Koalisi Parpol untuk Pemilu 2024 Belum Permanen, Potensi Negoisasi Ulang

Koalisi yang terbentuk hari ini demi membawa pasangan yang maju di Pilpres 2024 belum tentu akan bertahan. Diprediksi akan terjadi negosiasi ulang antar partai politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Des 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 10:00 WIB
Anies Baswedan
Mantan Komisaris PT Transjakarta, Sudirman Said hadir dalam pertemuan Anies Baswedan dengan tim kecil Koalisi Perubahan, Jumat (18/11/2022) siang. (Liputan6.com/Winda Nelfira)

Liputan6.com, Jakarta Koalisi yang terbentuk hari ini demi membawa pasangan yang maju di Pilpres 2024 belum tentu akan bertahan. Diprediksi akan terjadi negosiasi ulang antar partai politik.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat memandang, masing-masing partai politik punya tawaran tinggi untuk mengusung calon presiden. Daya tawar posisi akan dihadapkan dalam proses negosiasi untuk mencari dukungan.

"Ini kan hanya untuk daya tawar politik di awal. Jadi semua semua memasang ingin jadi capres. Tapi nanti seiring dengan waktu, menjelang pertengahan 2023 nanti akan terjadi negosiasi ulang," katanya dikutip Kamis (22/12/2022).

Negosiasi antar partai politik akan terjadi karena koalisi hari ini belum punya landasan kuat untuk menjadi permanen. Sehingga diyakini akan terjadi kocok ulang koalisi.

"Karena koalisi di Indonesia ini koalisi yang tidak permanen. Tidak terlalu ketat," ujar Cecep.

Bahkan, sosok yang disebut hari ini sebagai bakal calon presiden bisa saja tidak berhasil ikut menjadi kontestan di Pilpres 2024. Sebab akan ada kontemplasi internal di partai menentukan untung rugi sebuah kontestasi dan peluang menang yang besar.

"Di situ akan ada kontemplasi internal. Mereka akan melihat popularitas di masyarakat," ucap Cecep.

Menurutnya masih ada waktu para king maker untuk melakukan penjajakan dan meramu negosiasi yang diharapkan. Hanya pada akhirnya akan realistis untuk menempatkan posisi.

"Mereka akan realistis pada akhirnya, melihat hasil survei dan kecenderungan. Maulah nanti dilamar jadi cawapres atau menko," katanya.

 

Jokowi Dianggap Punya Pengaruh

Sedangkan, menurut Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana, Jokowi akan memainkan peran besar. Karena pengaruhnya sebagai presiden yang tengah menjabat.

Namun, dosen di Universitas Indonesia ini menilai endorse Jokowi baru akan terlihat ketika sudah ada penetapan calon presiden di KPU. Peran Jokowi akan terlihat.

"Kalau posisi Pak Jokowi jelas ketika sampai nanti ada capres yang disahkan KPU, disitulah peran peran politik yang dimainkan," kata Aditya.

Sebelumnya Presiden Jokowi kerap melempar pujian kepada sejumlah Ketum Partai yang juga Menteri di kabinetnya. Misalnya dia menyebut sosok Ketum Golkar dan Menko Perekonomian Airlangga sebagai pemimpin dengan pengalaman, juga memuji Ketum Gerindra dan Menhan Prabowo Subianto.

Kemudian Ketum Airlangga bersama PAN dan PPP Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memiliki Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN) dan bertekad untuk melanjutkan legasi dari Presiden Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya