Menteri Agama: Isra Mi'raj Jadi Tonggak Lahirnya Salat Lima Waktu

Allah memperjalankan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa agung. Isra Mi'raj juga menjadi tonggak lahirnya perintah salat lima waktu.

oleh Nila Chrisna YulikaMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 18 Feb 2023, 14:50 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2023, 14:49 WIB
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Dokumentasi Kementerian Agama)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pesan dalam momentum Isra Mi'raj yang diperingati umat Islam pada hari ini. Menurut pria karib disapa Gus Men ini, Isra Mi'raj adalah tonggak sejarah Islam dan kenabian Muhammad SAW.

"Allah memperjalankan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa agung. Isra Mi'raj juga menjadi tonggak lahirnya perintah salat lima waktu," kata Gus Men dalam keterangan yang dikutip dari situs resmi kementerian agama, Sabtu (18/2/2023).

Gus Men mengingatkan, ibadah salat merupakan inti kepatuhan yang terhimpun dua kesalehan, yaitu kesalehan individual dan kesalehan sosial. Ibadah salat yang diawali dengan kekuatan tauhid “Allahu Akbar”, menjadi wujud komitmen ketauhidan dan komitmen kepatuhan secara totalitas kepada Allah SWT.

"Salat juga ditutup dengan kalimat salam assalaamu’alaikum wa rahmatullah ke kanan dan ke kiri, menjadi wujud komitmen kedamaian, komitmen persaudaraan, komitmen kerukunan, dan komitmen merekatkan ikatan kemanusiaan," pesan Gus Men.

Gus Men meyakini, komitmen keimanan memberikan pengaruh positif terhadap interaksi dengan seluruh makhluk dalam menebarkan harmoni kehidupan. Sementara kesalehan sosial menjadi barometer kualitas ibadah salat. Karena salat sejatinya mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar. Selain itu, lanjut dia, pesan di balik perintah salat adalah bahwa hubungan agama dan kemanusiaan hidup berdampingan.

"Agama hadir dengan misi membebaskan manusia dari segala belenggu keburukan, kejahatan dan kerusakan moral. Agama dan kemanusiaan bukan untuk dihadap-hadapkan, apalagi dibeda-bedakan," urai Gus men.

 

Agama Datang untuk Kemanusiaan

Gus Men percaya, agama datang untuk kemanusiaan. Agama datang untuk memanusiakan manusia, dengan cara memelihara agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya dan hartanya. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang dianugerahi keragaman bahasa, budaya hingga agama, bangsa Indonesia patut bersyukur masih diberikan kekuatan menjaga kerukunan.

"Keragaman tak lantas menjadikan bangsa Indonesia terbelah dan berkonflik, namun justru semakin meneguhkan komitmen kebangsaan. Inilah spirit dari makna “Salaam”, yakni berkomitmen menjaga persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah)," pesan dia.

Terakhir, Gus Men pun mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk memetik hikmah dari peristiwa Isra dan mikraj Nabi Muhammad SAW dengan menjaga komitmen keimanan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Jaga komitmen kerukunan umat beragama sehingga tercipta Indonesia yang harmonis menuju bangsa yang hebat," dia menutup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya