Liputan6.com, Jakarta - Korban pelecehan seksual dan perundungan atau bullying di lingkungan kerja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berinisial MS telah menjalani pemeriksaan psikis di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.
Kuasa hukum MS, Muhammad Mualimin menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kliennya cenderung mengalami depresi. Hal itu terkait kasus perundungan dan pelecehan seksual yang dialami di lingkungan kerja KPI.
"Tadi dokter psikiatrinya menyatakan bahwa MS mengalami kecenderungan depresi," kata Mualimin saat dikonfirmasi, Senin (4/10/2021).
Advertisement
Mualimin menyebut, depresi yang dialami kliennya, akibat dari kasus perundungan dan pelecehan seksual yang dialaminya hingga merusak kondisi mentalnya.
"Hebatnya tekanan yang ditimbulkan dari tindak pidana perundungan dan pelecehan seks yang dialami korban. Tertekan terus menerus selama sekian tahun yang merusak kondisi mental MS," kata dia.
Alhasil dokter menyuruh MS mulai berkegiatan di luar rumah dan berinteraksi untuk mengurangi paranoid serta kecemasan yang dialaminya.
"MS harus banyak bergaul dan berinteraksi, supaya kepercayaan dirinya terpupuk pelan -pelan. MS disarankan tidak boleh menganggur atau berdiam diri," katanya.
Lebih lanjut, Mualimin menyampaikan bahwa MS masih harus menjalani pemeriksaan psikis sebanyak sembilan kali dari 14 pemeriksaan yang telah dijadwalkan di RS Polri sebelumnya.
Pelecehan Seksual dan Perundungan di KPI
Sebelumnya, kasus pelecehan seksual dan perundungan yang dialami MS oleh sesama rekan pegawai KPI tengah ditangani Polres Metro Jakarta Pusat. Kasus mencuat setelah sepucuk surat yang menceritakan MS alami pelecehan dan perundungan sepanjang 2012-2014, viral.
"Selama 2 tahun saya dibully dan dipaksa untuk membelikan makan bagi rekan kerja senior. Mereka bersama sama mengintimidasi yang membuat saya tak berdaya. Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani rekan kerja. Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh."
MS yang bekerja di kantor KPI Pusat sejak 2011 juga mengaku dipukul, dimaki dan direndahkan terus menerus dan berulang-ulang sehingga merasa tertekan, stres dan sakit.
"Puncaknya pada tahun 2015, mereka beramai ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, melecehkan saya dengan mencorat-coret buah zakar saya memakai spidol. Kejadian itu membuat saya trauma dan kehilangan kestabilan emosi. Kok bisa pelecehan jahat macam begini terjadi di KPI Pusat? Sindikat macam apa pelakunya? Bahkan mereka mendokumentasikan kelamin saya dan membuat saya tak berdaya melawan mereka setelah tragedi itu. Semoga foto telanjang saya tidak disebar dan diperjualbelikan di situs online," tuturnya.
"Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stres dan merasa hina, saya trauma berat, tapi mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah. Harus begini bangetkah dunia kerja di KPI? Di Jakarta?" imbuhnya.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Merdeka.com
Advertisement