Wali Kota Depok Angkat Bicara soal 4 Ustaz Diduga Cabuli Santri di Wilayahnya

Polisi tengah mengusut kasus dugaan pencabulan di Kota Depok yang melibatkan empat oknum ustaz terhadap sejumlah santrinya.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 02 Jul 2022, 02:23 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2022, 02:23 WIB
Wali Kota Depok, Mohammad Idris
Wali Kota Depok, Mohammad Idris

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Depok Mohammad Idris angkat bicara soal kasus dugaan pencabulan yang melibatkan lembaga pendidikan di wilayahnya. Empat orang ustaz di Yayasan Istana Yatim Riyadhul Jannah, Kota Depok diduga mencabuli sejumlah santrinya.

Idris mengatakan, kasus dugaan pencabulan tersebut telah diusut aparat Polda Metro Jaya dan belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah membantu penanganan psikologis para korban.

“Korbannya baru tiga yang diminta kepada kita untuk dilakukan recovery psikologis dan sudah kita lakukan,” ujar Wali Kota Depok, Jumat (1/7/2022).

Idris menilai, penanganan kasus tersebut dalam perspektif kepolisian tidak boleh diumumkan. Hal itu membuat dirinya tidak dapat berbicara banyak tentang kasus dugaan pencabulan yang terjadi di Kota Depok itu.

“Polda sudah bersurat kepada kami untuk dilakukan recovery pendampingan psikologis, bukan pendampingan kasus, sebab belum ketahuan pelakunya, pemeriksaan pelakunya juga belum, dipanggil juga belum karena tidak ada di tempat,” terang Idris.

Idris menjelaskan, Pemerintah Kota Depok telah melakukan berbagai upaya pada penanganan kasus anak. Penanganan kasus anak, kata dia, sangat memerlukan kerja sama antarseluruh stakeholder.

“Ini kan katanya panti asuhan, saya minta cek dan memang ada izin operasional panti asuhan dari Kadinsos pada 2020,” katanya.

Berdasarkan penelusuran Pemkot Depok, yayasan tersebut juga memiliki izin pesantren dari Kementerian Agama (Kemenag) pada 2020. Menurut dia, Kemenag juga seharusnya ikut memantau kondisi yayasan tersebut.

“Seharusnya hal ini dipantau, bagaimana operasinya, kurikulumnya, pembinaan gurunya, dan hal lainnya,” ungkap Idris.

Lebih lanjut, Idris mengungkapkan bahwa anak didik di yayasan tersebut tidak semuanya tinggal di asrama, artinya ada yang pulang pergi. Hanya santri pesantren yang menginap di yayasan tersebut. Namun saat Pemkot Depok mendatang lokasi, pesantren tersebut sepi karena santri sedang libur.

“Pas kami ke sana memang sedang libur. Kasus (dugaan pencabulan) kejadiannya bisa jadi kemarin atau sebelumnya, intinya masih pendalaman,” katanya memungkasi.

 

Kata Pengasuh Yayasan

Pengasuh Ponpes Istana Yatim Riyadhul Jannah Depok, Ahmad Riyadh Muchtar (kiri) saat memberikan penjelasan terkait dugaan pencabulan di yayasannya. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).
Pengasuh Ponpes Istana Yatim Riyadhul Jannah Depok, Ahmad Riyadh Muchtar (kiri) saat memberikan penjelasan terkait dugaan pencabulan di yayasannya. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).

Sebelumnya diberitakan, Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Istana Yatim Riyadhul Jannah, Kota Depok angkat suara terkait dugaan pencabulan di lembaganya tersebut. Pihak Ponpes telah menyerahkan kasus tersebut diproses hukum aparat kepolisian.

Pengasuh Ponpes Istana Yatim Riyadhul Jannah, Ahmad Riyadh Muchtar mengatakan, kasus dugaan pencabulan yang dilaporkan kuasa hukum wali murid ke Polda Metro Jaya masih dalam tahap penyelidikan. Pihak kepolisian telah mendatangi yayasan untuk menanyakan beberapa hal terkait laporan tersebut.

