Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam, Mahfud Md meminta agar para pimpinan perguruan tinggi keagamaan ikut membantu pemerintah untuk memandu masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.
“Para pimpinan perguruan tinggi keagamaan biasanya lebih dekat dengan masyarakat, memiliki interaksi yang lebih baik, karena itu peran pentingnya sangat diharapkan dalam memandu warga menghadapi suasana sulit di era pandemi ini," katanya dalam acara dialog virtual dengan Menko Polhukam Mahfud Md dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, bersama pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri-Swasta (PTKN-S), dikutip dalam keterangan pers, Sabtu (7/8/2021).
Baca Juga
Dia juga menekankan pentingnya perguruan tinggi keagamaan dalam melakukan literasi dan edukasi pada masyarakat. Dia berharap kampus bisa menjembatani masyarakat untuk penyampaian kritik, aspirasi, maupun saran pada pemerintah.
Advertisement
“Kadang kan kritik itu berputar-putar di bawah tak sampai ke atas. Karena mungkin birokrasinya atau karena mungkin pandeminya. Kadangkala kritik itu berputar di bawah padahal itu tidak benar," ujarnya.
Itulah, kata Mahfud, pentingnya meningkatkan literasi dan edukasi masyarakat agar terhindar dari hoaks atau berita bohong.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Terjadi Perpecahan di Masyarakat
Sementara dalam pertemuan tersebut sejumlah rektor mengakui terjadi perpecahan antarmasyarakat akibat banyaknya berita hoaks media sosial. Apalagi, segelintir orang menggunakan argumentasi agama oleh pemimpin keagamaan, untuk tidak mempercayai Covid-19.
“Seringkali kita selaku pimpinan perguruan tinggi keagamaan itu merasa gamang untuk mengambil peran yang lebih tegas di tengah-tengah masyarakat karena keterbelahan masyarakat akibat dari penggalangan opini,” ujar Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Hilmy.
“Karena itu, saya mengusulkan agar dilakukan dua peran, yaitu peran dalam tingkat gagasan yang dilakukan secara tertulis maupun ceramah keagamaan, lalu kedua adalah peran aksi, yaitu dengan memanfaatkan aset negara yang ada di perguruan tinggi," lanjut Masdar.
Sementara Rektor STFT Widyasasana, Malang, Armada Riyanto menyarakan agar pemerintah tidak terlalu menanggapi kritik yang justru akan mengahabiskan energi, dan berharap pemerintah fokus untuk penanggulangan covid-19.
“Pemerintah menurut saya fokus saja, fokus terus dalam penanggulangan Covid-19 dengan pengadaan alat kesehatan, obat, dan sebagainya. Tidak perlu menanggapi para antagonis dalam bidang politik maupun kebijakan publik,” ujar Riyanto.
Diketahui selain diikuti oleh sekitar 900 pimpinan perguruan tinggi keagamaan di seluruh Indonesia, dialog virtual ini juga dihadiri oleh para eselon satu di Kemenko Polhukam dan Kementerian Agama, yaitu para dirjen, deputi, staf ahli, dan staf khusus menteri. Sehari sebelumnya, dialog yang sama juga digelar secara daring dan dihari 820 perguruan tinggi umum negeri dan swasta se-Indonesia.
Reporter: Intan Umbari Prihatin
Sumber: Merdeka
Advertisement