Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan informasi hoaks yang mengaitkan kasus hepatitis akut dengan vaksin Covid-19 mulai berseliweran di media sosial. Dia meminta masyarakat mewaspadai hal itu.
"Di medsos sudah berseliweran berita hoaks yang dikaitkan dengan vaksinasi anak. Kalau ini tidak segera dikelola, bisa jadi kontraproduktif," kata Muhadjir seperti dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat (6/4/2022).
Wajar saja Muhadjir khawatir karena saat ini pemerintah sedang fokus memberikan vaksin untuk melindungi anak dari Covid-19. Per Selasa, 3 Mei, sebanyak 16.623.197 anak usia 6 hingga 11 tahun telah menerima vaksin dosis lengkap atau setara 62,97% dari target 26.400.300 anak.
Advertisement
Pemerintah juga menargetkan 26.705.490 remaja usia 12 hingga 17 tahun menerima vaksin covid-19. Sebanyak 81,19% di antaranya sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap.
Terkait kasus hepatitis akut, Muhadjir sangat percaya Kementerian Kesehatan telah sigap mengambil langkah upaya preventif maupun kuratif untuk mendeteksi gejala. Menurut dia, hepatitis akut sudah menjadi persoalan global.
"Saya rasa kita lebih proaktif melakukan penyisiran besar-besaran di setiap daerah untuk memastikan hepatitis akut belum menyebar. Kalau pun sudah menyebar, juga bisa terdeteksi sejak dini dan bisa diatasi," ujar dia.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral, dalam menghadapi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog).
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden dr. Brian Sriprahastuti mengatakan, upaya ini dilakukan agar segera ada tindakan apabila ditemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut. Terutama, pada anak di bawah usia 11 tahun.
"Investigasi penyebab hepatitis akut dilakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap," kata Brian dikutip dari siaran pers, Jumat (6/5/2022).
Gejala Awal Hepatitis Akut
Selain itu, kata dia, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan. Mulai dari, pemerintan daerah, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan pemangku kepentingan.
"Untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya tersebut," jelas dia.
Brian menjelaskan, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan cepat memburuk. Adapun gejalanya yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urine, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam, serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati.
"Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera dibawa ke rumah sakit atau faskes. Karena jika terlambat penanganan akan terjadi kegagalan fungsi hati yang ditandai dengan gangguan kesadaran," tutur Brian.
Advertisement
Belum Diketahui Penyebabnya
Dia mengakui sejauh ini memang belum diketahui penyebab dari hepatitis akut yang sekarang menjadi KLB tersebut. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang umumnya menjadi penyebab hepatitis.
Dalam kaitan dengan kabar ditemukan SARS-CoV-2 atau Adenovirus pada beberapa kasus, Brian menyampakan hal itu belum bisa dibuktikan.
"Sampai sekarang belum bisa dibuktikan bahwa kedua virus tersebut menjadi penyebabnya. Pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab baik secara biologis maupun kimiawi masih terus dilakukan," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, dr. Brian menghimbau masyarakat tidak panik, tetap tenang dan berhati hati. Dia juga mengingatkan masyarakat melakukan upaya pencegahan infeksi.
"Caranya dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan popok sekali pakai (diapers) pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan tetap menjaga jarak," ujar Brian.
Seperti diketahui, fenomena hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, menjadi sorotan dunia setelah WHO menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, dalam dua minggu terakhir, yakni hingga 30 April 2022, dilaporkan 3 pasien anak meninggal saat dirawat di RSUP Cipto Mangunkusumo, dengan dugaan hepatitis akut.