“Ternyata menurut berita laporan dari mereka bahwasanya ini sudah terjadi tindakan pelecehan seksual,” ujar Ahmad kepada Liputan6.com, Jumat (1/7/2022).

Ahmad mengungkapkan, berdasarkan laporan kepolisian terdapat tiga guru dan satu santri yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan pelecehan seksual. Pihak yayasan siap mendukung penuh langkah kepolisian untuk mengungkap kebenaran terkait dugaan tindakan asusila itu.

“Dalam hal ini saya mendukung proses yang dilakukan kepolisian, tidak ada yang saya tutupkan,” ungkap Ahmad.

Ahmad menjelaskan, tiga guru yang menjadi terlapor, satu di antaranya masih bekerja di Istana Yatim Riyadhul Jannah, namun sedang cuti karena kecelakaan. Sementara dua guru terlapor lainnya sudah tidak bekerja di Ponpes tersebut.

“Dua terlapor lainnya ini sudah tidak di kita, dari dua yang satu sudah selesai pengabdiannya, dia itu semacam relawan mengajar hadroh dan pramuka,” jelas Ahmad.

Terkait siswa yang turut dilaporkan, lanjut Ahmad, pelajar tersebut merupakan kakak kelas diduga korban. Siswa yang menjadi terlapor merupakan siswa SMP yang berada di Cijeruk, Bogor.

“Santri yang terlapor ini kelas 1 SMP, karena ada keterlambatan dalam bidang akademis,” terang Ahmad.

Yayasan Ponpes Istana Yatim Riyadhul Jannah sudah didirikan sejak 11 tahun lalu yang didedikasikan untuk membantu anak yatim dan dhuafa. Yayasan Ponpes tersebut memiliki 12 santri putri dan 15 santri putra jenjang SD, serta dua putra pada jenjang PAUD.

“Kejadian ini menjadi evaluasi kami dan sebelumnya kami sudah melakukan pengawasan terhadap seluruh santri maupun area di yayasan ini,” pungkas Ahmad.

4 Ustaz di Depok Diduga Cabuli Sejumlah Santri

Ilustrasi Pelecehan Pencabulan Anak
Ilustrasi Pelecehan Seksual/Pencabulan. (Freepik/Jcomp)

Sebelumnya, sejumlah santriwati diduga menjadi korban pencabulan dan pemerkosaan saat menimba ilmu di Pondok Pesantren Istana Yatim Riyadhul Jannah, Depok, Jawa Barat.

Kasus ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Tercatat, ada empat oknum ustaz dan satu orang kakak kelas sebagai terlapor. Pihak pelapor telah menjalani pemeriksaan perdana, Rabu (29/6/2022).

Penasehat hukum pelapor, Megawati, menerangkan insiden ini diketahui oleh kliennya usai mendengar cerita dari salah seorang korban. Pengakuannya, korban dan teman-teman suka mendapatkan tindakan-tindakan cabul.

"Korban dipanggil ke sebuah ruangan dan murid-murid lainnya itu, dilakukannya jadi satu ruangan itu hanya 5 santriwati tapi dicampur kelasnya ada yang kelas 2 ada yang kelas 3 ada yang kelas 4. Dan jadi setiap malam mereka datang ke kamar itu dan dibekap dan dilakukan itu (pelecehan). Ada yang di kamar mandi ada yang di ruangan kosong," kata Megawati di Polda Metro Jaya, Rabu (29/6/2022).

Megawati menerangkan, beberapa korban pernah melaporkan kejadian ke pihak pondok pesantren dan kepala santriwati. Namun, bukannya mereka bersimpati, malah mendapat ancaman.

"Katanya 'Jangan kasih tahu sama ibu kamu ya, kasian nanti ibu kamu malah kepikiran'. Jadi dari ancaman itu anak-anak tidak berani lapor ke orang tuanya," ujar dia.

Kini kasus dugaan pencabulan yang terjadi di lingkungan pesantren tersebut sedang diproses pihak Polda Metro Jaya. 

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya