Bagaimana Shalat Para Nabi sebelum Peristiwa Isra' Mi'raj? Ini Perbedaannya

Shalat, ibadah fundamental Islam, telah dijalankan para nabi sejak zaman Adam hingga penyempurnaannya menjadi shalat lima waktu di masa Nabi Muhammad SAW; mari telusuri sejarahnya!

oleh Mabruri Pudyas Salim Diperbarui 27 Feb 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2025, 19:00 WIB
takbiratul ikharm, awal sholat
Ilustrasi takbiratul ihram (NU Online)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Shalat, tiang agama Islam, ternyata telah ada jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Para nabi terdahulu juga menjalankan ibadah ini, meskipun bentuk dan jumlah rakaatnya mungkin berbeda. Al-Qur'an dan hadits mencatat beberapa nabi yang melaksanakan shalat, seperti Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, Nabi Musa AS, Nabi Zakaria AS, dan Nabi Isa AS.

Perintah shalat lima waktu seperti yang kita laksanakan sekarang baru diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra' Mi'raj. Namun, ini bukan berarti para nabi sebelumnya tidak shalat sama sekali; mereka menjalankan shalat sesuai perintah Allah SWT yang diterima pada zaman mereka.

Meskipun terdapat perbedaan dalam jumlah rakaat, waktu pelaksanaan, dan detail teknis lainnya, inti ibadah shalat tetap sama: hubungan langsung dengan Allah SWT. Beberapa pendapat menyebutkan Nabi Muhammad SAW, sebelum Isra' Mi'raj, sudah melaksanakan shalat dua rakaat di pagi dan sore hari, mirip dengan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. Shalat lima waktu yang kita kenal sekarang adalah penyempurnaan dan penghimpunan ajaran shalat sebelumnya, sebuah warisan spiritual berharga dari para nabi.

Peristiwa Isra' Mi'raj, di mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu, terjadi saat beliau tengah berduka atas wafatnya istri tercinta, Siti Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib. Lalu bagaimana shalatnya para nabi, apa saja perbedaannya dengan shalat yang sekarang? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (26/2/2025).

Shalat yang Dilakukan Para Nabi Terdahulu

Berbagai literatur menjelaskan secara rinci sejarah shalat para nabi terdahulu. Shalat yang mereka kerjakan mungkin berbeda waktu dan jumlah rakaatnya, namun tujuannya tetap sama, yaitu sebagai bentuk ibadah dan syukur kepada Allah SWT. Berikut beberapa contohnya:

Nabi Adam AS dan Shalat Shubuh

Nabi Adam AS pertama kali melaksanakan shalat Shubuh ketika beliau keluar dari surga dan diliputi ketakutan melihat kegelapan malam di bumi. Shalat dua rakaat ini sebagai rasa syukur atas keselamatan dari kegelapan dan kembalinya cahaya matahari.

Tidak ada ayat Al-Qur'an yang secara spesifik menyebutkan shalat Nabi Adam. Namun, kisah ini disampaikan dalam berbagai riwayat dan literatur Islam sebagai bagian dari sejarah ibadah shalat.

Shalat dua rakaat ini menjadi simbol syukur atas keselamatan dan berkah yang diberikan Allah SWT. Peristiwa ini mengajarkan kita pentingnya mensyukuri setiap nikmat Allah, terutama ketika kita berada dalam kesulitan.

Nabi Ibrahim AS dan Shalat Zhuhur

Nabi Ibrahim AS melaksanakan shalat Zhuhur setelah peristiwa penyembelihan putranya, Ismail AS, yang kemudian digantikan Allah SWT dengan seekor domba. Shalat empat rakaat ini sebagai rasa syukur atas penggantian putranya, hilangnya kesedihan, harapan ridha Allah SWT, dan nikmat domba dari surga.

Kisah ini tersirat dalam QS. Ash-Shaffat ayat 102, yang menceritakan tentang ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Meski tidak secara eksplisit menyebutkan shalat, namun ketaatan dan kesyukurannya menjadi dasar pelaksanaan shalat.

Shalat empat rakaat ini melambangkan pengorbanan, ketaatan, dan kesyukuran yang mendalam kepada Allah SWT. Peristiwa ini menjadi contoh bagaimana ujian dan cobaan dapat dihadapi dengan kesabaran dan ketaatan kepada Allah SWT.

Nabi Yunus AS dan Shalat Ashar/Isya'

Nabi Yunus AS menunaikan shalat Ashar atau Isya’ (ada perbedaan pendapat) setelah diselamatkan Allah SWT dari perut ikan paus. Beliau melaksanakan shalat empat rakaat sebagai rasa syukur atas keselamatan dari empat kegelapan: kegelapan perut ikan, kegelapan air laut, kegelapan malam, dan kegelapan di dalam perut ikan paus.

Kisah Nabi Yunus AS terdapat dalam QS. Al-Anbiya ayat 87 yang menceritakan tentang bagaimana Allah SWT menyelamatkan beliau dari perut ikan paus. Meskipun tidak secara spesifik menyebutkan shalat, namun peristiwa ini menjadi latar belakang pelaksanaan shalat syukur.

Shalat empat rakaat ini merupakan ungkapan syukur atas pertolongan Allah SWT yang luar biasa. Peristiwa ini mengajarkan kita untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi kesulitan dan selalu bersyukur atas pertolongan-Nya.

Nabi Isa AS dan Shalat Maghrib

Nabi Isa AS melaksanakan shalat Maghrib ketika keluar dari kaumnya pada saat matahari terbenam. Shalat tiga rakaat ini sebagai ungkapan peniadaan ketuhanan selain Allah SWT, peniadaan tuduhan zina terhadap ibunya, dan penegasan bahwa ketuhanan hanya milik Allah SWT.

QS. Maryam ayat 31 menyebutkan perintah Allah SWT kepada Nabi Isa AS untuk mendirikan shalat dan zakat. Meskipun tidak spesifik menyebutkan waktu Maghrib, namun konteksnya sesuai dengan riwayat yang ada.

Shalat tiga rakaat ini menjadi simbol keteguhan iman dan perlawanan terhadap kebatilan. Peristiwa ini mengajarkan kita untuk senantiasa teguh dalam beriman dan membela kebenaran.

Nabi Musa AS dan Shalat Isya'/Ashar

Nabi Musa AS menunaikan shalat Isya’ atau Ashar (ada perbedaan pendapat) setelah diselamatkan Allah SWT dari kesesatan dalam perjalanan dari Madyan. Beliau melaksanakan shalat empat rakaat sebagai rasa syukur atas hilangnya empat kesedihan: kesedihan atas istrinya, saudaranya Nabi Harun AS, putra-putrinya, dan kekuasaan Fir'aun.

Kisah Nabi Musa AS banyak terdapat dalam Al-Qur'an, terutama dalam surat Al-Qasas dan Asy-Syu'ara, yang menceritakan tentang perjuangan dan pertolongan Allah SWT kepadanya. Meskipun tidak spesifik menyebutkan shalat, namun konteksnya sesuai dengan riwayat yang ada.

Shalat empat rakaat ini menggambarkan syukur atas pertolongan dan pembebasan dari kesulitan. Peristiwa ini mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaan.

Shalat Nabi Muhammad sebelum Isra' Mi'raj

mimpi sholat di masjid
mimpi sholat di masjid ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Meskipun shalat lima waktu diwajibkan setelah Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan shalat sebelum peristiwa tersebut. Bukti-bukti sejarah menunjukkan hal ini.

Bukti Shalat Sebelum Isra' Mi'raj

Hadits riwayat Ahmad dan Ad-Daraquthni menyebutkan Jibril AS mengajarkan wudhu dan shalat kepada Nabi Muhammad SAW saat wahyu pertama. Ini menunjukkan kewajiban shalat sudah ada sejak awal kenabian.

Riwayat Ibnu Ishaq menjelaskan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah RA telah melaksanakan shalat sebelum shalat lima waktu diwajibkan. Ini menunjukkan praktik shalat sudah ada sebelum Isra' Mi'raj.

Hadits dari Abu Sufyan tentang perintah Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat untuk shalat, jujur, dan menjaga harga diri, menunjukkan kewajiban shalat telah disampaikan sejak awal kenabian. Banyak hadits lain yang mendukung pelaksanaan shalat sebelum Isra' Mi'raj, meskipun detailnya mungkin berbeda.

Bentuk Shalat Sebelum Isra' Mi'raj

Sebelum Isra' Mi'raj, shalat yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW kemungkinan hanya dua kali sehari, yaitu shubuh dan isya', masing-masing dua rakaat.

Pendapat ini didasarkan pada beberapa riwayat dan penafsiran ulama. Para ulama sepakat bahwa kewajiban shalat sudah ada sebelum Isra' Mi'raj, meskipun jumlah waktu dan rakaatnya berbeda.

Shalat tahiyatul masjid yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Baitul Maqdis juga menjadi bukti pelaksanaan shalat sebelum Isra' Mi'raj.

Jumlah rakaat shalat sebelum Isra' Mi'raj masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Namun, yang pasti, kewajiban shalat sudah ada sejak awal kenabian. Perbedaan pendapat ini menunjukkan kekayaan pemahaman dalam Islam. Yang terpenting adalah kita memahami esensi shalat sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Pensyariatan Shalat Lima Waktu

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows:... Selengkapnya

Peristiwa Isra' Mi'raj menjadi tonggak penting dalam sejarah ibadah shalat. Pada peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu.

Peristiwa Isra' Mi'raj

Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi saat Nabi Muhammad SAW tengah berduka karena wafatnya Siti Khadijah RA dan pamannya, Abu Thalib RA.

Dalam perjalanan Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu. Namun, atas permohonan Nabi Muhammad SAW, jumlah shalat dikurangi menjadi 5 waktu. Pengurangan ini menunjukkan rahmat dan kemudahan dari Allah SWT kepada umat manusia.

Shalat lima waktu ini memiliki pahala yang sama dengan shalat 50 waktu. Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam agama Islam. Isra' Mi'raj juga menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi umat Islam.

Hikmah Pengumpulan Shalat Nabi-Nabi Terdahulu

Shalat lima waktu merupakan kesempurnaan syariat Islam, menghimpun berbagai bentuk shalat yang telah dijalankan para nabi sebelumnya. Shalat lima waktu menjadi manifestasi rasa syukur yang dihimpun dari para nabi terdahulu.

Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi memiliki kedudukan istimewa dalam menerima dan menyempurnakan shalat. Shalat lima waktu menjadi ibadah yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Shalat lima waktu menjadi simbol ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Shalat lima waktu merupakan warisan spiritual yang berharga dari para nabi. Shalat lima waktu menjadi pengikat tali persaudaraan di antara umat Islam. Shalat lima waktu menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perbedaan Shalat Umat Terdahulu dengan Shalat Umat Islam Sekarang

Ilustrasi sholat di masjid. (Dok. Pixabay)
Ilustrasi sholat di masjid. (Dok. Pixabay)... Selengkapnya

Terdapat perbedaan antara shalat yang dikerjakan para nabi terdahulu dengan shalat umat Islam sekarang.

Perbedaan Waktu dan Jumlah

Para nabi terdahulu menjalankan shalat pada waktu-waktu tertentu, tidak selalu lima waktu seperti sekarang.

Umat Islam sekarang diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jumlah rakaat shalat juga berbeda-beda antara para nabi terdahulu. Perbedaan ini menunjukkan perkembangan dan penyempurnaan ajaran Islam.

Perbedaan Tata Cara

Gerakan dan doa dalam shalat disempurnakan pada masa Nabi Muhammad SAW. Rukun dan syarat shalat juga lebih terperinci dalam Islam. Shalat umat Islam sekarang memiliki kelengkapan gerakan, dari berdiri, ruku', sujud, hingga duduk. Perbedaan ini menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam di masa Nabi Muhammad SAW.

Shalat, ibadah fundamental dalam Islam, telah mengalami evolusi dari masa para nabi terdahulu hingga kesempurnaannya di masa Nabi Muhammad SAW. Perbedaan dalam waktu, jumlah rakaat, dan tata cara menunjukkan perkembangan dan penyempurnaan ajaran Islam. Namun, inti dari shalat tetap sama: hubungan langsung dengan Allah SWT, sebagai bentuk ibadah dan syukur atas segala nikmat-Nya.

Memahami sejarah shalat para nabi mengajarkan kita untuk menghargai warisan spiritual yang berharga ini. Marilah kita menunaikan shalat dengan khusyuk dan penuh kesadaran, sebagai bentuk pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah SWT.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya