Liputan6.com, Jakarta - Tepat pada hari ini, Minggu (11/9/2022), sudah 21 tahun serangan 11 September 2001 atau dikenal sebagai tragedi 9/11 terjadi dan dikenang oleh masyarakat Amerika Serikat (AS).
Peristiwa 9/11 tersebut merupakan rangkaian serangan teroris Al-Qaeda di AS. Salah satu target mereka adalah menara kembar World Trade Center (WTC) di Manhattan, New York, Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
Tragedi WTC kala itu merenggut nyawa hampir 3.000 orang, melukai 25 ribu orang, dan memicu perang selama 20 tahun di Afghanistan untuk memberantas kelompok teror Al-Qaeda.
Kejadian itu juga meninggalkan pilu bagi para keluarga korban. Salah satunya dirasakan Nancy, keluarga korban bernama Jupiter Yambem. Menurut Nancy, Jupiter yang saat ini masuk shift pagi di WTC menjadi korban meninggal tragedi WTC.
Tetapi ketika Nancy juga sampai di tempat kerjanya, seseorang memberitahunya bahwa sebuah pesawat jet telah menabrak WTC.
"Semua orang menonton TV. Saya tidak melihat pesawat menghantam gedung-gedung," kata Nancy.
Pukul 08:46 waktu setempat (12:46 GMT) American Airlines Penerbangan 11 menabrak Menara Utara antara lantai 93 dan 99, menjebak semua orang di lantai atas. Orang-orang tersedak saat asap hitam tebal menyelimuti yang Windows on the World.
Seorang peserta konferensi menelepon seorang rekan mengatakan telah terjadi "ledakan besar, semua jendela telah jatuh, semua langit-langit telah runtuh, dan semua orang jatuh ke tanah, tetapi semua orang baik-baik saja, dan semua orang akan diungsikan". Tapi tak satu pun dari mereka berhasil keluar.
Namun rupanya, segala hal itu tidak mencegah para penganut teori konspirasi untuk menganalisis peristiwa itu secara imajinatif. Entah karena ketidakpedulian, atau sikap yang ingin gampangnya saja, teori hoaks pun gampang tersebar.
Tak sedikit masyarakat seluruh dunia yang secara percaya diri masih menyebarkan teori konspirasi tentang 9/11, meski teori-teori itu sudah lama dibantah. Salah satu yang paling populer adalah tidak mungkin gedung WTC bisa ambruk karena serangan pesawat.
Berikut lima teori konspirasi terkait serangan 9/11 yang menipu banyak orang dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Tak Mungkin Tabrakan Pesawat Memicu Kehancuran
Menurut laporan History.co.uk, teori ini adalah yang paling persisten. Orang-orang yang skeptis berkata tak mungkin menara Utara dan Selatan bisa hancur seperti itu akibat tabrakan pesawat.
Pesawat pertama menabrak Menatara Utara di antara lantai 94 dan 98, sementara, pesawat kedua meabrak Menara Selatan antara lantai 78 dan 84.
Namun, investigasi National Institute of Standards and Technology (NIST) menyebut bahwa hantaman pesawat itu menyebabkan kerusakan kepada sistem utility shaft di gedung-gedung tersebut.
Selain itu, bensin pesawat menyambar ke shaft elevator dan memicu kebakaran besar. Banyak kabel elevator yang terputus dan terbanting ke lantai. Otomatis api juga merambat ke lobi.
Banyak pula korban terbakar di dalam gedung akibat hantaman pesawat tersebut.v
Â
Advertisement
2. Bensin Pesawat Tak Mungkin Lelehkan Baja
Situs History mencatat teori selanjutnya yang populer adalah titik cair baja adalah 1.510 derajat celcius. Sementara, temperatur dari bahan bakar jet adalah antara 426,6 derajat celcius dan 815,5 derajat celcius.
Meski perhitungan itu ada benarnya, penganut teori konspirasi lupa mempertimbangkan barang-barang di dalam gedung yang juga terbakar, sehingga menambah temperatur.
NIST menyorot berbagai furnitur yang terbakar, termasuk perlengkapan komputer, serta banyaknya kertas yang dilumat api. Temperatur yang ditimbulkan itu cukup untuk membuat bengkok baja.
Estimasi NIST, kebakaran di menara itu mencapai 1.000 derajat celcius di lokasi-lokasi tertentu. Bila baja terekspos suhu tersebut, kekuatannya berkurang hingga 90 persen.
Hal itu berakibat kolom dan steel beam gedung tak kuat lagi, sehingga gedungnya kolaps.
Â
3. Ada yang Kendalikan Ledakan
Teori bom juga cukup populer. Mereka menyebut ada ledakan bom yang membuat WTC runtuh, bukan pesawat terbang. Bom itu katanya dipasang di kolom gedung.
Penganut teori konspirasi juga menyorot adanya gumpalan asap yang terlihat di lantai menara, sehingga dianggap ada bom.
Situs History mencatat dua kelemahan di teori itu. Pertama, tak ada laporan kredibel adanya tim peledak. Pasalnya, area WTC sangatlah ramai, sehingga tak mungkin orang-orang tidak curiga bila ada proyek pemasangan bom di kolom-kolom gedung.
Terkait asap yang terlihat seperti "ledakan", itu adalah dampak dari tekanan udara yang terjadi, kemudian bercampur dengan beton yang hancur, sehingga terlihat seperti ledakan.
Â
Advertisement
4. Presiden Bush Sudah Tahu
Teori lain yang membuat penganut teori konspirasi yakin dengan inside job adalah ada peran dari Presiden George H. W. Bush. Narasi yang disebar adalah Bush sebetulnya sudah tahu adanya serangan.
Ketika 9/11 terjadi, Presiden Bush berada di Florida untuk membaca buku dengan anak-anak sekolah. Tiba-tiba, seorang ajudan datang dan berbisik: "Amerika sedang diserang."
Presiden Bush tidak langsung bereaksi, meski mengaku tercengang. Awalnya, Bush mengira itu kecelakaan pesawat.
"Saya berpikir itu adalah kecelakaan," ujar Bush seperti dikutip CBS News.
"Saya berpikir ada kesalahan pilot. Saya pikir ada jiwa yang bodoh yang tersesat dan membuat kesalahan mengerikan," sambung Bush.
Â
5. Orang Yahudi Selamat
Ada lagi teori konspirasi yang menyebut bahwa 4.000 orang Yahudi selamat dari tragedi itu. Mossad dikatakan telah lebih dahulu memberi informasi kepada orang Yahudi sebelum tragedi 9/11 terjadi.
The Guardian menyebut bahwa tuduhan itu hanyalah tuduhan bersifat anti-Yahudi (anti-semit).
Situs anti-kebencian Yahudi, ADL.org, juga membantah teori konspirasi itu. Mereka menyebut ada korban-korban dari pihak Yahudi.
"Para teroris yang menarget World Trade Center tidak membedakan bahwa banyak pekerja Kristen, Yahudi, dan Muslim yang meninggal di gedung itu," tulis ADL.org.
Advertisement