Liputan6.com, Jakarta - Surat dari Gubernur Bali I Wayan Koster digadang sebagai pemicu, batalnya drawing piala dunia U-20 di Bali. Mengonfirmasi hal tersebut, Koster yang ditemui di Gedung Parlemen Senayan menolak berkomentar.
“Soal itu tanya ke yang berhak,” kata Koster saat hendak rapat bersama Komisi II DPR RI, Senayan Jakarta, Senin (27/3/2023).
Koster menambahkan, surat yang dikeluarkannya bukan semata dari sikapnya melainkan pemerintah. Namun saat disinggung lebih tajam dia enggan merinci.
Advertisement
“Bukan sikap saya, sikap pemerintah juga, jangan tanya saya, yang itu jangan,” singkat dia menutup.
Sebelumnya diberitakan, FIFA membatalkan undian Piala Dunia U-20 2023 yang sedianya berlangsung di Bali, Jumat (31/3/2023). PSSI menduga keputusan itu diambil karena sikap pemerintah setempat.
“Kemarin (Sabtu) kami sudah dapat informasi dari FIFA ke LOC (panitia lokal). Dalam pemberitahuan belum ada surat resmi, tapi sudah jelas bahwa drawing Piala Dunia U-20 2023 telah dibatalkan FIFA. Keputusan berasal dari mereka," kata anggota Komite Eksekutrif PSSI Arya Sinulingga pada jumpa pers, Minggu 26 Maret 2023.
"Ini kami maklumi karena Gubernur Bali yang menolak kedatangan Israel di mana mereka tidak diperbolehkan mengikuti drawing. Sehingga mungkin hal ini menjadi dasar keputusan membatalkan pelaksanaan drawing,” imbuh Arya.
Menurut Arya, surat Gubernur Bali I Wayan Koster ke Menpora yang beredar luas diduga menjadi dasar keputusan FIFA.
“Gubernur Bali telah meneken government guarantee, bersepakat dan setuju saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dan sekarang mereka menolak. Wajar kalau FIFA akhirnya memutuskan membatalkan drawing di sana,” ungkapnya.
PSSI Komunikasi dengan Pemprov Bali
Disamping itu, PSSI mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Bali sejak surat itu beredar.
"Kami sudah komunikasi dengan Gubernur Bali dan juga Pemerintah Bali. Mereka tetap di posisi mereka. PSSI menghargai itu. PSSI dalam posisi penyelenggara. Pertama mereka nolak kehadiran dan drawing. Akhirnya juga kita susah, tidak bisa untuk meminta tetap bisa di sana," ungkapnya.
Dalam situasi ini, PSSI mengaku tidak tahu posisi pemerintah pusat menyikapi perkembangan terkini. Arya merasa pemerintah tak sama sekali berniat mundur.
"Kami dari PSSI sebagai penyelengagra tetap jalan. Yang terjadi saat ini pemerintah daerah yang tidak bisa menerima dan menjamin penyelenggaraan. FIFA mungkin melihat hal tersebut. Menyangkut kejelasan drawing, kami akan segera bertanya ke FIFA. Yang pasti ke FIFA, belum menyampaikan waktu dan tempat yang baru. Kita belum bisa jawab," katanya.
Arya mengungkapkan, status Indonesia sebagai tuan rumah tak bisa diprediksi. Sebab, FIFA belum lagi bersurat pasca mengumumkan pembatalan drawing.
“Kemudian mengenai kapan waktu drawing dan di mana, kami belum dapat informasi dari FIFA. Saat ini kami sedang memikirkan cara bagaimana indonesia, khususnya sepak bola, tidak dikucilkan," katanya.
Advertisement
Konsolidasi dengan Pemerintah
Arya menyebut Ketua Umum PSSI yang juga Ketua LOC, Erick Thohir, tengah melakukan konsolidasi dengan pemerintah.
“Pak Erick Thohir sedang koordinasi dengan Kemenlu sebagai penanggung jawab diplomasi dan Kemenpora yang berpayung menjadi INAFOC sebagai penyelenggara event. Demikian juga beliau akan melaporkan ke Presiden RI Joko Widodo. Proses-proses ini dan mencari solusi yang terbaik untuk menyelamatkan sepak bola indonesia yang kita cintai."
“Kita belum berani berbicara persentase karena dengan dibatalkannya drawing ini kemunduran atau sebagainya. Penetapan grup sudah berubah. Kita tidak tahu bagaimana kondisi terkini. Pastinya, Pak Erick akan lakukan diplomasi pendekatan ke FIFA.”
PSSI juga dalam posisi bingung dengan mencuatnya banyak penolakan Israel hanya berselang dua bulan jelang penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Sebab, Israel sudah dipastikan tampil di Piala Dunia U-20 2023 sejak Juni 2022.
"Kita juga enggak tahu kenapa baru sekarang. Sebelumnya tidak ada ramai-ramai penolakan. Tapi ya sudahlah, kjita harus hadapi yang ada,” ujarnya.