kata Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Anom Setyadji, Minggu 2 Agustus 2020.
Nasib Edo Putra dan rekannya tersebut, ternyata menyita perhatian keluarganya. Saat mereka diamankan polisi, keluarga Youtuber Palembang tersebut langsung berdatangan ke Mapolrestabes Palembang.
Makmun, paman Edo Putra meminta agar aparat kepolisian bisa membebaskan Edo Putra dan rekan keponakannya tersebut.
Menurutnya, aksi Youtuber Palembang tersebut tidak merugikan orang lain, serta belum ada korban prank yang membuat laporan ke kepolisian.
"Mohon solusi terbaik agar bisa jadi pelajaran buat dia (Edo) ke depan. Keluarga ingin Edo dibebaskan," ucapnya.
Dia mengatakan, jika keponakannya tersebut memang pernah bercerita kalau sedang disibukkan menjadi Youtuber. Namun Makmun tidak mengetahui secara detail, apa saja aktivitas Edo Putra.
Makmun tetap mengharapkan keponakannya bersama teman Edo agar segera dibebaskan dari Mapolrestabes Palembang.
"Pernah kami nasihati (Edo) karena kalau kemarin (saat Lebaran) bikin video THR isi sampah. Tapi namanya anak-anak tidak selalu kami awasi setiap saat," katanya.
Prank Akidi Tio
Baru-baru ini, aksi sosial keluarga pengusaha asal Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), membuat tercengang warga Sumatera Selatan (Sumsel).
Pasalnya, keluarga mendiang Akidi Tio, salah satu pengusaha sukses asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur NAD, menyumbangkan uang dengan jumlah yang fantastis.
Bantuan berupa dana segar sebesar Rp2 triliun, disalurkan melalui dokter keluarga mendiang Akidi Tio, Prof Hardi Darmawan, pada hari Senin pagi 26 Juli 2021.
Penyerahan bantuan dana tersebut digelar di gedung Mapolda Sumsel, yang disaksikan oleh Gubernur Sumsel Herman Deru, Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel dan Danrem 044/Gapo, Brigjen TNI Jauhari Agus Suraji.
"Ini luar biasa, ada yang memberikan bantuan untuk penanganan Covid-19, berupa uang sebesar Rp2 triliun," ujar Gubernur Sumsel Herman Deru usai penyerahan bantuan Covid-19.
Penyerahan bantuan tersebut, dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh pejabat tinggi di Polda Sumsel dan Pemprov Sumsel, serta tokoh masyarakat di Sumsel.
Dan pada hari ini, Senin (2/8/2021) anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti dijemput langsung oleh Dir Intelkam Polda Sumsel Kombes Pol Ratno Kuncoro.
Heriyanti ditangkap terkait dengan bantuan Akidi Tio Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19 yang dijanjikan cair hari ini namun tidak ada.
Heriyanti tiba di Mapolda Sumsel pukul 12.59 WIB dan langsung digiring masuk ke ruang Dir Ditkrimum Polda Sumsel dengan pengawalan ketat sejumlah petugas.
"Status sudah tersangka, inisial H. Sekarang sudah diamankan di Mapolda," kata Ratno Dir Intelkam Polda Sumsel Kombes Pol Ratno Kuncoro, Senin (2/8/2021).
Ratno menambahkan, sekarang pihaknya sedang menunggu keterangan tim penyidik soal motif apa yang mendorong tersangka membuat kegaduhan ini.
Hari ini, kata Ratno, tim yang dipimpin Kapolda Sumsel telah bekerja dari Senin 26 Juli 2021 sudah membentuk tim. Pihaknya menggunakan data IT dan Source Intelejen Analysis.
"Ini kejahatan kedua yang pernah dilakukan tersangka," katanya menutup pembicaraan.
Advertisement