Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa hampir semua negara di dunia saat ini mengalami krisis pangan, dimana harga bahan pangan naik drastis. Namun, Jokowi mengklaim kondisi ini tidak dirasakan oleh Indonesia.
"Kita tahu sekarang ini yang namanya krisis pangan melanda hampir semua negara. Artinya, ada kenaikan harga bahan pangan yang luar biasa tingginya," kata Jokowi saat meresmikan Pabrik NPK PT. Pupuk Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Utara, Jumat (10/2/2023).
Baca Juga
"Kita di sini tidak merasakan. Alhamdulillah, kita di sini tidak merasakan," sambungnya.
Advertisement
Dia menyebut harga kebutuhan pokok di Batuphat Timur, Kota Lhokseumawe cenderung stabil. Harga bawang merah, beras, hingga minyak goreng di Lhokseumawe cenderung baik, bahkan ada yang lebih murah dari daerah lain.
"Tadi saya cek ke pasar di Lhoksumawe harga-harga stabil baik, saya lihat bawang merah baik. Di tempat lain ada yang harganya Rp20.000 lebih mahal dari sini, tapi di sini baik stabil. Beras baik, minyak saya lihat juga minyak goreng juga baik," jelasnya.
Kendati begitu, Jokowi tetap mengingatkan hampir semua negara mengalami kenaikan harga pangan yang sangat drastis. Hal ini disebabkan perubahan iklim dan masalah pupuk akibat perang di Ukraina.
"Karena produsen pupuk Rusia, produsen pupuk Ukraina itu sangat gede sekali dan itu mengguncangkan sisi pertanian hampir semua negara. Produksi produksivitas menjadi turun, akhirnya outputnya berkurang, harga menjadi naik," ujar Jokowi.
Bukan hanya negara lain, dia mengungkapkan bahwa kebutuhan pupuk di Indonesia juga baru terpenuhi 3,5 juta ton dari total kebutuhan sebanyak 13,5 juta ton. Kondisi ini membuat para petani dalam negeri kerap mengeluhkan soal ketersediaan dan mahalnya harga pupuk.
"Kalau enggak ada, kalau suplainya turun artinya harga pasti naik otomatis. Apalagi yang bersubsidi. Inilah problem besar kita yang harus kita atasi," ucap dia.
Soroti 2 Pabrik Pupuk di Aceh Berhenti Operasi
Disisi lain, Jokowi menyinggung soal keberadaan dua pabrik pupuk di Aceh yang berhenti beroperasi sejak 2005 karena masalah gas. Kedua pabrik itu yakni, PT Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Jokowi heran dua aset besar ini didiamkan begitu saja selama berpuluh-puluh tahun. Dia sempat bertanya-tanya apakah Indonesia tak bisa melakukan impor gas agar pabrik pupuk tetap berjalan.
"Problemnya gas. Apakah kita kalau enggak cukup gas kita dari dalam negeri, apakah enggak bisa kita impor agar pabriknya ini jalan. Saya enggak tau, berpuluh tahun, bertahun-tahun kita diamkan aja aset sebesar ini," tutur Jokowi.
Dia pun menugaskan Menteri BUMN Erick Thohir untuk mencari cara agar pabrik pupuk di Aceh bisa beroperasi kembali. Saat ini, kata Jokowi, baru PT Pupuk Iskandar Muda yang berhasil berproduksi kembali.
"PT AAF masih ada banyak masalah yang harus dilihat dan dihitung. Jalan dulu, satu enggak apa-apa. PIM 1, PIM 2 jalanin, kebutuhan gas dicarikan. Ini kebutuhan dasar yg kita inginkan kok dibiarin saja," pungkas Jokowi.
Menurut dia, nilai investasi PT PIM ini mencapai Rp1,7 triliun. Keberadaan PT PIM 1 dan PIM 2 ini diharapkan bisa menyelesaikan masalah pupuk yang kerap dikeluhkan petani.
"Yang jelas saya ingin agar kapasitas yamg ada disini 570 ribu ton kali dua, berarti 1,14 juta ton itu betul-betul nanti maksimal bisa keluar. Sehingga keluhan-keluhan yang ada di petani bisa kita selesaikan," tutur Jokowi.
Advertisement