Dinginkan Politik Jelang Pemilu, Imam Besar Istiqlal Luncurkan Buku Bertema Sufi

Menurutnya di tahun-tahun menjelang pemilu, bangsa Indonesia perlu didinginkan dengan bacaan yang yang jauh dari sifat maskulin.

oleh Yopi Makdori diperbarui 05 Nov 2021, 23:23 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2021, 23:23 WIB
buku
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar meluncurkan enam buku bertemakan Islam sufistik dalam acara bertajuk Peluncuran Buku dan Doa Bersama untuk Bangsa di Jakarta, Jumat (5/11/2021) malam. (Liputan6.com/Yopi Makdori)

Liputan6.com, Jakarta Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar meluncurkan enam buku bertemakan Islam sufistik. Berbeda dari peluncuran tahun sebelumnya, kali ini buku gagasan Nasaruddin Umar menitikberatkan pada tema feminim.

"Tema buka saya tahun ini adalah lebih feminim. Kalau tahun lalu buku-buku saya itu adalah buku-buku yang bersifat kombinasi, jadi ada sifat politiknya, antropologinya, sosiologinya. Tapi kalau tahun ini kami sengaja me-launching buku yang sifatnya sufistik ya," katanya dalam acara Peluncuran Buku dan Doa Bersama untuk Bangsa di Jakarta, Jumat (5/11/2021) malam.

Nasaruddin bukan tanpa alasan mengusung tema tersebut pada buku-buku yang dia terbitkan tahun ini. Menurutnya di tahun-tahun menjelang pemilu, bangsa Indonesia perlu didinginkan dengan bacaan yang yang jauh dari sifat maskulin.

"Kami melihat bahwa bangsa ini, terutama menjelang pemilu yang akan datang kita perlu penyejukan," katanya.

Nasaruddin memandang hal itu dilakukan dengan melempar bacaan yang sarat akan nilai sufistik. Hadirnya buku-buku itu, kata dia merupakan penyeimbang maraknya buku-buku yang menguras urat saraf.

"Karena sudah terlalu banyak buku berbicara tentang hal-hal yang sifatnya struggle ya, yang maskulin," ucap dia.

Diharapkan dengan bahan bacaan seperti itu akan terbentuk keseimbangan di masyarakat. Menurut Nasaruddin, bangsa yang utuh adalah bangsa yang memberikan tempat hati dan kepalanya untuk saling berkomunikasi.

"Jangan semuanya tumpah berbicara dalam persoalan maskulin, dalam persoalan politik. Tapi juga kita harus menengok diri kita sendiri, siapa diri kita sebetulnya, kita mau ke mana?" katanya.

Buku semacam itu, lanjut Nasaruddin juga untuk menyadarkan bangsa bahwa hidup itu memiliki batas. Bahwa ada kehidupan setelah mati.

"Dengan kesadaran sufistik seperti ini, maka kita akan berpolitiknya santun, berekonominya juga luhur, bisnisnya pun beretika," ujarnya.

Rencana Rilis 12 Buku

Santun dan etika, kata dia merupakan ciri khas bangsa ini. Dan itu semua termuat dalam Pancasila.

"Kita harap ke depan konstruksi-konstruksi seperti ini tidak boleh hilang dalam arena intelektulitas kita," tandasnya.

Sebetulnya Nasaruddin merencanakan ada 12 buku yang akan dirilis hari ini. Namun lantaran enam lainnya tak terkejar karena masih dalam proses penyuntingan, alhasil baru enam buku yang berhasil diluncurkan.

Buku-buku yang dirilis tersebut seperti Menyelami Seluk Beluk Makrifat, Menelisik Hakikat Silaturahim, serta Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid dan lain sebagainya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya