PDIP: Desa Maju, Indonesia Kuat

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya terus mendukung desa menjadi taman sari peradaban sesuai rekomendasi Rakernas II yang baru saja usai.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2022, 21:14 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2022, 19:45 WIB
Sebagai tindak lanjut Rakernas II PDI Perjuangan (PDIP), Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyerap aspirasi dengan DPC-DPC.
Sebagai tindak lanjut Rakernas II PDI Perjuangan (PDIP), Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyerap aspirasi dengan DPC-DPC.

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya terus mendukung desa menjadi taman sari peradaban sesuai rekomendasi Rakernas II yang baru saja usai.

Hal tersebut disampaikannya saat silaturahmi dengan jajaran DPD PDIP Jawa Barat dan DPC PDIP Kabupaten Bogor di Setu Lebak Wangi, di Desa Pamegarsari.

Lokasi setu yang dulunya tidak terurus itu, kini menjadi asri, bersih, serta menjadi salah satu lokasi tujuan wisata bagi warga sekitar. Deretan rumah makan, kafe, hingga kendaraan air berada di sana, berbaur dengan ratusan pengunjung yang ada di sana.

Hasto mengatakan, Setu Lebak Wangi adalah salah satu percontohan bagaimana desa dikembangkan sebagai pusat wisata.

Di mana orang akan datang menikmati kuliner dan jajanan desa, yang akan menggerakkan perekonomian desa, sehingga bisa menjadi desa wisata.

"Karena bila desa maju, Indonesia akan kuat," kata dia, Selasa (28/6/2022).

Hasto juga mengatakan bahwa DPP PDIP mengeluarkan surat instruksi khusus mendorong kader agar terlibat aktif dalam mengembangkan desa wisata seperti Setu Lebak Wangi.

"Ada instruksi DPP PDI Perjuangan bahwa 1 orang anggota DPR harus mengembangkan 1 desa wisata, dengan membangun ekosistem kemajuan desa. Sedangkan bagi DPRD Propinsi dan Kabupaten kota secara berkelompok," kata Hasto.

 

Bergotong Royong

Sementara Adian Napitupulu banyak menjelaskan bagaimana dirinya bersama warga sekitar di Setu Lebak Wangi bekerja sama membangun lokasi tersebut.

Sehingga warga masyarakat kelas menengah-bawah memiliki lokasi wisata alternatif yang terjangkau.

Menurutnya, dengan bergotong royong membangun setu seperti ini, maka semua warga bisa mendapatkan imbas ekonominya. Sebagai perbandingan, banyak setu yang dipakai menjadi lokasi keramba ikan. Namun ratusan keramba biasanya dipunyai 2-3 individu saja.

"Berbeda kalau dibangun jadi wahana wisata. Selain menyediakan tempat wisata murah bagi rakyat, bisa menggerakkan ekonomi karena rakyat bisa berjualan. Kalau wahana dan panggung di sini misalnya sudah selesai, mungkin desa bisa dapat 100 juta perbulan," kata Adian.

 

Berkembang

Adian bercerita, secara perlahan Setu Lebak Wangi dibangun dan semakin banyak wisatawan datang, sejumlah bisnis langsung bermunculan.

Awalnya adalah jaringan minimarket yang banyak tersebar di seluruh Indonesia (Alfamart,red) membuka gerai di dekat sana. Masyarakat desa ternyata kreatif. Begitu diberikan contoh dengan ide-ide membumi, semua bergerak dan lahirlah ekosistem usaha rakyat, sekaligus memperkuat Badan Usaha Milik Desa.

"Masyarakat kemudian bergerak melihat potensi lokasi ini. Semuanya diawali dengan desa mengembangkan potensi Setu Lebak Wangi ini," tutur dia.

Adian mengatakan bahwa di Kabupaten Bogor saja, ada 95 setu sejenis yang masih bisa dikembangkan. Hanya saja, pengembangannya kerap terbentur perizinan dari pemerintah, termasuk izin penggunaan sempadan sungai dan danau.

"Kami berharap pemerintah pusat, khususnya Kementerian PUPR memberi perhatian untuk mempermudah proses perizinan lewat keluarnya peraturan menteri. Sehingga sempadan boleh dikelola oleh BUMN Desa," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya